LE, MULKI!"Kau sendiri yang mengatakan jika kau mendapatkan rekomendasi wanita calon yang akan di ta'arufkan bersamamu dari Abah Usman kan? Di mana Abah Usman itu adalah guru sekaligus murid Abah Umar. Mereka adalah orang yang sama-sama tahu tentang agama, bukan nya Abah Ini berburuk sangka kepada Gendis dan mau mengatakan Gendis itu wanita tak beragama. Tapi mengapa harus Gendhis diantara jutaan wanita yanga da di muka bumi ini, Nak?" sambung Abah Furqon.Mulki hanya bisa terdiam mendengar semua ucapan itu. Dia sendiri juga tak tahu apa dan mengapa jalan takdir Allah begitu unik. Terdengar helaan nafas berat Abah Furqon di seberang."Bagaimana bisa Gendis dan bagaimana mereka merekomendasikan Gendis sebagai kadidat wanita yang akan menjalani ta'aruf denganmu, Nak? Apakah mereka tidak tahu cerita tentang Gendis dan bagaimana bisa Gendis berada di sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang tidak Abah tahu?" tanya Abah Furqon."Bah, bukannya Mulki ingin membela Gendis, tidak. Namun Mu
TAK SEGAMPANG ITU MEMINTA RESTU! "Abah Ini orang yang insya Allah sedikit banyak tahu betul tentang agama dan hukum-hukumnya dan Abah juga tahu betul bagaimana watak dan sikapmu, Le. Kau adalah anak Abah yang dari kecil sudah bersama Abah. Le, bukannya melarang coba renungkan semua perkataan Abah, sekarang yang Abah takutkan adalah ketika Abah dan Umi merestui mu meskipun dengan keterpaksaan untuk menikah dengan Gendis tapi rumah tanggamu tidak berjalan langgeng, bagaimana? Bahkan amit-amit jika sampai tengah jalan kalian bercerai karena masalah MASA LALU ini. Apakah itu tidak akan merugikan mu, Nak? Apakah kau tidak malu jika itu terjadi?" tanya Abah Furqon. "Memang benar dalam Islam Itu dilarang menanyakan masa lalu seseorang, tapi ini jelas-jelas kau sudah tahu masa lalunya. Apakah dirimu kuat? Le Mulki, ketika kau sudah menikah nanti bukan hanya menyatukan dua cinta dan dua hati saja, tapi dua keluarga dan dua kepala yang beda pemikirannya. Bagaimana jika kalian memiliki anak na
PULANGLAH LE!"Rasanya tak adil sekali kan, Bah? Apakah Mulki harus melibatkan Ifah dalam masalah ini? Karena Mulki sangat sadar bahwa Ifah ini adalah anak perempuan di mana dia mungkin juga dituntut untuk memiliki keturunan oleh orang tuanya. Sedangkan Mulki...""Mulki!" pekik Abah Furqon sedikit menaikkan nada bicaranya."Kenapa kau sudah mendahului takdir begitu? Tak baik, Nak! Kata siapa kamu tak bisa memiliki keturunan? Hah? Kau tetap bisa memiliki keturunan," tegurnya."Tapi Bah, dokter sudah mengatakan semua kemungkinan terburuknya. Anggaplah kita mengambil paling buruk sebelum paling baik, Bah. Bukankah Abah sendiri tau bahwa Mulki kemungkinan besar sedikit kesulitan mendapatkan keturunan karena pengaruh dari penyakit meningitis itu sudah menjalar. Nah logikanya tak semua wanita bisa memahami dan menerima Mulki, Bah. Mulki memerlukan pasangan dan sosok yang dewasa serta bisa mengerti, bukan hanya Mulki yang mengerti dia. Rasanya umur Gendis dan pemikiran, serta pengalaman hidu
AKU MELIHAT CINTA DI MATAMU!"Allah, alangkah nikmatnya suasana ini. Ramadhan di Tarim dengan membakar wewangian dan berdzikir kepada-Mu. Allah ya Robb, pantaskah aku menikah dengannya? Jika boleh meminta jodohkan aku dengan Mulki ya Robb, aku sungguh mencintainya," gumam Gendhis. Di negara kita indonesia, masyarakat kita kalau sudah mencium bau kemenyan langsung mengambil kesimpulan kalau ada pemanggilan roh, dan ada juga sebagian beranggapan hanya sebagai pengharum ruangan. Dan ada juga yang masih merasa terganggu dengan bau kemenyan atau buhur. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beliau sangat menyukai wangi-wangian, baik minyak wangi, bunga-bungaan atau pembakaran dupa. Perbuatan ini telah turun temurun diwariskan kepada sahabat dan tabi’in dengan membuat ruangan menjadi harum dengan membakar kemenyan, dupa dan kayu gaharu yang bisa membuat ketenangan di dalam ruangan rumah merupakan hal yang baik. Sampai sekarang di sekitar Masjid Nabawi dan ju
BERPAMITAN PULANG KE INDONESIAMendengar semua ucapan dari Gendhis itu pun membuat Mulki tersenyum. Dia baru merasa tak salah lagi mencintai wanita itu, dia benar-benar merasa beruntung dicintai oleh wanita yang setengah gila itu. Bagaimana tidak gila, dia bisa mencintai kakaknya dan sekarang giliran dia mencintai dirinya. Dua orang yang sama dalam satu rumah, hal gila bukan? Itu tak dapat dilakukan di lakukan oleh sosok seorang bernama wanita bernama Gendis. Terlepas dari itu Mulki sangat bahagia bisa menemukan pasangan yang rasanya lebih asik. Dia yakin hidupnya akan lebih berwarna, kisah cinta mereka tak akan melulu tentang ibadah, tak melulu tentang salat dan tak melulu tentang agama. Namun juga asik diajak berdiskusi apapun termasuk tentang cinta."Kenapa kau diam? Kau kaget ya?" tanya Gendhis."Lumayan, agak kaget saja bisa bertemu wanita unik sepertimu," jawab Mulki."Kau pikir hanya kau saja yang bisa menggombali aku? Kau pikir
TITIP GENDHIS, MI! TITIP GENDHIS BAH!Maryam! Maryam! Nak! Kemarilah, Nak," perintah Umi Nisa. Tak lama kemudian Maryam keluar dari kamar."Ya Umi," sahut Maryam datang menghampiri Umi Nisa yang memanggilnya sambil membawa qur'annya."Maryam, Sholehan. Bolehkah Umi meminta tolong padamu?" tanya Umi Maryam."Ya, Umi. Apa yang bisa Maryam lakukan untukmu, Umi?" tanya Maryam."Bisakah kau menemani Mama Gendhis di sini dengan Paman Indonesia? Umi akan memanggil Abah di kamar atas," jawab Umi Maryam."Baiklah, Umi. Tentu saja Maryam bisa melakukan untuk Umi," sahutnya dengan senang.Umi Nisa berpamitan pada mereka berdua untuk memanggil Abah Usman. Kini hanya menyisakan Maryam, Mulki, dan Gendhis salam ruangan. Mereka duduk di lesehan, sering kali terlihat dekorasi interior ala Arab menggunakan permadani dan bantal di lantai alias lesehan. Ternyata kebiasaan ini tidak hanya terpaut tradisi Arab saja, tetapi juga merupakan anjuran bagi muslim untuk duduk, tidur, bahkan makan di lantai. Hal
SANDWICH GENERATION"Nah ambillah, Nak!" kata Abah Usman sesaat setelah kembali sambil membawa kertas di tangannya yang dia masukkan ke dalam sebuah amplop kain berwarna merah cantik."Tolong berikan ini kepada Abahmu ya, Nak. Katakan ini dariku," perintah Abah Usman. Mulki pun menganggukkan kepalanya. Dia berbasa-basi sebentar dan berpamitan untuk pulang, setelah itu Umi Nisa langsung mengajak Gendis untuk membuat makanan berbuka puasa mereka. Hal itu dilakukan Umi Nisa agar Gendis tak selalu terpikirkan oleh Mulki saja, karena dia tahu gadis itu benar-benar sedih sekarang."Nak, mari kita memasak makanan untuk buka," ajak Umi Nisa. Gendhis hanya menggaanggukkan kepalanya dengan patuh kemudian berjalan mengikuti Umi Maryam."Gendis kau tahu tidak perjalanan rumah tangga itu adalah ibadah yang paling berat dan dilakukan oleh manusia seumur hidupnya. Jika bisa, hendaknya dia menikah sekali seumur hidup," jelas Umi Nisa."Iya, Umi. Gendis tahu, tapi banyak anak muda sekarang di negara
BERJUANG UNTUK MENDAPATKAN RESTU"Siapakah lelaki itu?""Gendhis tak tahu harus memulainya dari mana, Bu. Gendhis bingung antara takut atau bersyukur, musibah atau berkah," ujar Gendhis pada Ibunya."Loh kenapa? Kau takut kenapa memangnya? Ndu, jawab Mama. Kau memang di jodohkan dengan siapa oleh Abah Usman? Kalau kau memang tak suka, membuatmu tak nyaman, dan takut maka kau bisa menolaknya juga. Kalau memang kau tidak berani, biar mama saja yang menolak untukmu," kata Mama Gendhis, Ririn. Jujur saja, Mama Gendhis dia takut Abah Usman menjodohkan dengan lelaki sembarangan."Tidak, Ma. Bukan masalah itu," sergah Gendhis."Lalu apa? Abah Usman melakukan apa padamu? Apa yang menjadi masalahmu?" tanya Ririn."Mulki, Ma," jawab Gendhis."Hah? Apa maksudmu?" sahut Ririn."Ya, memang Mulki. Memang dia ternyata orang itu. Mulki adalah orang yang tidak pernah Gendhis pikirkan sebelumnya," jelas Gendhis."Siapa? Apa maksudmu, Nduk? Mulki lelaki mana?" tanya Ririn yang bingung sendiri."Mulki, M