"Apa katamu tadi? Kau ingin menjalin hubungan dengan siapa?" Tanya Alden tidak percaya."Adrian. Katanya dia menyukaiku,"Alden terperangah mendengarnya, "Pria itu bilang dia menyukaimu? Disaat kau sudah menikah dan perutmu sedang membesar?" dengus Alden, tiba-tiba merasa kesal dengan fakta ini. Bagaimana bisa Adrian tak menganggap dirinya sebagai suami Keina walaupun hubungan mereka jauh dari kata normal."Katanya dia menerimaku apa adanya, dia tahu situasi kita yang akan bercerai setelah anak ini lahir.""Kau memberitahunya?" Tanya Alden tidak percaya. Bagaimana bisa Keina memberitahu hal sensitif seperti itu pada orang lain.Keina terlihat mulai tersinggung dengan pertanyaan Alden, "Belum ku beritahu pun Adrian sudah mengetahui hubungan kita tidak baik. Bukankah kau yang selalu memamerkan hubunganmu itu hingga bahkan Papa sendiri tahu?"Alden terlihat menelan ludahnya mendengar ucapan Keina. Sial, ia bukan memamerkan hubungannya seperti yang Keina bilang, tapi Shiren lah yang sela
Keina membuka lemari miliknya lalu menghela nafas melihat stock pakaiannya. Ia melempar beberapa dress yang sudah ia coba, tapi satu setel pun tidak ada yang cocok untuknya.Keina memutar tubuhnya, melihat dengan seksama keadaan tubuhnya yang mulai berbeda. Bukankah kehamilannya baru menginjak beberapa bulan? Kenapa banyak sekali gelambir yang muncul di tubuhnya? Seluruh dress resmi yang ia miliki sama sekali tidak ada yang cocok dan terlihat menyedihkan saat ia memakainya. Wajah Keina menekuk sempurna, tubuh Shiren yang sangat ramping dan wajah yang teramat cantik rasanya sangat jauh dibandingkan dirinya yang kini mulai berisi.Keina menghela nafasnya kasar, sepertinya ia harus membeli pakaian baru untuk kencan mereka besok. Ia tidak ingin Shiren tambah mengolok-olok dirinya seperti tempo lalu.Keina segera mengambil tas tangannya lalu memasukkan segala dress yang sudah ia keluarkan. Ia akan menyiapkan dirinya untuk kencan besok sebaik mungkin.****"Wah... Siapa ini? Suatu kejutan a
Hari kencan pun tiba, dengan setelan jas casual dan rambut yang ia sedikit naikkan ke atas, Alden keluar dari ruangannya. Ia tertegun saat melihat Keina Nayara berdiri dengan tepat di hadapannya. Dengan dress berwarna salem dan rambut bergelombang yang ia biarkan tergerai, Keina terlihat sangat cantik. Alden menelan ludahnya, penampilan Keina memang selalu cantik, tapi hari ini entah kenapa Keina Nayara terlihat sangat bersinar.Kata Nareen, orang hamil memang ada yang memancarkan aura kehamilannya dengan cantik. Apa itu juga berlaku bagi Keina?Alden menghela nafas, tapi apa harus Keina secantik ini saat ingin berpasangan dengan Adrian? batinnya kesal."Rupanya kau sudah sangat siap dengan kencan ini," sindir Alden dengan nada tidak senang."Aku tidak mau terlambat datang,""Baiklah ayo masuk ke mobil,"Alden bergerak terlebih dulu, namun Keina tiba-tiba berkata, "Aku tidak akan naik ke mobilmu."Alis Alden seketika terangkat, "Kenapa? Tujuan kita sama. Setelah di sana, kau akan kemb
"Mereka mau kemana, Alden?" tanya Shiren saat melihat sosok Adrian dan juga Keina sudah tidak ada di sana. Alden yang mendengar pertanyaan Shiren hanya mengepalkan sebelah tangannya, "Katanya ada hal lain yang harus mereka lakukan," ucapnya dengan rahang bergemretak. Saat ini perasaannya tidak karuan, rasanya ia ingin membawa kabur Keina saja agar Adrian tidak ada di sekitar mereka.Shiren seketika mengulas senyumnya mendengar penuturan Alden, "Oh Astaga, apa mereka melakukan hal yang berbau dewasa?"Amarah Alden semakin menguat saat mendengar ucapan Shiren, dengan suasana hati yang tidak karuan, ia bangkit lalu berkata, "Ayo, kita juga pergi."Shiren tersenyum dengan lebar merasa sangat beruntung dengan tindakan Keina yang ceroboh. Sebenarnya apa yang dipikirkan Keina Nayara? Apa Keina memang menginginkan pria bernama Adrian itu. Jika benar begitu, itu ide yang bagus. Shiren tidak perlu membuang waktu untuk memisahkan mereka. Sepertinya Keina memang tidak tertarik pada Alden.Pemikir
Keina terhenyak saat mendengar ucapan Alden."Jangan temui dia Keina, jangan bicara dan bahkan jangan tersenyum padanya."Keina hanya bisa mengerjapkan matanya mendengar ucapan Alden."Sepertinya kau benar-benar mabuk, ayo sebaiknya kau tidur.""Tidak mau!"Alden terlihat menepis tangan Keina, wajahnya memerah sempurna lalu menatap Keina dengan tatapan merajuk, "Apa kau tidak bisa tidak menemuinya? Aku bisa gila rasanya hanya karena melihat kalian bersama."Keina menghela nafasnya kasar mendengar racauan Alden, "Kau melarangku untuk tidak menemui Adrian, tapi kau sendiri selalu menemui Shiren. Bukankah itu tidak adil, Alden Nathaniel?"Ia menarik tubuh Alden kembali, "Ayo kita tidur sebelum kau kembali meracau.""Kita mau kemana?""Ke tempat tidur."Alden terlihat mengulas senyumnya dengan raut wajah malu-malu, "Kau ingin tidur denganku?"Astaga, kenapa kebiasaan minum Alden Syarakar terlihat menyebalkan saat ini?"Bi Ningsih Bi!" Keina memanggil Bi Ningsih dengan kuat melihat Alden s
Keina terdiam mendengar ucapan Alden, sejenak ia merasa waktu terhenti saat mendengar pernyataan itu. Namun, untuk kemudian Keina kembali menggelengkan kepalanya. Jangan, jangan tergoda kembali Keina Nayara, lupakah ia bahwa Alden selalu saja mengecewakan dirinya saat ia kembali berharap? Lupakah ia bahwa Alden merencanakan pernikahan dengan Shiren Athalia dan hendak membuangnya?Jika saja ia tidak mengandung, mungkin Alden telah menikah dengan Shiren saat ini. Raut wajah Keina kembali mengeras, ia membalikkan tubuhnya ke arah Alden."Katakan saja hal itu pada Shiren Athalia!" Balasnya dengan kaki yang menghentak lantai.Alden terperangah hanya bisa membeku saat Keina beranjak dari sana dengan wajah sebal.Apa ini? Apa ia baru saja menerima penolakan? Tapi, kenapa? Apa yang salah? Ia sudah berusaha jujur kepada wanita itu, lalu respon macam apa sebenarnya ini?"Sial, sial, sial!"Alden kembali mengumpat lalu mengacak rambutnya dengan kasar. Benar-benar kacau! Ia sudah menjatuhkan harg
Keina mengerjap mendengar ucapan Alden. Apa ia tidak salah dengar? Alden akan mengakhiri hubungan mereka? Rasanya sulit dipercaya, bukankah Alden sangat mencintai Shiren selama ini?Melihat Keina yang hanya terdiam, Alden mengangkat garpu makan lalu menusuk salah satu tempura di hadapannya. Keina terhenyak saat Alden menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya."Sekarang makanlah, dia juga pasti lapar." tunjuk Alden ke arah perut Keina.Keina hanya bisa mengunyah makanan itu dalam diam. Perasaan canggung segera menerpa dirinya saat mendengar ucapan Alden. Apa Alden benar-benar serius dengan ucapannya? Apa ia dan Shiren akan benar-benar berpisah sekarang?Setelah pulang dari restoran, Alden membawa mobil mereka kembali ke rumah. Tepat saat mereka sampai, keduanya terkejut saat melihat kedatangan Adrian di depan halaman rumah.Alden terlihat mengepalkan sebelah tangannya, kenapa lagi-lagi pria itu muncul di hadapan mereka?"Adrian, kenapa kau ada di sini?" tanya Keina sementara Alden terli
"Apa kau salah minum obat?"Alden yang tengah memakan rotinya seketika terbatuk saat mendengar pertanyaan yang diajukan tiba-tiba oleh Keina. Melihat Alden yang tersedak, Keina segera mengambil menuang air putih ke dalam gelas lalu memberikannya pada Alden."Kenapa kau bertanya seperti itu?""Tidak, hanya saja ini terlalu aneh. Kau tiba-tiba bersikap sangat baik padaku bahkan sekarang kau ingin mengantarku, bukankah itu aneh?"Alden berdecak, ia menggelengkan kepalanya tidak percaya mendengar pengamatan Keina. Bagaimana bisa Keina berpikir seperti itu?"Memangnya apa salahnya? Aku hanya ingin bersikap baik padamu, sebagai suami dan sebagai ayah bayi kita."Keina mendengus mendengar ucapan Alden, "Sejak kapan seorang Alden Syarakar berpikir untuk bersikap baik padaku, aneh sekali." cibir Keina."Baiklah karena kau berkata seperti itu, aku akan mulai bersikap baik padamu sejak kemarin. Sekarang kau puas?"Keina mengulas senyumnya mendengar ucapan Alden, ia kembali mengambil suapan rotin