Share

Bab 18

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-01-10 21:00:56

“Benar-benar seperti binatang buas,” bisik Emily.

Ia pun menggeser tubuhnya perlahan di atas ranjang, menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh polosnya yang terasa lelah.

Ia menggigit bibir, menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya, terutama di pinggang.

Setiap gerakan kecil terasa seperti protes dari otot-ototnya yang kelelahan.

“Aduhhh,” lenguh Emily.

Di sebelahnya, William berbaring santai dengan senyum tipis di wajahnya.

Ia tampak tenang, seolah tak ada yang terjadi.

Emily meliriknya dengan tatapan penuh rasa sebal.

“Katanya tadi tubuhmu lemas,” gumam Emily dengan nada pelan namun sarat sindiran. “Bahkan membuka kancing baju saja kau bilang tidak bertenaga. Tapi lihat saja apa yang baru saja kau lakukan…”

William tetap tersenyum kecil, seolah-olah tidak mendengar sindiran itu. “Maaf,” ucapnya ringan, suaranya tenang seperti biasa. “Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba tubuhku pun
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 19

    William berjalan perlahan ke ruang tengah dengan tongkat di tangannya. Langkahnya tenang, namun pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi di pesta perayaan tahunan nanti. Di sana, Robert sudah menunggunya, berdiri dengan tangan bersilang di depan dada, ekspresi wajahnya serius. “Tuan William,” bisik Robert saat William mendekat. “Anda harus tetap memberikan sinyal waspada, terutama terhadap mereka yang kelihatan baik tapi sebenarnya munafik. Jangan lengah.” William tersenyum tipis, mengibaskan tangannya seolah ingin mengusir kekhawatiran Robert. “Jangan khawatir terlalu banyak, Robert. Aku tahu bagaimana caranya menghadapi mereka,” jawabnya dengan tenang. Namun, percakapan mereka terputus ketika kepala pelayan tiba-tiba datang bersama Elizabeth. William dan Robert saling berpandangan, bingung dengan kedatangan mereka. “Maaf mengganggu, Tuan,” kata kepala pelayan. “Atas perintah Nyonya Besar

    Last Updated : 2025-01-10
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 20

    “Wah, jalang sialan ini sudah datang,” gumam Emily kesal. Menarik lengan William, Emily berbisik kepada pria itu, “Tinggalkan aku sendiri dulu, ya. Aku harus meladeni siluman kalajengking ini.”William merasa berat, namun dia tetap menganggukkan kepalanya. “Emily! Akhirnya aku bertemu denganmu,” sapa Jessica, suaranya terdengar ramah namun penuh kepura-puraan. Emily menoleh, matanya yang tajam menangkap raut wajah Jessica. Hanya tersenyum tipis, Emily harus menahan perasaan jengkelnya. “Kenapa sulit sekali menghubungimu akhir-akhir ini? Aku sampai rindu, tahu,” lanjut Jessica, nada manisnya semakin terdengar dipaksakan. Emily menghela napas, kemudian membalas dengan senyuman tipis. “Yah, kurasa itu adalah masa terbaikku, Jessica. Jauh dari... orang-orang yang tampak seperti kelinci lucu, tapi ternyata tikus got.” Jessica tersenyum kaku mendengar sindiran itu. Amarahnya mulai memuncak, namun dia beru

    Last Updated : 2025-01-10
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 21

    “Tidak. Emily tidak mungkin mengetahuinya. Aku yakin, ini pasti perbuatan William. Pria itu sudah mempengaruhi Emily,” jawab Hendrick. Emily tidak mungkin secepat itu berubah pikiran, mustahil. Pada dasarnya, Emily adalah wanita yang naif, dan bodoh. Sudah bertahun-tahun mereka mengenal, sejak mereka kecil. Hendrick merasa lebih mengenal Emily dibanding siapapun. Jessica terdiam. Akan tetapi, otaknya menolak mempercayai ucapan Hendrick. Di saat itu, kedua orang tua Emily datang, bersama Sean. Melihat itu, Hendrick langsung mendekati mereka, menyapa dengan sopan, ramah, dan hangat seperti biasanya. “Paman, Bibi, Sean, kalian sudah datang?” ucap Hendrick, mengulurkan tangannya. Julia dan Johan menyambut uluran tangan Hendrik dengan perasaan bahagia, begitu juga dengan Sean. “Kau sudah lama datangnya, Hendrick?” tanya Johan. “Ah, belum lama ini, Paman,” jawab Hendrick

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 22

    “Kau sama saja. Sudah aku bilang, Hendrick adalah orang licik! Sekarang, terserah padamu maunya apa.” Emily melangkah cepat meninggalkan Sean yang masih terpaku di lorong sepi itu. Rasa kecewa memenuhi hatinya, tetapi dia menolak untuk memperlihatkan kelemahannya. Dia sudah cukup bersabar. Jika Sean dan orang tua mereka memilih untuk terus buta dan membela Hendrick, maka itu adalah keputusan mereka. Emily tidak akan lagi mencoba meyakinkan mereka. “Emily, tunggu!” teriak Sean, langkah kakinya mendekat. Namun, Emily berhenti sejenak, menoleh, dan menepis tangan Sean yang mencoba menahannya. ”Aku lelah, Kak,” katanya dingin. “Aku sudah berusaha menjelaskan, tapi kalian tetap tidak mau mendengar. Jadi jangan minta aku untuk terus bertahan menghadapi kebohongan Hendrick. Jika kau ingin hancur bersamanya, silakan.” Sean terdiam, tidak bisa menemukan kata-kata yan

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 23

    “... I–ini, lagu legendaris terbaik!” “Benar, nadanya yang sulit untuk ditiru bisa dinyanyikan dengan mudah!” “Wah, dia benar-benar hebat rupanya.” Jessica melotot, tak percaya. Nada-nada yang dihasilkan kali ini berbeda. Sebuah melodi indah mengalun, membungkam seluruh ruangan. Semua tamu pun berbisik penuh kekaguman. “Ada sentuhan nada modern, ini keren!” Emily memainkan lagu klasik tahun 1930-an, sebuah lagu yang bercerita tentang kebangkitan setelah keterpurukan. Setiap nada yang dimainkan mengandung emosi yang mendalam, menggetarkan hati para tamu. Ketika Emily mulai bernyanyi, suaranya begitu jernih dan menyentuh. Liriknya penuh makna, seolah menggambarkan perjuangannya sendiri. Para tamu yang sebelumnya mencela kini terpana, terdiam, bahkan ada beberapa yang meneteskan air mata karena keindahan musik dan lirik yang dibawakan Emily. Jessica kini tampak semakin kesal. Senyum sinis di wajahnya menghilang, tergantikan oleh rasa tidak nyaman. Saat

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 24

    Alura dan kekasihnya saling menatap dengan ratapannya begitu mendalam. “Kau...” Alura menahan kesalahannya terhadap kekasihnya itu, kembali fokus kepada Emily. “Emily, sepertinya sekarang kau ini Jadi ketularan buta,” sarkas Alura. Mendengar itu, Emily pun melotot tajam. William terdiam, sudah terlalu terbiasa mendengarnya dihina seperti sekarang ini. Tuan Xavier hanya mengamati, tidak ingin ikut campur urusan anak muda. “Emily, Aku adalah sahabatmu, tentu saja aku ingin yang terbaik untukmu,” ucap Alura. “Tapi, apa yang kau katakan tadi sudah benar-benar sangat keterlaluan!” Emily pun mendesah Frustrasi. Sekarang, barulah dia sadar kalau dulu dia berada di lingkaran setan. Tidak ada yang bisa melihat kebenaran, semuanya selalu berpihak kepada Hendrick “Alura,” katanya santai, namun ekspresinya penuh ancaman. “Asal kau tahu, aku sama sekali tidak pernah merasa otakku se–waras i

    Last Updated : 2025-01-12
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 25

    Setelah mengobrol dengan santai di restauran, Emily dan William pun kembali ke rumah. William dan Tuan Xavier juga sempat juga membicarakan hal serius tentang bisnis, kedepannya mereka berdua akan bekerja sama untuk saling menguntungkan. Emily dan William bersiap masuk ke kamar. Namun, tiba-tiba saja Elizabeth menghentikan langkah mereka. “Tuan, sebelum anda masuk ke kamar, apakah boleh saya memeriksa keadaan anda?” tanyanya. Mendengar itu, Emily pun memutar bola matanya, jengah. Di ruang tengah rumah, Elizabeth duduk di sebelah William dengan peralatan medis kecil di tangannya. Dia memeriksa denyut jantung William dengan stetoskop, kemudian beralih memeriksa denyut nadinya. Wajah Elizabeth terlihat serius, seolah benar-benar fokus pada tugasnya. Namun Emily duduk sambil melipat tangan di dada, menyaksikan adegan itu dengan tatapan tidak suka. Suaminya disentuh oleh wanita lain, bahkan d

    Last Updated : 2025-01-12
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 26

    Emily duduk di ruang tamu besar rumah keluarga William, berhadapan dengan Kelly. Tatapannya lembut, namun ada kilatan otoritas yang sulit dibantah. “Emily, sayang,” ujar Kelly dengan senyum tipis, memulai pembicaraan dengan nada manis. “Ada sesuatu yang ingin Ibu minta darimu.” Emily meneguk ludah, mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang. “Apa itu, Bu?” Kelly menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, tangannya yang berlapis cincin berlian menggenggam cangkir teh. “William menyimpan beberapa dokumen penting. Ibu hanya butuh meminjamnya sebentar, untuk... keperluan keluarga.” Mata Emily langsung membulat. Ia merasa jantungnya berdebar kencang. Dokumen yang dimaksud Kelly pasti berisi informasi yang sangat penting, mungkin tentang perusahaan atau properti William. Emily menggigit bibirnya, mencoba mencari alasan. “Tapi, Bu... aku rasa William tidak akan suka jika dokumen itu dipinjam tanpa sepengetahuannya.”

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 100

    William kembali ke rumah malam itu. Dia mendapatkan informasi dari penjaga gerbang tentang kedatangan Nyonya besar beberapa saat lalu, tapi dia tidak terlalu ingin mempedulikannya. Begitu sampai di kamar, William tidak mendapati Emily di sana. Ia pun menjadi panik. Jangan-jangan Emily kabur. Biasanya Emily akan berada di sana setiap William pulang. “Emily! Emily!” panggil William. Pria itu benar-benar harus tetap berakting buta, padahal dia benar-benar sangat panik. Saat William keluar dari kamar, seorang pelayan rumah datang menghampiri dan berbicara dengan sopan, “Nyonya Emily berada di kamar ujung, Tuan. Siang tadi ada teman Nyonya Emily. Sejak saat itu, Nyonya Emily belum keluar dari kamar itu.” William menganggukkan kepalanya. Dengan gerakan tangan, William meminta pelayan itu pergi. Cukup lega mendengarnya. Setelah yakin tidak ada orang lagi, William berjalan menu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 99

    Sore itu, sebelum pulang ke rumah, William melangkah masuk ke sebuah restoran mewah. Di ruang VVIP, Tuan Xavier sudah menunggunya dengan ekspresi tenang, meskipun ada sedikit kelelahan yang terpancar di wajah pria itu. William duduk dan mereka saling bertukar sapa, membahas hal-hal ringan sebelum akhirnya William memutuskan untuk langsung bicara pada intinya. “Beberapa hari ini Emily sering menghubungi anda, Paman,” kata William dengan suara tenang namun penuh kehati-hatian. “Apakah ada sesuatu yang terjadi? Jika boleh tahu, apa yang diobrolkan Emily hingga sesering itu dia menghubungi anda?” Tuan Xavier menghela napas perlahan, meletakkan cangkir tehnya ke atas meja dengan gerakan lembut. “Beberapa waktu terakhir, Emily mengalami terlalu banyak kejutan dalam hidupnya, William. Aku yakin kau pun menyadarinya. Tekanan yang dia rasakan tidak kecil. Dia pasti merasa stres dan frustrasi belakangan ini.” William mengangguk pelan.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 98

    Elizabeth menatap keluar jendela mobil dengan gelisah. Sudah lebih dari satu jam perjalanan, tetapi mereka masih belum sampai. Jalanan semakin sepi, hanya ada pepohonan di sisi kiri dan juga kanan. Tangannya mengepal erat. Dia sudah beberapa kali bertanya kepada sopir yang mengantarnya, tapi pria paruh baya itu hanya diam, seolah tidak mendengarkan. “Hei! Aku bertanya, kita mau ke mana?” bentaknya, mulai kehilangan kesabaran. Sopir itu tetap tidak menjawab. Frustrasi, Elizabeth menatap gagang pintu. Jika dia tidak segera mendapatkan jawaban, dia akan mengambil resiko, loncat dari mobil ini! “Aku bersungguh-sungguh! Jika kau tidak menjawab, aku akan keluar dari mobil sekarang juga!” ancamnya.sopir itu akhirnya menghela napas dan berbicara dengan nada tenang, “Aku hanya diperintahkan Untuk mengantarmu menemui ibumu. Jadi, tetaplah untuk tenang.”Elizabeth terdiam. Ibu? Pikirann

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 97

    Emily mengepalkan tangannya erat. Dia hanya bisa menatap punggung Elizabeth yang berjalan menjauh, semakin lama semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang di balik pintu gerbang rumah itu. Mata Emily memanas, tapi dia menahan diri agar tidak menangis. Dia tidak bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi, tetapi melihat Elizabeth yang biasanya selalu menunjukkan wajah palsu pergi dengan kesan yang nampak marah dan kecewa, Emily pun menjadi gusar. Sementara itu, Elizabeth menundukkan kepalanya, menahan isak tangis yang semakin berat. Dia benar-benar tidak rela meninggalkan rumah itu. Tempat ini adalah satu-satunya tempat di mana dia bisa merasa dekat dengan William. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Robert telah mengancamnya, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan bukti yang cukup untuk menghancurkan hidupnya. Dia masih belum tahu di

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 96

    Pagi itu, suasana di kamar mandi rumah William terasa begitu hangat. Emily dan William tengah berendam bersama di bathtub yang penuh busa. Tawa kecil Emily menggema ketika William dengan lembut menggosok punggungnya. “Kau benar-benar menikmati ini, ya?” tanya Emily sambil memutar kepala untuk melihat William. William tersenyum tipis, membalas, “Tentu saja. Jarang-jarang aku bisa mandi bersama istriku. Rasanya... aku jadi ingin setiap hari.” Emily tertawa pelan, menggelengkan kepala. “Kau benar-benar tidak mungkin serius, kan?”“Serius. Dulu, saat kecil kita juga sering mandi di kolam renang bersama, sayangnya saat itu aku masih sangat polos dan hanya tersenyum bahagia melihat balita menggunakan pakaian renang.”Emily pun terkekeh. Setelah selesai mandi, mereka saling membantu. Emily memakaikan dasi untuk William, sementara William membantu Emily memilih dress santai untuk dikenakan di rumah.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 95

    William melangkah masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu, seperti biasanya saat dia sedang pulang ke rumah. Namun, kali ini, dia melihat sesuatu yang membuat alisnya sedikit mengernyit. Emily yang tengah memegang ponselnya tiba-tiba menyembunyikan di balik punggung saat melihat dirinya masuk. Emily tersenyum, berusaha terlihat senang Mungkin. Dia segera bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah William. “Sayang, sudah pulang?” tanyanya dengan lembut, seolah tidak terjadi apa-apa. William menutup pintu dan mengangguk pelan. Dia ingin bertanya tentang ponsel yang disembunyikan Emily, tapi melihat wajah istrinya yang lebih cerah dibanding beberapa hari terakhir, ia memutuskan untuk menahan diri. Tanpa berkata apa-apa, Emily langsung memeluk William erat. William terkejut sejenak, namun segera membalas pelukan itu. Sudah berapa waktu ini Emily lebih banyak diam, dan dia yang mengambil inisiatif untuk memeluknya lebih dulu

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 94

    Pagi itu, di sebuah kafe, tempat Azura bekerja. Azura menatap Robert dengan tatapan tajam, tangannya menyilang di depan dada, sementara proposal di hadapannya tetap tak tersentuh. “Dengar, Tuan Rodet atau Robert, dan... siapa lah itu,” katanya dengan nada datar. “Emily bukan anak kecil lagi. Dia sudah cukup tua, bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Dan aku? Aku bukan pengasuh atau bodyguard. Aku ini pelayan cafe biasa, dan aku nyaman dengan pekerjaanku sekarang ini.” Robert tetap tenang, meski dia bisa merasakan penolakan keras dari Azura. “Aku tentu saja mengerti posisi anda, Nona Azura. Tapi ini bukan hanya soal pekerjaan saja. Ini soal Nyonya muda Emily. Lagi pula, bekerja di kafe seperti ini tidak mungkin bisa menjamin masa depan anda.”Mendengar itu, Azura pun makin menatap Robert dengan tatapan kesal. Ia memiliki cerita tidak mengenakan dengan para orang kaya, itu cukup membuatnya muak. Walaupun Emily adalah

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 93

    Johan dan Julia mencoba untuk menemui Emily, namun kesulitan karena baik penjaga gerbang maupun pelayan rumah tidak ada yang memberikan akses. Nyonya besar juga dilarang untuk datang oleh William. Seolah tahu apa yang akan terjadi, William ingin mengantisipasi semua masalah dari luar. Emily sedang kacau belakangan ini, akan mudah baginya dipengaruhi, dan berpikir buruk. Sementara itu, di dalam kamar, Emily menghela napasnya. Sungguh, rasanya bosan sekali terus berada di dalam kamar seperti ini. Akhirnya, Emily memutuskan untuk berjalan-jalan keliling rumah dan taman saja guna mengusir rasa bosan itu. “Aku ingin pergi ke pusat belanja. Makan es krim, beli baju, ahhh... pokoknya apapun yang bisa aku lakukan di sana, deh!” gumamnya. Namun, langkah kaki Emily terhenti saat mendengar suara Elizabeth tengah bicara di telepon. Emily mengerutkan keningnya. “Elizabeth... kenapa dia ada d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 92

    Malam itu, di sebuah apartemen. Suara barang pecah belah menggema di dalam kamar Hendrick. Napasnya memburu, dadanya naik turun penuh emosi. Ia baru saja menerima kabar bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya, kehancuran bisnisnya, rusaknya reputasinya, dan kekalahannya adalah ulah William dan Emily. Mereka bekerja sama untuk menyingkirkannya. Hendrick menatap pantulan dirinya di cermin yang kini retak akibat lemparannya. Matanya merah penuh kemarahan. “William... Emily,” gumamnya, “kalian pikir, kalian benar-benar sudah menang?” Ia menyeringai dingin. Tidak. Ini belum berakhir. Dia akan menghancurkan mereka, satu persatu. Jika Emily meninggalkan William, pria itu pasti akan hancur. Atau lebih baik lagi, jika ia bisa membuat mereka saling membenci, itu akan menjadi hukuman terbaik. “Tidak sulit,” Hendrik tertawa. Ia tahu Emily bukan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status