Leon mengerutkan keningnya mendengar bahwa orang yang di balik layar yang menyuruh preman merusak properti milik Arsenio justru dari kalangan keluarga dekat. "Apa itu ayah kandung Bu Cantika? Seburuk-buruknya orang tua kandung rasanya tak akan mungkin melakukan tindakan yang seburuk ini, Pak Arsen! Sewalah detektif swasta untuk menyelidiki papa mertua Anda itu. Bisa jadi hanya sekadar ayah sambung istri Anda lho!" ujar Leon yang kedengarannya logis bagi Arsenio."Hmm ... berarti Anda sepemikiran dengan saya. Jadi semenjak kami menikah, saya makin tahu betapa menderitanya Cantika saat berada di tengah keluarganya. Memang ibu dan saudaranya itu statusnya tiri, tetapi papanya sudah ada sejak dia bayi. Bisa saja mama kandung Cantika menjalani pernikahan kedua dulu ketika puterinya masih bayi," balas Arsenio mengutarakan pendapatnya kepada Leon. Dia merasa rekanan bisnisnya tersebut memiliki kepedulian dengan kisah dirinya dan Cantika.Leon yang mencerna kata-kata Arsenio pun tertawa sini
"Cantika, kita mandi sebentar ya di shower. Habis itu aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu," ucap Arsenio sambil melepaskan dasi dan kancing kemejanya yang berwarna biru muda. Istrinya yang baru saja mengunci pintu kamar mengerutkan keningnya dan bertukar pandang dengan Arsenio. "Emang ada perkara penting apa, Sen? Aku kok jadi kepo sendiri. Mesti habis mandi ya kasi tahunya?" tanya Cantika."Hu-um, udah kita mandi dulu aja!" ajak Arsenio yang telah bertelanjang dada menggandeng Cantika masuk ke kamar mandi bersamanya.Ketika melihat istrinya polos tanpa selembar kain pun dan basah-basahan, Arsenio otomatis mengalami ereksi. Jantungnya berdetak lebih kencang seperti genderang perang. Namun, Cantika bukannya meredakan gairah yang membakar tubuh suaminya. Dia justru membelai-belai bentukan bak pisang Ambon mengkal itu sembari menatap Arsenio."Apa mau main basah-basahan bareng aku, Ganteng?" godanya tanpa ampun.Pemuda itu menyerah tanpa syarat di hadapan istrinya seraya meng
"Pak Julian, untuk sementara Anda masih dibebaskan dari rutan karena memang tindak kejahatan yang dilakukan oleh preman-preman itu hanya membuat kerugian materiil tanpa ada korban jiwa. Hanya saja kemungkinan di persidangan akan ada vonis biaya ganti rugi ke Nyonya Cantika dan Bapak Arsenio Gunadharma," terang pengacara kepercayaan Pak Julianto Wiryawan di halaman parkir depan Polsek Sawah Besar.Pria jangkung beruban dengan kumis dan jenggot subur itu mendengkus kesal. Dia tak menyangka Garwin sebodoh itu hingga membongkar kedoknya sebagai dalang kejadian naas yang menimpa Cantika dan Arsenio."Oke, Pak Yongki Siahaan. Saya paham, tolong dibantu nanti saat perkaranya dibawa ke persidangan. Jangan sampailah saya masuk bui!" jawab Pak Julianto sembari berjabat tangan dengan pengacaranya sebelum pulang ke rumahnya.Tiba-tiba saat berada dalam perjalanan ke rumah, ponsel Pak Julianto berbunyi. Dia pun melihat ke layar benda pipih mahal tersebut lalu menjawab panggilan telepon dari puteri
"Permisi, Bu Cantika. Ada undangan untuk Anda dan Pak Arsen baru saja dikirim kurir ke mari!" ujar Veli asisten sekretaris menyerahkan sepucuk surat beramplop biru muda tebal ke tangan Cantika."Makasih ya, Veli!" ucap Cantika kemudian Veli keluar meninggalkan ruangan presdir.Arsenio pun bertanya karena penasaran, "Surat undangan dari siapa, Darling?" Dia lalu menghampiri kursi istrinya."Anaknya si Baby ulang tahun nanti malam dirayain di rumah keluarga Gozhali. Kita dateng aja ya, Sen, gimana?" tanya Cantika meminta pendapat suaminya. Terlepas dari perkara sengketa dengan papanya, mereka tak ada masalah dengan keluarga kecil Baby Alexandra."Boleh, tapi bawa kado apa? Dadakan banget ngirim undangannya sih!" sahut Arsenio sembari mengangkat tubuh ramping istrinya ke pangkuannya. Dia memang suka bermanja-manja dengan istrinya karena seruangan kerja."Pulang kantor kita ke Toy Kingdom aja deh. Nggak usah terlalu dipikirin, usia setahun masih belum terlalu banyak main yang aneh-aneh. P
"Suster Nina, apa Ken dan Danny sudah siap berangkat?" tanya Cantika menengok ke kamar anak. Si kembar sudah nampak ganteng dengan pakaian rapi di dalam baby stroler masing-masing. Mereka menyahuti mommy cantik itu dengan bahasa bayi yang abstrak. Kenneth dan Daniel memang jarang menangis atau pun tantrum, keduanya bocah laki-laki yang manis sikapnya."Sudah siap, Bu Tika. Apa mau berangkat sekarang?" balas Suster Nina bangkit dari tepi ranjangnya. Dia menyangklong baby travel bag di bahu kirinya."Iya, yuk biar nggak telat datang acaranya!" Cantika mendorong baby stroler ganda itu dengan mudah lalu menutup pintu kamar anak. Arsenio yang tadinya duduk di sofa pun berdiri lalu membantu istrinya mendorong baby stroler menuju ke lift. Mereka pun berangkat menuju ke kediaman Gozhali."Sen, nanti kalau ketemu sama papaku biasa aja ya. Jangan singgung tentang hasil interogasi preman yang kemarin di kantor polisi," pesan Cantika sambil menatap wajah suaminya yang mengemudi di sebelahnya.P
"Berani ya kamu membentakku?" Nyonya Ribka menepis telunjuk Arsenio yang lancang menunjuk ke wajahnya.Pemuda itu merangkul bahu istrinya sembari tertawa kering. Dengan nada tajam, Arsenio pun menjawab, "Wajar bila aku menghardik orang kurang ajar yang berani menghina wanita yang kucintai dan kuhormati di hadapan mataku langsung. Apa gunanya aku sebagai suaminya Cantika kalau hanya terdiam ketika dia dipermalukan?!""Ohh ... sok banget kamu ya, Arsenio Gunadharma. Jangan lupa kamu tuh hanya sekretarisnya Cantika." Nyonya Ribka menepuk-nepuk pipi pemuda itu seraya mencemooh, "Arsen, awas kalau nggak bisa bayar cicilan pinjaman bank ... kalian akan berakhir jadi gembel di jalanan!"Keluarga Wiryawan memang tidak tahu dari mana modal usaha Cantika dan Arsenio berasal. Mereka hanya menebak uang yang banyak itu berasal dari tabungan Cantika dan pinjaman dari bank. Padahal Arsenio mendapatkan warisan bernilai besar dari mendiang mamanya, Lady Violetta Sloan.Arsenio berbicara tanpa merasa t
"Maaf, apa saya boleh berbicara sebentar dengan Anda, Pak Revano Gozhali?" sapa Detektif Rudi Bimantara ketika pria yang menguasai perusahaan grup Gozhali itu melintasi lantai lobi gedung kantor utama menuju lift.Pak Revano mengerutkan keningnya karena tidak mengenal pria berusia sekitar 30an tahun yang berpakaian setelan jas rapi warna beige itu. "Maaf, Anda siapa? Saya sibuk hari ini bila Anda ingin bertemu tanpa appointment!" tolaknya halus."Perkenalkan saya Rudi Bimantara, detektif swasta yang dipekerjakan oleh Bu Cantika Paramitha dan Bapak Arsenio Gunadharma, mungkin Anda mengenal beliau?" Rudi mengulurkan tangan kanannya dengan percaya diri dan bergaya sok kenal sok dekat. Profesinya yang mengharuskan Rudi begitu.Mendengar nama Cantika disebut, sikap Pak Revano melunak. Dia lalu berkata, "Baiklah, ikut saya naik. Ada waktu 30 menit silakan Anda pergunakan dengan maksimal!"Hati Rudi bersorak kegirangan, dia berjanji akan melakukan tugasnya seefektif mungkin. Bisa jadi pria y
"Pak Joko, aku izin ngopi sebentar ya. Ngantuk nih!" pamit Rama bersama beberapa rekan satpam proyek Indrajaya Realty.Kepala satpam itu pun mengangguk setuju. "Beliin sekalian nasi goreng sama kopi, Ram! Nih duitnya," sahut Pak Joko sekalian menyerahkan selembar uang dua puluh ribuan kepada Rama.Suasana di musim kemarau itu sunyi senyap, hanya beberapa suara binatang malam yang berbunyi bersahut-sahutan. Pak Joko ditemani oleh tiga rekannya yang masih berjaga di proyek pembangunan sentral bisnis milik PT. Cantika Gunadharma Jaya berkeliling memeriksa keamanan lokasi. Mereka berpencar dengan lampu senter masing-masing.Tanpa diduga ada sekelompok orang berpakaian serba hitam dengan penutup wajah yang juga berwarna senada menyusup ke komplek pembangunan tersebut. Mereka mengamat-amati bangunan setengah jadi yang tinggi menjulang lalu seseorang berbicara, "Kita rusakin yang paling bagus dan sudah hampir jadi aja. Ayo bergerak!"Rekan-rekannya segera merangsek masuk ke bangunan mall ber