Keina terhenyak, ia tidak menyangka saat Alden tiba-tiba menciumnya dengan ganas. Ia bahkan tidak memiliki persiapan membalas ciuman itu. Alden memagutnya dengan dalam hingga nafas Keina tersengal-sengal.Setelah menciumnya, Alden terlihat menjauhkan diri. Keina masih tertegun dengan ciuman mendadak ini, masih memproses kejadian yang sungguh tidak pernah ia prediksi.Alden terlihat mengangkat wajah lalu menatap Keina dengan dalam, "Jangan pernah memuji pria lain lagi di hadapanku lagi."Setelah berkata seperti itu, Alden terlihat keluar dari kamarnya. Keina hanya bisa melongo melihat sikap pria itu. Apa itu? Apa maksudnya? Wajahnya seketika memanas dan jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Keina menyentuh dadanya, ia bisa gila jika selalu diperlakukan Alden seperti ini.Sementara Alden meremas rambutnya setelah keluar dari kamar Keina. Apa yang sebenarnya sudah ia lakukan? Kenapa ia tiba-tiba mencium bibir Keina? Tadi ia hanya kesal karena Keina selalu saja memuji-muji Adrian di h
Alden segera menarik Shiren dari arah depan lalu membawanya masuk ke dalam ruangannya. Ia menghela nafasnya lalu bertanya dengan nada panik, "Kenapa kau datang kemari?"Shiren terlihat mengangkat sebuah kotak bekal dari jinjingan yang ia bawa, ia tersenyum dengan lebar lalu berkata, "Aku membawakan bekal untukmu, kau pasti lapar kan?"Alden berdecak, "Kau kemari hanya untuk itu?" ujar Alden dengan nada tidak percaya. Meski ia memang tidak sarapan di rumah tadi karena menghindari Keina, tapi ia tetap tidak menyukai cara Shiren yang terus datang ke kantornya. Padahal ia sudah mewanti-wanti agar Shiren tidak boleh datang kesini lagi, tapi Shiren sepertinya tidak perduli."Aku membuatnya dengan sepenuh hati, Alden. Kau tidak mau menerima kebaikan hatiku?"Alden mengambil bekal itu dengan cepat, "Aku sudah menerimanya, sebaiknya kau segera pergi dari sini sebelum ayah menemukanmu."Shiren membrenggutkan wajah, "Aku tidak akan pergi sebelum kamu memakannya,"Alden menghela nafasnya mendeng
Keina yang sedang menyetel televisi memilih diam di tempat saat mendengar suara mobil terdengar dari arah luar. Meski sudah mendengar suara itu Keina memilih menulikan telinganya. Entah kenapa ia ingin menghindari Alden saat ini."Bu sepertinya Bapak sudah datang,""Saya tahu." ujar Keina dingin saat mendengar pertanyaan Bi Ningsih."Lalu kenapa Ibu tidak menyambut Bapak?""Bibi saja yang ke depan, saya malas." balas Keina. Bi Ningsih terlihat mengerutkan keningnya melihat hubungan Keina dan Alden kembali menjadi dingin, padahal kemarin-kemarin hubungan mereka sudah cukup membaik, lalu kenapa sekarang Alden dan Keina seolah menjaga jarak kembali? Bi Ningsih terlihat menghela nafas, merasa ikut gelisah melihat hubungan atasannya kembali memburuk.Seperti yang sudah diperintahkan oleh Keina, Bi Ningsih segera bergerak ke arah pintu, namun ia seketika terkejut saat melihat orang lain yang bersama mereka."Ah Pak Presdir, Anda juga datang." ucap Bi Ningsih dengan setengah berteriak agar K
"Apa katamu tadi? Kau ingin menjalin hubungan dengan siapa?" Tanya Alden tidak percaya."Adrian. Katanya dia menyukaiku,"Alden terperangah mendengarnya, "Pria itu bilang dia menyukaimu? Disaat kau sudah menikah dan perutmu sedang membesar?" dengus Alden, tiba-tiba merasa kesal dengan fakta ini. Bagaimana bisa Adrian tak menganggap dirinya sebagai suami Keina walaupun hubungan mereka jauh dari kata normal."Katanya dia menerimaku apa adanya, dia tahu situasi kita yang akan bercerai setelah anak ini lahir.""Kau memberitahunya?" Tanya Alden tidak percaya. Bagaimana bisa Keina memberitahu hal sensitif seperti itu pada orang lain.Keina terlihat mulai tersinggung dengan pertanyaan Alden, "Belum ku beritahu pun Adrian sudah mengetahui hubungan kita tidak baik. Bukankah kau yang selalu memamerkan hubunganmu itu hingga bahkan Papa sendiri tahu?"Alden terlihat menelan ludahnya mendengar ucapan Keina. Sial, ia bukan memamerkan hubungannya seperti yang Keina bilang, tapi Shiren lah yang sela
Keina membuka lemari miliknya lalu menghela nafas melihat stock pakaiannya. Ia melempar beberapa dress yang sudah ia coba, tapi satu setel pun tidak ada yang cocok untuknya.Keina memutar tubuhnya, melihat dengan seksama keadaan tubuhnya yang mulai berbeda. Bukankah kehamilannya baru menginjak beberapa bulan? Kenapa banyak sekali gelambir yang muncul di tubuhnya? Seluruh dress resmi yang ia miliki sama sekali tidak ada yang cocok dan terlihat menyedihkan saat ia memakainya. Wajah Keina menekuk sempurna, tubuh Shiren yang sangat ramping dan wajah yang teramat cantik rasanya sangat jauh dibandingkan dirinya yang kini mulai berisi.Keina menghela nafasnya kasar, sepertinya ia harus membeli pakaian baru untuk kencan mereka besok. Ia tidak ingin Shiren tambah mengolok-olok dirinya seperti tempo lalu.Keina segera mengambil tas tangannya lalu memasukkan segala dress yang sudah ia keluarkan. Ia akan menyiapkan dirinya untuk kencan besok sebaik mungkin.****"Wah... Siapa ini? Suatu kejutan a
Hari kencan pun tiba, dengan setelan jas casual dan rambut yang ia sedikit naikkan ke atas, Alden keluar dari ruangannya. Ia tertegun saat melihat Keina Nayara berdiri dengan tepat di hadapannya. Dengan dress berwarna salem dan rambut bergelombang yang ia biarkan tergerai, Keina terlihat sangat cantik. Alden menelan ludahnya, penampilan Keina memang selalu cantik, tapi hari ini entah kenapa Keina Nayara terlihat sangat bersinar.Kata Nareen, orang hamil memang ada yang memancarkan aura kehamilannya dengan cantik. Apa itu juga berlaku bagi Keina?Alden menghela nafas, tapi apa harus Keina secantik ini saat ingin berpasangan dengan Adrian? batinnya kesal."Rupanya kau sudah sangat siap dengan kencan ini," sindir Alden dengan nada tidak senang."Aku tidak mau terlambat datang,""Baiklah ayo masuk ke mobil,"Alden bergerak terlebih dulu, namun Keina tiba-tiba berkata, "Aku tidak akan naik ke mobilmu."Alis Alden seketika terangkat, "Kenapa? Tujuan kita sama. Setelah di sana, kau akan kemb
"Mereka mau kemana, Alden?" tanya Shiren saat melihat sosok Adrian dan juga Keina sudah tidak ada di sana. Alden yang mendengar pertanyaan Shiren hanya mengepalkan sebelah tangannya, "Katanya ada hal lain yang harus mereka lakukan," ucapnya dengan rahang bergemretak. Saat ini perasaannya tidak karuan, rasanya ia ingin membawa kabur Keina saja agar Adrian tidak ada di sekitar mereka.Shiren seketika mengulas senyumnya mendengar penuturan Alden, "Oh Astaga, apa mereka melakukan hal yang berbau dewasa?"Amarah Alden semakin menguat saat mendengar ucapan Shiren, dengan suasana hati yang tidak karuan, ia bangkit lalu berkata, "Ayo, kita juga pergi."Shiren tersenyum dengan lebar merasa sangat beruntung dengan tindakan Keina yang ceroboh. Sebenarnya apa yang dipikirkan Keina Nayara? Apa Keina memang menginginkan pria bernama Adrian itu. Jika benar begitu, itu ide yang bagus. Shiren tidak perlu membuang waktu untuk memisahkan mereka. Sepertinya Keina memang tidak tertarik pada Alden.Pemikir
Keina terhenyak saat mendengar ucapan Alden."Jangan temui dia Keina, jangan bicara dan bahkan jangan tersenyum padanya."Keina hanya bisa mengerjapkan matanya mendengar ucapan Alden."Sepertinya kau benar-benar mabuk, ayo sebaiknya kau tidur.""Tidak mau!"Alden terlihat menepis tangan Keina, wajahnya memerah sempurna lalu menatap Keina dengan tatapan merajuk, "Apa kau tidak bisa tidak menemuinya? Aku bisa gila rasanya hanya karena melihat kalian bersama."Keina menghela nafasnya kasar mendengar racauan Alden, "Kau melarangku untuk tidak menemui Adrian, tapi kau sendiri selalu menemui Shiren. Bukankah itu tidak adil, Alden Nathaniel?"Ia menarik tubuh Alden kembali, "Ayo kita tidur sebelum kau kembali meracau.""Kita mau kemana?""Ke tempat tidur."Alden terlihat mengulas senyumnya dengan raut wajah malu-malu, "Kau ingin tidur denganku?"Astaga, kenapa kebiasaan minum Alden Syarakar terlihat menyebalkan saat ini?"Bi Ningsih Bi!" Keina memanggil Bi Ningsih dengan kuat melihat Alden s