SIAPA CALON MULKI, BAH?
"Berarti kalau Umi tak merestuinya Mulki tak akan diizinkan menikahi wanita itu? Meskipun itu rekomendasi Abah Usman dan anakmu sendiri mencintainya, Mi?" selidik Abah Furqon. Umi Laila langsung terdiam mendengar pertanyaan suaminya itu. Berat sekali jawabannya, padahal dalam kehidupan ini tentu sering mendapatkan kasus di mana kedua pasangan tidak direstui oleh kedua orang tuanya untuk menikah. Alasan dari tidak direstui hubungan kedua pasangan pun beraneka ragam, namun biasanya alasan orang tua tak merestui hubungan anaknya adalah karena calon menantu atau pendamping anaknya tidak memenuhi kriteria mereka. Dia sadar sekali akan hal itu."Kenapa Umi diam saja?" tanya Abah Furqon menyadari istrinya melamun."Sebenarnya susah pertanyaan Abah ini di jawabnya. Kadang Umi ini juga manusia yang memiliki sisi egois juga, di sisi lain umi tahu bahwa menikah pilihan anak. Itu kebebasan anak, Bah. Namun di sisi lain sebagai mertua,DIA GENDHIS!"Kedua, jangan menganggap putra kita itu sempurna, Mi. Meskipun kita orang tuanya, anak kita juga banyak memiliki kekurangan juga. Apalagi Mulki mengidap penyakit meningitis, Umi harus ingat itu. Jangan menuntut bidadari syurga karena anak kita pun tak sempurna. Paham?" tegas Abah Furqon. Umi Laila menganggukkan kepalanya."Ketiga, yang perlu menjadi pertimbangan Umi adalah wanita ini sudah di pilihkan oleh Abah Usman guru besar Abah dan Mulki. Tentu bukan asal-asalan di pilih, selain itu dia juga mau menerima semua, ingat SEMUA kondisi anak kita. Baik buruknya dia sudah sepakat. Jadi pertimbangkan ini juga meski kau kecewa akan pilihannya," sambungnya."Siapa wanita itu, Bah?" tanya Umi Laila mulai tak sabaran. Abah Furqon menatap ke arah istrinya."Wanita itu adalah Gendis," jawabnya.Umi Laila terdiam sepersekian detik, dia mencoba mencerna apa ucapan sang suami. Dia masih tak mau terburuk sangka, dia takut Gendhis yang d
MULAI MAULIDA SAMPAI IFAH DAN BERAKHIR GENDHIS"Allah, apa yang harus aku lakukan? Andai bisa, namun aku tahu berandai-andai tidak boleh," monolog Umi Laila.Hanya saja kali ini dia kalah, sang Putri sangat menyayangi suaminya bahkan cintanya itu sampai menutupi rasa sakit hatinya dan sebagai orang tua kembali lagi dia pun tak bisa berbuat apa-apa juga melihat sang Putri ingin tetap bersih kukuh bersama Rio. Apalagi sekarang Rio sudah menunjukkan gejala berubah, lalu tiba-tiba anak lelakinya dengan konyol ingin menikahi wanita yang pernah dibekasi oleh kakak iparnya. "Bukankah ini Sama saja bunuh diri?" batinnya lagi,"Bagaimana jika mereka bertemu dengan Syifa? Aku tahu Sifa anak yang sangat baik, namun dia akan sakit hati dan Rio akan kembali perasaannya mencintai Wanita itu. Sungguh ini tak akan bisa dibayangkan. Gusti, Allah, Allah," monolog Umi Laila. Berkali-kali Umi Laila mengusap air matanya, Abah Furqon membiarkan sang istri
TANTANGAN MULKI TA'ARUF!"Bukan merendahkan standar, Mi. Pertama kita lihat saja usia mereka jauh lebih muda daripada Mulki. Belum tentu mereka bisa merawat Mulki dengan baik saat Mulki sakit. Iya kalau sakitnya masih di Indonesia, Mi. Jika sakit itu harus diderita saat di luar negeri? Saat Mulki kembali menuntut ilmu terakhir di Tarim, bagaimana?" tanya Mulki."Apakah Umi harus terbang ke sana? Apakah Mulki harus mengurus diri Mulki sendiri? Apa gunanya memiliki istri jika begitu? Itu adalah alasan pertama, Mi. Kedua, jikalau pun mereka sanggup mengurus Mulki, apakah mereka bisa menerima konsekuensi Mulki, Mi? Bukankah dokter sudah mengatakan kalau kemungkinan terburuk yang akan Mulki derita jika penyakit ini kambuh lagi adalah mandul? Mengingat penyakit serangan yang kedua itu sudah parah, konsekuensinya Umi ingatkan?" kata Mulki lagi. Umi Laila terdiam dan meneguk ludahnya dengan kasar. "Mi, setiap pernikahan yang dilakukan itu pasti menginginkan ketur
LELAKI DENGAN HARGA DIRI SEPARUH?"Sudah, Bah. Mulki tak keberatan jika memang Umi menginginkan Mulki untuk berta'aruf dengan wanita pilihannya, baik dengan Maulida maupun maupun dengan iffah. Namun Mulki hanya meminta satu hal yaitu menjelaskan kondisi Mulki dengan jujur tanpa ditutupi. Bahkan Mulki mau bertemu keluarganya dan menjelaskan duduk permasalahannya, Bah," jawab Mulki."Lalu?" tanya Abah Furqon.Umi Laila hanya diam. Abah Furqon dan Mulki pun langsung berpandangan mereka paham sekali jika sang Umi sudah diam maka artinya tahapan marahnya sudah diambang batas kecewa. Sedikit membahayakan sebenarnya. Mulki pun memberika kode pada Abah Furqon dengan kedipan mata, Abah Furqon menganggukkan kepalanya."Mi, Umi ini hanya ingin menikah seumur hidup sekali. Rasanya itu tak beratkan sama seperti Umi dan Abah membina rumah tangga sekali seumur hidup, hanya itu saja. Sedangkan kondisi Mulki seperti ini, Mulki hanya ingin sakinnah, mawaddah, wara
AKANKAH RIO MENGETAHUINYA?"Percayalah, Mi. Ketika seorang wanita sudah berada di titik menyayangi suami, calon pasangannya dan menerima semua keputusan serta kondisi sang suami, maka keberkahan dalam rumah tangganya akan berlangsung lama dan awet. Tak mudah memang menerima lelaki dengan harga diri yang sudah tinggal separuh," jelas Abah Furqon."Abah bisa mengatakannya begitu karena Abah lelaki, Mi. Percayalah, karena harga diri lelaki itu ya itu, Mi. Kelelakian, memang wanita tak menuntut bahkan bisa menahan, tapi untuk seumur hidup? Bisakah? Bayangkan saja, Mi. Bagaimana amit-amit jika menimpa Umi. Ketika lelaki kehilangan keperkasaannya, maka harga dirinya akan turun dan itu wajar," sambungnya. "Entahlah, Bah. Aku belum bisa berpikir sampai sana, aku masih ingin memiliki waktu sendiri dan untuk memikirkan semua dalam posisi yang dingin. Biarkan aku mencari waktu dulu," terang Umi Laila.Abah Furqon pun langsung terdiam, dia malas berdebat de
APAKAH DIA GENDHIS BABY BINALKU?"Sudah tidak usah dipikirkan lagi, aku akan menjelaskan semua kepada Mamamu Nanti. Insya Allah habis maghrib aku akan ke sana, bolehkan aku berkunjung ke rumahmu?" tanya Mulki."Ah rupanya dia ingin perjanjian pergi ke rumah wanitanya. Hahaha, polos sekali dia harus bertanya dulu," kata Rio dalam hati. "Ya memang bisa semua dikatakan ditelepon, tapi kan ini menyangkut penjelasan kepada orang tuamu, Gendis. Sebagai lelaki malu dong jika hanya lewat telepon, ini sebagai bukti kesungguhanku. Aku akan datang ke sana dan aku harus menjelaskan secara langsung semua ini, masa ia meminang anak perempuan orang hanya lewat telepon saja," ujar Mulki lagi."Tak elok, tak baik kan. Meskipun ini bukan acara mengkhitbah resmi hanya saja aku ingin menunjukkan keseriusan ku serta silaturahmi kepada Ibumu. Lama aku tak bertemu dengan beliau. Jadi bisakah kau membiarkan aku ke sana? Boleh kan?" tanya Mulki sekali lagi. 'D
MEMBUNTUTI MULKI UNTUK MELAKUKAN PEMBUKTIAN! "Ya sudah kalau begitu nanti aku akan segera menjemput Farhat setelah asar," kata Syifa. "AKU TAK AKAN MEMBIARKANMU!" ancam Rio dalam hati. Rio pun menganggukkan kepalanya, mereka masuk ke kamar lagi. Rio ingin istirahat sebenarnya namun tak bisa. Rio diam-diam memperhatikan gerak-gerik dari Mulki yang memang tak kembali ke pondok. Dia tak ingin ketinggalan lelaki itu, setelah memastikan semua di rumah aman dan tak curiga Rio pun menyusun strategi dan hanya tinggal menunggu eksekusinya saja. Dia menunggu sambil bermain dengan putranya, sedangkan Farhat karena ada ujian belum bisa menyusulnya. "Mas Farhat belum selesai ujiannya. Masih harus ujian hafalan dan sebagainya, sampean ke Pondok pun tak akan bisa bertemu karena dalam kelas. Jadi kemungkinan belum bisa bertemu. Bagaimana?" tanya Sifa setelah mendapatkan kabar dari pengurus pondoknya. "Biarlah, Dek. Jangan
MATI?"Arrrggghhhhhh!!!!!!!!!!!" teriak Rio sambil mengusap wajahnya kasar."Gusti! Tuhan, apa perasaanku saat ini? Apakah ini salah? Ibu, maafkan aku, Bu. Aku tahu bahwa kali ini aku salah, karena aku saat ini memiliki anak perempuan juga istri. Namun di sisi lain aku tak bisa menutupi rasa penasaranku, Bu. Aku tahu jika aku bertemu dengan wanita itu lagi akan bisa menumbuhkan rasa cintaku terhadapnya lagi. Tapi aku tidak salah kan, Tuhan," kata Rio."Bagaimanapun juga dia juga Ibu dari anakku, meskipun anak itu dikandung di luar nikah aku tetaplah bapaknya. Bu, tenanglah dan jangan marah ya. Aku hanya ingin menengok anakku saja, bukankah semua itu dilihat dari niatnya? Dan aku tidak berniat macam-macam, hanya menengok anakku, Bu. Maaf ya, aku hanya sekali lagi menengok anakku tidak lebih," sambung Rio.Dia mendengar mobil Mulki di nyalakan, sepertinya Mulki sudah selesai mengantri. Setelah mendapatkan martabak itu Mulki langsung berlalu pergi m