Jaka membalikan tubuhnya saat pemuda itu merasakan sebuah tangan meraba punggungnya. Glek Jaka meneguk susah payah ludahnya, saat menyaksikan pemandangan indah di depan matanya, tentunya sebagai lelaki normal Jaka terpesona melihat tubuh indah istrinya, dada yang hanya tertutupi separuh oleh handuk, membuat gumpalan daging tersebut menyembul lebih menantang di depan matanya. Namun dengan cepat Jaka langsung membuang pandangannya ke arah lain, karena takut melakukan khilaf seperti sebelum-sebelumnya. "Mas lihat aku!" Ayuna memegangi wajah suaminya memaksanya agar menatap ke arahnya, membuat Jaka mau tidak mau terpaksa menurutinya. "Kenapa kamu selalu menghindariku? Apa sebegitu menjijikannya aku sehingga kamu selalu menjauhiku Mas?" tanya Ayuna dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf Ayuna saya tidak bermaksud--" "Sudahlah, jangan dibahas lagi, sebaiknya sekarang kamu bersihkan tubuhmu, setelah itu kita makan malam," ucap Ayuna. Lalu melangkah menuju lemari untuk mengambil pak
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki