Ayunda berjalan ke arah Sandra sambil berkacak pinggang.
"Coba ulangi lagi ucapanmu barusan!" teriak Ayunda.Sandra hanya menundukkan wajahnya. Ia masih menunjukkan rasa hormat kepada ibu mertuanya."Sekali lagi kau berani menjawab ucapanku, aku akan menyumpal mulutmu menggunakan tanah liat! Apa kau paham!" Ayunda melotot.Sandra hanya mengangguk. Ia berlalu ke dapur untuk membuat teh."Ma... Ini teh nya," ucap Sandra sembari menyodorkan secangkir teh."Taruh saja di meja!"Sandra melakukan apa yang dikatakan oleh Ayunda. Setelah itu, Sandra meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu. Ia menuju ke kamar anaknya untuk membantu anak anaknya mengerjakan tugas dari sekolah."Ma siapa yang ada di ruang tamu?" tanya Levin penasaran."Ada nenek dan ada teman papa yang kemarin ikut menjenguk Tante Wulan di rumah sakit.""Teman papa yang namanya Novi yang kemarin ketemu di rumah sakit? Yang dulu perna"Kau wanita cac4t yang kurang ajar!" Novi meletakkan pecahan gelas di leher Wulan."Aku tak takut denganmu! Kau mau memb*nuhku! Bu*uh aku! Ayo!" teriak Wulan."Br3ngsek! Jika kau bukan adik dari Rayhan, maka aku akan mel3nyapkanmu!" Novi menatap dengan penuh kebencian."Cuih!" Novi bahkan melud4hi wajah Wulan.Wulan tak bisa melawan. Ia hanya bisa diam menerima semua perlakuan Novi."Ingat Wulan, aku akan memb*nuhmu jika kau berani macam macam, apalagi jika kau berani menggagalkan rencana pernikahanku dengan Rayhan!" Novi memberikan peringatan keras."BRak!" Wanita itu pergi dengan marah dari kamar Wulan sembari membanting pintu kamar.Di dalam kamar, air mata Wulan tak dapat dibendung. Buliran bening lolos begitu saja membasahi pipinya.Tak berselang lama, Ayunda kembali sendirian. Rayhan mengantarkan Dani kembali ke rumah."Kemana Novi? Kok dia sudah nggak ada." Ayunda melihat situasi kamar yang sudah
Nama Ayunda terpampang jelas di layar ponsel milik Rayhan."Ya Ma. Ada apa?" "Jika Novi datang ke rumahmu, sambut dia dengan baik. Apa kau mengerti?""Tapi ma.""Tidak ada tapi tapi! Lakukan saja apa yang mama minta! Jangan membantah! Membantah perintah ibu adalah tindakan buruk!" Ayunda menggertak."Baik Ma." Ayunda menutup teleponnya begitu saja. Rayhan meminta Sandra dan Novi untuk berhenti berdebat."Kalian berdua sudahlah! Jangan berdebat! Barusan Mama menelepon! Dia meminta kita untuk menerima Novi." "Apa?" Kedua alis Sandra saling bertaut. "Itu yang Mama katakan!" "Tapi Mas, dia baru saja menghinaku dan juga anak anak.""Sudahlah Sandra. Hanya sekedar kata kata, semua itu tak akan merugikan dirimu." Rayhan merangkul pinggul istrinya, merayunya dengan lembut dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan bersama ke ruang tamu. Novi merasa cemburu melihat tan
"Silahkan adukan saja! Aku tidak peduli!" seru Sandra."Kalian berdua kenapa terus bertengkar? Tidak bisakah kalian berdua akur?" Rayhan mencoba menengahi.Novi memulai actingnya. Ia menangis sesenggukan. Mencari simpati dari suami orang yang ia idam idamkan."Rayhan Wijaya, jangan lupa dengan apa yang pernah kau lakukan padaku. Dan ingat dengan ucapan mamamu tadi malam." Novi bicara sambil menangis."Aku tak pernah lupa, aku selalu menghormatimu." Novi permisi ke toilet untuk menghapus air matanya."Bagaimana ini? Kenapa Rayhan sulit sekali untuk ku takhlukkan?! Lebih baik sekarang aku kirim pesan teks kepada Ayunda." Novi berusaha mencari dukungan.Novi mengirim pesan teks singkat yang isinya menyatakan jika dia sedang ada di rumah Rayhan.[[ "Tante... Aku sedang makan siang di rumah Ray. Tapi dia tak mempedulikan diriku. Aku lebih baik pulang saja." ]] >> Send.[[ "Sabar ya sayang. Tante akan hubung
Tak kuat dengan stimulus yang terus diberikan oleh Novi, Rayhan pun melepaskan busana yang menempel di badannya. "BRak!" Rayhan menutup pintu dengan kencang. Dan dengan brutal melepaskan senjata pamungkasnya ke dalam sarang hangat milik Novi. Savana rumput tebal milik Novi akhirnya dilalap habis oleh 'pisang' milik Rayhan. Gerakan maju mundur layaknya seseorang yang sedang memompa ban sepeda dilakukan oleh Rayhan berulang kali, hingga ' pisang ' miliknya menyemburkan gumpalan adonan berwarna putih. Dan membuat Novi menggeliat bagaikan ulat bulu yang jatuh dari dahan pohon. Setelah selesai melakukan 'itu' Rayhan terlihat agak menyesal. "Maaf, untuk appa yang barusan kulakukan kepadamu," ucap Rayhan. "Tidak jangan minta maaf. Inilah yang kuingin kan sejak lama. Kini tak ada alasan bagimu untuk menolak menikah denganku," bisik Novi sambil mengecup mesra pipi Rayhan. Sebenarnya jus dingin yang di b
Novi terlihat sangat menikmati keadaan. Ia merasa senang bisa membuat rumah tangga orang lain terpecah belah.Rayhan ingin menghentikan Sandra yang berlari ke kamar anaknya, tapi Ayunda menghentikan Rayhan."Biarkan saja dia! Dia sudah dewasa. Dia tak perlu merasa shock berlebihan seperti itu. Bukankah hal yang wajar jika lelaki memiliki istri lebih dari seorang.""Rayhan, mama benar. Lagipula datangnya aku ke sini, untuk membantumu meringankan tugas tugasmu di kantor."Di dalam kamar anaknya, Sandra mengemas baju Levin dan Ana. Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk mengemas baju bajunya sendiri.Di dalam kamar, Sandra mencoba untuk menghubungi Arya. Tapi sang empunya tidak menjawab telepon.Tiba - tiba Ayunda masuk ke kamar Sandra tanpa permisi."Pergilah dari sini dengan segera. Tapi jangan ajak cucu cucuku!" Ayunda mengusir.Sandra menangis karena Ayunda mengusirnya. Ia lebih sedih karena Ayunda ingin mem
"PRak!" Sandra memukul kepala salah satu preman menggunakan batu bata."Aaarrrgh!" Si preman marah sambil menggeram. Ia menatap nanar ke arah Sandra.Preman hendak menyerang Sandra. Levin dan Ana melempari pr3man menggunakan batu batu kecil."Tolong!" Sandra berteriak minta tolong."Tin!" Tepat pada saat ini sebuah mobil warna hitam lewat di depan mereka sembari menyalakan klakson.Mobil itu berhenti di dekat Sandra. Ternyata yang mengendarai mobil adalah Arya."Apa yang kalian lakukan pada wanita itu!" Arya memperingatkan."Siapa kau! Kenapa kau ikut campur dengan urusan kami!" Si prem4n malah menantang.Arya menelepon salah satu sahabatnya yang rumahnya tak jauh dari sana. Ia meminta bantuan kepada sahabatnya.Sementara kedua orang pr3man mulai mendekat ke arah Arya. Salah satunya bahkan berusaha melayangkan puk*lan tapi Arya berhasil menghindar.Keributan tak berlangsung lama. Karena sahabat
"Maaf Pak, saya bukan Nyonya Sandra. Saya Nesya," ucap wanita dari sebrang telepon."Kamu?! Ada apa kamu menelepon saya malam - malam begini?" "Maaf jika saya mengganggu waktu Bapak. Siang tadi ada berkas terselip yang belum Bapak tanda tangani. Sementara besok berkas harus di kirim ke Pak Arif untuk di proses.""Baik kalau begitu saya akan ke kantor pagi - pagi sekali, atau kamu bawa sajalah berkas itu pagi - pagi sekali ke sini. Biar ku tandatangani di sini saja.""Baik Pak, saya akan ke rumah bapak besok pagi."Rayhan menutup teleponnya dan kembali menoleh ke arah Novi."Jika Sandra tak di temukan, aku akan menjadikan dirimu sebagai pihak yang harus disalahkan!""Rayhan! Hentikan ancaman bodohmu itu! Novi lebih baik daripada istrimu. Dia tak bisa berbuat apa apa. Setiap hari hanya sibuk membereskan rumah." Ayunda membela Novi."Aku tahu Sandra bukanlah wanita karir seperti dirinya. Tapi kecantikannya tak bis
Saat ini, Bi Sari sedang sibuk membuat bumbu di dapur. Sementara Dani sedang mandi. Dan Ayunda masih menonton acara drama kesukaannya. Mereka sibuk dengan urusan masing masing hingga tak mendengar suara teriakan Wulan. "Jika kau berani memerintahku sekali lagi, maka aku akan buat hidupmu tidak baik - baik saja!" Novi berbisik di telinga Wulan. Wulan yang tak mau kalah, meraba ke sisi kanannya. Barang yang terpegang oleh tangannya ia lempar begitu saja ke arah Novi. "PRang!!" Suaranya cukup kencang Wulan kemudian berteriak dengan segenap tenaga. "Ingat Novi! Meskipun aku sudah tak dapat melihat. Aku masih tetap Wulan yang sama. Manusia seperti dirimu tak akan membuatku takut sedikitpun!" "Heh wanita buta! Pelankan suaramu! Memangnya apa yang bisa kau lakukan kepada diriku?" "Berani sekali kau bicara kurang ajar seperti itu kepadaku!" teriak Wulan.
"Siapa ini?" tanya Wulan."Hallo... ini benar kan nomor telepon Aryo?""Iya ini nomer telepon Aryo. Kamu siapa? Saya tanya kenapa nggak jawab?""Aku Meisha.""Meisha siapa? Untuk apa mencari Aryo?""Aku kekasihnya. Aku," ucap wanita itu tak terdengar karena Aryo merampas dengan paksa ponselnya dari tangan Wulan."Aryo... siapa Meisha?" tanya Wulan lirih."Dia masa laluku." "Jika memang benar dia adalah masa lalumu, darimana dia dapatkan nomor ponselmu?""Dari adikku, Edo. Atau mungkin dari ibuku.""Apa? Adikmu? Ibumu? Mereka semua mengenal Meisha?""Ya mereka semua mengenalnya.""Tapi bagaimana mungkin? Dia kan hanya sebatas mantan pacarmu.""Sudahlah Wulan. Aku tak ingin membahas ini. Dia hanya masa laluku. Lebih baik kita makan malam bersama. Aku sudah lapar."Aryo berjalan ke dapur dan menyiapkan makan malam. Aryo membuat omellete kentang keju, makanan fa
Aryo dan Wulan kembali tinggal di rumah mereka yang berada di Jalan Begonia. Aryo dengan telaten merawat Wulan hingga perlahan, mata Wulan dapat sedikit melihat cahaya.Aryo tak hanya merawat Wulan dengan baik, Aryo juga membersihkan rumah dan memasak. Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, Aryo membuatkan sarapan dan juga makan siang untuk Wulan.Setelah Aryo berangkat kerja, seperti biasanya Wulan akan mulai berjalan perlahan ke seluruh ruangan yang ada di sana. Ia menghafal dengan sentuhan tangannya setiap sudut rumahnya.Terkadang karena terpeleset atau tersandung sesuatu, Wulan jatuh ke lantai. Namun itu tak menyurutkan semangatnya untuk belajar hidup normal lagi dengan keadaannya yang sekarang.Aryo sekarang bekerja di perusahaan yang sama dengan tempat Arya bekerja. Tapi ia masih belum memberitahu Wulan. Sebab Aryo masih menaruh rasa curiga kepada Wulan. Dulu Wulan juga mengejar Arya agar mau menikahinya. Aryo tak tahu, apakah cintanya un
Liya menelepon Arya dan menceritakan mengenai apa yang ia dengar barusan. Belum selesai Liya bercerita, Arya telah mematikan ponselnya.Liya kemudian mengambil payung, guna membantu Sandra. Tapi begitu melihat tampilan garang Rayhan yang ada di halaman rumah, ia memundurkan langkahnya karena takut."Ibuku bukan pembunuh!! Apa kau dengar itu?!" teriak Rayhan dengan wajah kesal diiringi suara derasnya hujan yang ikut turun."Ibumu pembunuh! Sama seperti Novimu! Pembunuh! Pergi kau dari sini! Jangan membuat keributan di sini!" teriak Sandra.Rayhan naik pitam mendengar ucapan Sandra, ia mendorong tubuh Sandra hingga terjatuh. Dan menginjak punggung tangan Sandra."Aah sakit. Lepaskan tanganku.""Kau camkan baik baik, aku tak akan menerima hinaanmu yang kau berikan untuk Ibuku!""Aku tidak menghina! Aku bicara fakta!"Ucapan Sandra semakin membuat amarah Rayhan memuncak. Ia dengan keras menginjak punggung tanga
Sandra senang sekali dapat berjumpa dengan Bi Inah dan Pak Tarjo. Anak anaknya juga ikut senang karena hal tersebut."Ini Non saya bawakan bubur ayam buat anak anak," uap Bi Inah seraya menyodorkan kantong plastik."Wah ini makanan favorit Levin dan Ana.""Maaf ya Non, Bibi hanya bisa bawa bubur saja untuk anak anak.""Bi, ini adalah makanan terlezat bagi kami," sahut Levin seraya mengambil bungkusan bubur dari tangan ibunya."Levin hati - hati. Buburnya masih panas. Liya, tolong kamu bantu Levin ya.""Siap Non," ucap Liya.Sandra mengobrol dengan Bi Inah. Dan saling mengobati rasa rindu yang mereka rasakan."Bibi nggak nyangka, bakalan pisah dari Non," ucap Bi Inah."Kehidupan di dunia ini nggak ada yang pasti Bi.""Non... sudah menggugat Tuan ya? Apa Non nggak ingin kembali bersama Tuan?""Tidak Bi. Kami lebih baik berpisah. Kami memiliki terlalu banyak perbedaan."Tarjo sejak tadi hanya diam saja karena mengamati Liya."Pak Tarjo Bengong terus sejak tadi!" ucap Sandra."Eh iya Non
Pagi itu entah kenapa Sandra sangat merindukan Bi Inah, asisten rumah tangganya yang ada di rumah Rayhan. Jadi ia memutuskan untuk menelepon Bi Inah."Jam segini, pasti Rayhan tak ada di rumah. Aku akan telepon dan bicara sebentar dengan Bi Inah.""KRiiiNG!!!" Suara telepon yang ada di rumah Rayhan berdering kencang."Hallo." "Hallo... Bi..," ucap Sandra."Eh Non... bagaimana kabarnya? Terakhir kali kita ngobrol, teleponnya di ambil paksa oleh Tuan.""Aku baik... Bibi gimana?" "Bibi ya begini begini saja non. Nggak terlalu baik. Nggak terlalu buruk juga. Oiya Bibi dengar kabar kalau Non Sandra sekarang tinggal di Apartemen Cattleya Posh?""Iya aku pernah tinggal di sana... tapi sekarang aku sudah pindah.""Lho kenapa Non?" tanya Bi Inah penasaran."Panjang ceritanya Bi. Lain kali saja aku ceritakan.""Anak anak gimana Non?""Anak anak sehat, Bi." "Kalau boleh, Bibi
"Ma... Pak Haris kok nyium mama? Kata mama, Pak Haris itu teman mama?!" Aku memprotes."Kenapa memangnya kalau teman berciuman? Sekedar mencium kening, jangan merespon berlebihan," ucap Mama."Kalau Papa tahu, pasti Papa marah."" Papamu tak akan tahu apapun. Kecuali kamu yang memberitahukan hal itu kepadanya. Tapi Ray, untuk apa kamu memberitahu Papamu? Papa bahkan tak percaya dan peduli lagi padamu. Mama yang memperjuangkan kamu di sekolah baru hingga kamu menjadi juara di sekolah seperti sekarang ini," ucap Ayunda."Mama benar. Papa tak pernah percaya pada setiap ucapanku. Saat ketika aku bilang aku tak pernah menonton film biru. Papa ragu. Saat aku bilang aku tak membentak ataupun melotot ke arah guru kelasku, Papa juga tak percaya."Aku melupakan kejadian tentang ciuman Pak Haris kepada mama, dengan segera. Yang menjadi prioritasku dalam hidup adalah kesuksesan berkarir. Aku tak pernah lagi peduli tentang hal di luar itu.A
"Kamu masih bilang nggak melakukan apa apa! Dasar anak kurang ajar! Guru kelasmu sendiri yang bilang kepada Kepala Sekolah, jika kamu sudah berani membentak dan melotot padanya saat ada ujian dikelas!!" teriak Papa kesal."Sekarang kamu dengan entengnya bilang, jika kamu nggak pernah melakukan apa apa?!" teriak papa lagi."Aku memang tidak melakukannya pa! Kenapa papa nggak percaya padaku! Aku saat itu hanya tidak mau mengerjakan tugas darinya. Tapi aku sama sekali tidak membentak ataupun melotot kepada Bu Widya.""Lalu kau mau bilang jika Bu Widya yang berbohong?! Dasar anak kurang ajar!!" ucap papa seraya memukulku lagi tanpa ampun dengan gagang sapu."Dia memang berbohong pa. Kenapa papa lebih percaya ucapan orang lain daripada ucapanku?" ucapku lirih dengan mata sembab."Hentikan dramamu! Setelah ini papa nggak akan mau tahu tentangmu lagi!"Sejak saat itu, mama memberhentikan Bu Anna sebagai guru les privatku. Mama sejak awa
Namaku Rayhan Wijaya, dulu saat masih menjadi siswa SD, aku selalu rutin bangun jam 5 pagi.Aku giat belajar, mengerjakan PR dan semua tugas proyek yang diberikan oleh guruku di sekolah.Ayah yang selalu mengingatkanku untuk rajin belajar. Ayah juga memberikanku seorang guru les privat, yang membantu mengajariku setiap sore. Namanya adalah Bu Anna.Bu Anna menguasai beberapa bahasa dari negara berbeda. Selain cantik dan ramah, Bu Anna juga sangat baik dan sabar saat mengajar. Selain pelajaran sekolah, ia juga mengajariku mengenai budi pekerti dan norma norma yang ada dalam kehidupan sehari-hari.Dalam bimbingannya, prestasiku naik dengan pesat. Aku mendapat nilai terbaik saat kelulusan Sekolah Dasar."Belajar bukan hanya sekedar membaca dan menghafal. Belajar bukan hanya bicara mengenai nilai akademis tapi juga bicara tentang arti pentingnya kebaikan kepada sesama." Kata kata Bu Anna itu yang kujadikan panutan hingga aku masuk ke SMP.
Sandra nampak murung. Pak Albert mengajaknya untuk duduk sebentar di kantin yang ada di sana. Pak Albert juga sudah menelepon Arya dan memberitahu jika proses mediasi sudah selesai.Arya datang menjemput Sandra dari pengadilan. Ia melihat Sandra yang duduk di mobilnya dengan wajah menunduk."Apa yang terjadi tadi?" tanya Arya sembari menggenggam tangan Sandra."Tak ada yang perlu dikhawatirkan.""Lalu kenapa kau kelihatan sedih? Apa dia tadi membentakmu?""Sedikit bentakan saja. Tapi aku sedih bukan karena bentakan Rayhan.""Lalu kenapa?" tanya Arya penasaran."Apa tindakanku sudah benar? Meski tak menunjukkan reaksi yang berlebihan di sana, tapi aku tahu jika Rayhan sangat marah.""Apa yang dikatakan oleh hatimu? Ikutilah itu.""Kenapa lewat sini? Kita mau kemana?" tanya Sandra ketika ia melihat kios kebab langganannya."Ke rumahku. Anak anak ada di sana. Kau istirahat di sana dulu. Aku tidak bisa turun. Aku akan langsung ke kantor setelah ini." Sandra mengikuti permintaan Arya.***