BUKAN SEKEDAR TENTANG ZINA! "Baiklah kalau begitu, misal ini hanya misal dulu Abah Usman memiliki usul. Bagaimana kau menikah dengan Mulki dalam beberapa hari ini? Bagaimana menurut kalian? Karena jujur saja Abah ini khawatir sekali dengan kalian. Khawatir karena kalian ini sebelumnya kan saling mencintai, bagaimanapun juga kalian ada rasa satu sama lain. Abah khawatir Itu justru akan menggiring sekalian ke tindakan zina, bukan zina secara fisik saja tetapi zina hati karena kalian saling mencintai," terang Abah Usman. "Mulki dan Gendhis serta kau juga Umi, dengarkan lah Abah. Islam adalah agama rahmatan lil’alamin, Allah SWT selalu memberi pengetahuan tentang zina baik dalam Al Quran maupun hadits. Perbuatan zina adalah sebagai perbuatan bersenggama antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya atau bukan pasangan halal. Selain zina besar, ada pula yang disebut dengan dengan zina kecil. Hal itu diartikan sebagai perbuatan yang dapat menghantarkan seseorang
WETON BEDA CINTA PUN BISA KANDAS BEGITU SAJA! "Astagfirullah, memangnya kenap? Apakah kalau dengan adat jawa itu tak boleh menikah? Meski di perbolehkan secara agama?" tanya Umi Nisa. "Kalau di Jawa memangnya bagaimana, Nak?" tanya Umi Nisa yang juga penasaran. Umi Nisa ini memang haus sekali akan ilmu pengetahuan. Dia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan budaya. Tidak hanya apa yang dianut oleh masyarakat Tarim atau Arab saja, namun dia sering belajar dengan budaya-budaya Asia. Masyarakat Jawa dikenal masih menjaga budaya dan tradisi yang diturunkan oleh para leluhur, termasuk dalam pelaksanaan pernikahan. Salah satu hal dalam sebuah pernikahan adat Jawa adalah tahapan memilih pasangan yang sesuai dengan filosofi bibit, bebet, dan bobot. "Biasanya pihak keluarga terutama orang tua akan membuat patokan ideal mengenai kriteria bibit, bebet, dan bobot pasangan bagi anak-anaknya, Umi. "Apa itu?" tanya Abah Usman juga mulai tertar
AKU PERNAH MENJADI PERUSAK RUMAH TANGGA! "Untuk apa, Gendhis? Masalah harta?" tanya Mulki. "Ini bukan tentang harta, Mulki. Tetapi lebih kepada tentang kesetiaan," jelas Gendhis. "Kenapa? Apakah kau meragukan ku?" tanya Mulki sedikit tersinggung. "Bukan begitu, aku melakukan ini demi kebaikan kita nanti. Aku pernah menjadi perusak rumah tangga, kau tahu sendiri kan? Jadi aku takut jika hukum tabur tuai itu ada dan mengenai ku nanti. Mulki, aku memang ingin egois sekarang karena aku hanya ingin menyelamatkan apa yang menjadi hak anak-anakku nanti. Mendapatkan kasih sayang utuh antara Bapak dan Ibunya, aku tidak pernah menuntut apapun dari suamiku apalagi masalah tentang harta. Aku akan menerima berapapun nafkah yang kau berikan nantinya, tetapi aku hanya meminta kepada suamiku nanti tentang kesetiaan. Karena aku sangat menghargai yang namanya kesetiaan," jawab Gendhis. "Aku pernah menjadi orang ketiga dan aku tidak mau jika ada orang
BISA MERESTUI TAPI TAK IKHLAS!"Bukankah orang tua Mulki sangat tahu tentang agama, Nak? Abah rasa dia juga tahu tentang hukum-hukum seperti ini," sahut Abah Usman."Iya, Bah. Seperti yang Mulki sudah katakan juga kepada Abah juga. Tentu Umi dan Abah bisa menerima tapi belum tentu ikhlas, meski begitu rasanya mungkin Mbak Sifa yang masih tak terima. Tapi itu bisa Mulki bujuk meski memerlukan waktu juga. Tapi yang jelas Mulki pun ketika memang bisa menikah dengan Gendis nanti, memang untuk sementara waktu tak ingin mempertemukan Gendis dengan keluarga. Terutama Mas Rio. Karena bagaimanapun juga mereka pernah memiliki kesalahan di masa lalu, jadi lebih baik tidak mempertemukan mereka juga. Karena takutnya sesuatu yang buruk terjadi," jawab Mulki."Bagaimana menurutmu Gendhis?" tanya Mulki. Gendhis setuju dan menganggukkan kepala."Allah itu sedang menyiapkan apa sebenarnya? Terkadang aku merasa senang bisa bertemu denganmu disini Mulki. Aku juga senang bisa menikah denganmu, tetapi di s
KENAPA DAN MENGAPA HARUS GENDHIS?"Tidak Bah. Em, Bah, sebenarnya saat pergi ke Tarim kemarin Abah dan Umi mengatakan kan kepada Mulki untuk meminta Mulki mencarikan jodoh wanita yang ada di Tarim kepada orang-orang alim di sini, kan?" ujar Mulki."Iya memang Abah dan Umi menyuruhmu begitu karena kau menolak semua wanita yang sudah kami kenalkan padamu, Nak. Kenapa? Apakah kau sudah meminta restu kepada guru-gurumu dan mereka sudah merekomendasikan wanita untukmu?" tanya Abah Furqon mulai menebak Ke mana arah pembicaraan putranya itu."Iya, Bah. Mulki memang sudah memintanya. Bahkan Mulki semalam sudah bertemu dengan calonnya," jawab Mulki."Alhamdulillah jika begitu. Tak salah memang meminta tolong kepada orang-orang alim, pasti mereka akan mempertemukan dengan wanita yang baik dan terbaik untukmu. Lalu, bagaimana hasilnya? Apakah dia orang sana, Nak? Sebenarnya Abah dan Umi tidak keberatan wanita manapun itu, berasal dari negara mana juga, namun yang jelas Abah dan Umi hanya ingin k
LE, MULKI!"Kau sendiri yang mengatakan jika kau mendapatkan rekomendasi wanita calon yang akan di ta'arufkan bersamamu dari Abah Usman kan? Di mana Abah Usman itu adalah guru sekaligus murid Abah Umar. Mereka adalah orang yang sama-sama tahu tentang agama, bukan nya Abah Ini berburuk sangka kepada Gendis dan mau mengatakan Gendis itu wanita tak beragama. Tapi mengapa harus Gendhis diantara jutaan wanita yanga da di muka bumi ini, Nak?" sambung Abah Furqon.Mulki hanya bisa terdiam mendengar semua ucapan itu. Dia sendiri juga tak tahu apa dan mengapa jalan takdir Allah begitu unik. Terdengar helaan nafas berat Abah Furqon di seberang."Bagaimana bisa Gendis dan bagaimana mereka merekomendasikan Gendis sebagai kadidat wanita yang akan menjalani ta'aruf denganmu, Nak? Apakah mereka tidak tahu cerita tentang Gendis dan bagaimana bisa Gendis berada di sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang tidak Abah tahu?" tanya Abah Furqon."Bah, bukannya Mulki ingin membela Gendis, tidak. Namun Mu
TAK SEGAMPANG ITU MEMINTA RESTU! "Abah Ini orang yang insya Allah sedikit banyak tahu betul tentang agama dan hukum-hukumnya dan Abah juga tahu betul bagaimana watak dan sikapmu, Le. Kau adalah anak Abah yang dari kecil sudah bersama Abah. Le, bukannya melarang coba renungkan semua perkataan Abah, sekarang yang Abah takutkan adalah ketika Abah dan Umi merestui mu meskipun dengan keterpaksaan untuk menikah dengan Gendis tapi rumah tanggamu tidak berjalan langgeng, bagaimana? Bahkan amit-amit jika sampai tengah jalan kalian bercerai karena masalah MASA LALU ini. Apakah itu tidak akan merugikan mu, Nak? Apakah kau tidak malu jika itu terjadi?" tanya Abah Furqon. "Memang benar dalam Islam Itu dilarang menanyakan masa lalu seseorang, tapi ini jelas-jelas kau sudah tahu masa lalunya. Apakah dirimu kuat? Le Mulki, ketika kau sudah menikah nanti bukan hanya menyatukan dua cinta dan dua hati saja, tapi dua keluarga dan dua kepala yang beda pemikirannya. Bagaimana jika kalian memiliki anak na
PULANGLAH LE!"Rasanya tak adil sekali kan, Bah? Apakah Mulki harus melibatkan Ifah dalam masalah ini? Karena Mulki sangat sadar bahwa Ifah ini adalah anak perempuan di mana dia mungkin juga dituntut untuk memiliki keturunan oleh orang tuanya. Sedangkan Mulki...""Mulki!" pekik Abah Furqon sedikit menaikkan nada bicaranya."Kenapa kau sudah mendahului takdir begitu? Tak baik, Nak! Kata siapa kamu tak bisa memiliki keturunan? Hah? Kau tetap bisa memiliki keturunan," tegurnya."Tapi Bah, dokter sudah mengatakan semua kemungkinan terburuknya. Anggaplah kita mengambil paling buruk sebelum paling baik, Bah. Bukankah Abah sendiri tau bahwa Mulki kemungkinan besar sedikit kesulitan mendapatkan keturunan karena pengaruh dari penyakit meningitis itu sudah menjalar. Nah logikanya tak semua wanita bisa memahami dan menerima Mulki, Bah. Mulki memerlukan pasangan dan sosok yang dewasa serta bisa mengerti, bukan hanya Mulki yang mengerti dia. Rasanya umur Gendis dan pemikiran, serta pengalaman hidu