Indah menatap Ciko dengan tajam, membuat lelaki itu mengerutkan dahi."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" "Kenapa kau tidak menghentikan pernikahan mereka tadi? Bukankah kau menyukai gadis itu? Kenapa kau diam saja saat Bang Jaka menikahi Ayuna?" tanya Indah marah. "Itu yang sempat aku rencanakan, tetapi sepertinya ayahku tahu rencanaku, jadi sebelum aku memulainya, ayah sudah lebih dahulu memperingatkan aku," jawab Ciko. Indah hanya menggerutu, mendengar jawaban Ciko. 'Tidak, ini tidak bisa dibiarkan, aku harus merebut Bang Jaka dari wanita itu, aku tidak rela jika orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain, apa lagi membayangkan mereka bermalam bersama, tidak, tidak. Aku tidak sanggup,' batin Indah sambil menggelengkan kepala kuat, menghalau pikiran yang sudah ke mana-mana. Terlihat Indah mendengus saat mendengar penjelasan Ciko, tanpa berkata apapun gadis itu langsung pergi meninggalkan lelaki itu. *** Terlihat rumah milik Juragan Wildan sudah mulai sepi dari
Jaka menatap Ayuna dengan tajam, membuat gadis itu menelan ludahnya kasar. Namun tekat Ayuna sudah bulat, wanita itu berniat untuk memulai dari awal hubungan mereka, dengan hubungan baik, tidak masalah jika belum ada cinta, namun Ayuna ingin Jaka membuka hati pemuda itu untuk dirinya. Jaka menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis ke arah gadis itu, membuat Ayuna sedikit takut dengan senyum tersebut, sebab terlihat mengerikan di mata gadis itu. 'Kenapa Jaka sangat berubah? Dulu dia tidak seperti ini,' batin Ayuna. "Mas, ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" "Tidak ada. Saya hanya ingin menegaskan satu hal padamu, saat ini bukankah kamu sudah mendapatkan yang kamu inginkan? Saya sudah menjadi suami untukmu, tapi saya juga berharap jangan meminta hal yang tidak mungkin pernah saya lakukan untukmu," "Mas ..." Ayuna menatap sendu ke arah suaminya, gadis itu tahu apa maksud dari ucapan suaminya tersebut. 'Maaf Mas, tetapi aku tidak akan menuruti ucapanmu, untuk yang satu ini,'
Ayuna menatap dengan wajah datar pada lelaki tersebut, sedangkan Jaka menatap dengan alis bertaut, mungkin dalam hati lelaki itu bertanya-tanya, ada urusan apa antara Juragan Wildan dengan pemuda tersebut, sehingga sudah bertamu sepagi ini. "Hai Ayuna," sapa pemuda tersebut. Yang hanya di jawab dengan deheman oleh gadis cantik itu. "Ayo Nak duduklah, sarapan bersama," ucap Juragan Wildan kepada lelaki tersebut. "Terimakasih Paman," Sedangkan Jaka hanya memperhatikan interaksi keduanya. *** "Jaka ayo di makan, kenapa diam saja, apa makanannya tidak enak?" tanya Juragan Wildan saat melihat menantunya itu hanya diam. "Oh, e-enak kok Yah," jawab Jaka terbata, sambil tersenyum ke arah ayah mertuanya itu. Sedangkan pemuda yang tadi datang bersama Juragan Wildan menatap sinis ke arah Jaka. "Mungkin dia tidak terbiasa Paman, makan makanan enak seperti ini, makanya dia merasa bingung dengan berbagai macam lauk pauk di atas meja," jawab pemuda tersebut dengan senyum mengejek. "
"Jaka," Panggil seorang wanita, sambil melangkah mendekat ke arah rumah orang tua Jaka, sedangkan keempat orang yang tadinya ingin masuk, hanya menatap kearah wanita itu dengan berbagai pertanyaan di hati masing-masing. Wanita itu melirik kearah Ayuna, sebelum akhirnya pandangan wanita itu beralih pada pemuda yang ada di depannya. "Ada apa Silvi?" tanya Jaka. Ya, perempuan itu adalah Silvi, gadis yang sempat melamarnya, namun ditolak oleh Jaka dengan alasan sudah memiliki seorang kekasih. "Benar, kamu sudah menikah dengan Ayuna?" tanya gadis itu. Saat ini Jaka dan Silvi sedang berada di teras rumah, sedangkan Pak Agus, Bu Romlah dan Ayuna memilih untuk masuk, membiarkan Jaka dan Silvi bicara, walaupun sedikit tidak rela, namun Ayuna harus bersabar, dan membiarkan Jaka menjelaskan status pernikahan mereka, agar wanita itu tidak lagi menggangu suaminya, ya walaupun kesabarannya saat ini setipis tisu, karena sepertinya suaminya itu masih betah bersama Silvi. Ayuna berdiri dari
Ayuna melangkah mendekati seorang lelaki yang berdiri di depan pintu rumah mertuanya, dalam hati gadis itu bertanya-tanya dengan maksud kedatangan lelaki tersebut. "Ada perlu apa kamu datang ke sini?" tanya Ayuna sedikit sinis, namun tetap merasa penasaran dengan kedatangan pria tersebut. "Ay, aku mau tanya apa Lola ada bersama denganmu?" tanya lelaki tersebut yang ternyata adalah Fery, suami dari sahabatnya. Ayuna sedikit tercengang dengan pertanyaan lelaki itu, berbagai pikiran buruk pun mulai merasuki isi kepalanya. "Maksud kak Fery apa? Lola sama sekali tidak ada bersamaku, bukankah dia ada di rumah kalian?" "Jika dia berada di rumah, tidak mungkin aku mencarinya dan bertanya padamu, lagi pula kau sahabatnya, tidak mungkin kau tidak tahu jika Lola pergi," Fery berkata dengan nada sinis, dan terkesan menuduh. Mendengar ucapan Fery yang terkesan menuduh membuat Ayuna merasa geram. "Apa maksud kamu Kak? Kak Fery menuduhku sudah menyembunyikan Lola?" Ayuna tidak percaya jik
Jaka masih berdiri dengan kedua tangan terlipat di atas dada. Indah melangkah mendekati Jaka yang terlihat masih menatap datar ke arahnya, namun dalam hati lelaki itu ingin sekali rasanya ia memeluk gadis yang dicintainya itu, karena rasa rindu yang menggebu. Ya, perasaan Jaka memang masih sama pada wanita itu, mungkin butuh waktu untuk melupakan semua kenangan Indah bersama sang mantan kekasih. Tiba-tiba saja Jaka teringat ucapan sahabatnya Wawan yang mengatakan jika Indah dan Ciko kemungkinan berselingkuh, membuat lelaki itu mengepalkan tangannya, bahkan saat melihat Ciko tadi pagi, sebenarnya ada keinginan Jaka untuk memberikan bogem mentah di wajah tampan pemuda itu, namun Jaka urungkan. "Bang Jaka, kamu terlihat sedikit kurus. Apa istrimu tidak bisa membahagiakanmu?" tanya Indah dengan penuh makna."Ah, tentu saja. Kamu hanya mencintaiku, jadi bagai mana bisa dia membahagiakanmu, sementara kebahagiaanmu adalah aku," wanita itu bicara dengan nada penuh harap. Indah masih sangat
Hati Ayuna mendidih melihat pemandangan yang menyakiti matanya itu, matanya menatap tajam ke arah sepasang mantan kekasih yang terlihat masuk asik berpelukan. "Kalian pikir masih bisa bersama kah? Jangankan dunia nyata, bahkan dalam mimpi saja aku tidak akan pernah membiarkan semua itu kembali terjadi," gumam Ayuna dengan mata memerah menahan amarah. "Sudah cukup waktu untuk kalian bernostalgia," sambung gadis itu. Ayuna melangkahkan kakinya mendekati mantan pasangan tersebut, setelah sampai, secara tiba-tiba Ayuna menarik kuat tangan Indah yang masih asik bertengger di tubuh suaminya. Membuat wanita itu tersentak kaget, begitu pula dengan Jaka yang langsung menoleh ke arah orang yang telah memisahkan pelukan mereka. Jaka kembali terkejut saat mengetahui ternyata yang melerai pelukan mereka secara paksa itu adalah istrinya sendiri, namun saat pemuda itu hendak membuka suara tiba-tiba sesuatu terjadi membuat Jaka langsung melebarkan matanya. Plaak ...! Satu hamparan mendarat di
Saat ini Jaka dan Ayuna sudah berada di kediaman Juragan Wildan, setelah pertemuan Jaka dan Indah, mereka pamit kepada kedua orang tua Jaka untuk pulang, karena sudah sore. Selama diperjalanan keduanya hanya saling diam, tepatnya Ayuna yang mencoba untuk menahan semua pertanyaannya. Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya untuk suaminya, dan Ayuna akan menunggu sampai mereka tiba di rumah. "Untuk apa kamu datang menemui Indah? Apa yang kalian bicarakan tadi? Kenapa dia sampai memelukmu? Apa kalian berniat untuk kembali menjalin hubungan lagi?" cerca Ayuna dengan berbagai pertanyaan yang sejak tadi sudah tidak tahan untuk gadis itu tanyakan. Saat ini keduanya sudah berada di teras rumah, Bi Sumi sudah pulang, namun sepertinya Juragan Wildan masih belum kembali sejak pergi tadi pagi bersama Ciko. Ayuna sudah tidak sabar memberikan pertanyaan tersebut, sehingga gadis itu langsung mencerca pertanyaan yang sejak tadi bersarang di kepalanya begitu mereka sampai di depan rumah. "S