Share

Gadis Yang Kunodai
Gadis Yang Kunodai
Author: Purwa ningsih

Mencari Sarah

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-01-08 20:08:56

"Gadis yang bernama Sarah itu sudah tidak ada di sini dan sekarang saya tidak tahu keberadaannya."

Dada Devan mendadak sesak, bagaimana caranya ia meminta maaf jika gadis itu selama ini menghilang, sudah beberapa kali Devan mencari namun tetap gadis itu menghilang bagai ditelan Bumi. Terakhir Devan mendapatkan alamat rumahnya yang baru pun para tetangganya tak tahu keberadaan gadis itu.

"Ibu yakin tak mengenalnya?" tanyanya lagi.

"Tidak karena saya membeli rumah ini juga lantaran Pak RT." Jelas wanita paruh baya itu.

"Ibu tak pernah melihatnya?"

Devan menunjukkan sebuah foto lawas. Foto gadis itu di masa lalu. Terlihat wajah Ibu itu berubah, sepertinya tak sanggup membuka mulut. Wanita paruh baya itu menatap Devan dengan ekspresi bersalah. Terlihat dari arah jalan ada laki-laki paruh baya itu berjalan mendekati Devan san Ibu itu.

"Maaf, Ibu ngak tahu." Kata Ibu itu. "Pak RT, ini ada yang mencari seseorang." Wanita paruh baya itu memanggil Pak RT yang kebetulan lewat depan rumahnya.

Laki-laki itu menatap Devan sebentar lalu mengela napas. "Mencari siapa Bu?" tanya Pak RT.

"Namanya Sarah. Dia temanku dulu, Pak." Sahut Devan.

"Sarah. Teman?" tanya Pak RT sedikit gelisah.

"Iya Pak dulu saya teman kuliahnya."

Devan kembali mengela napas sebelum bertanya dengan suara pelan, Namun, semua harus tetap dibuka agar Devan tahu bagaimana kabar gadis yang tersimpan selama belasan tahun. Sebuah sudut kelam dari hidup gadis yang ia renggut kesuciannya. Ingin sekali, Devan minta maaf karena kesalahannya di masa lampau.

"Kamu yakin? Dia temanmu?" tanya Pak RT menatap ke arah Devan curiga.

Devan pun tak juga menyerah. "Ya Pak."

Pak RT menatapnya curiga.

"Bapak mengenalnya? Sekarang dimana Sarah?" tanya Devan yang sebenarnya sudah memenuhi kepala Devan karena ingin menemui gadis itu.

Wajah laki-laki itu mengeruh. "Sarah sudah meninggal."

"Innalillahi wainnailaihi roji'un."

G i l a! Ingin rasanya Devan ingin berteriak. Menumpahkan semua emosi yang berkecamuk dalam hati. Kaget, itu yang Devan rasakan. Tubuhnya bergetar tak percaya dengan apa yang ia dengar dari Pak RT itu.

"Kapan, Pak?" tanya Devan dengan suara masih bergetar.

"Gadis itu meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu."

Devan menutup mulut dengan kedua tangan. Jadi, akhir kisah gadis yang ia nodai meninggal apa ia bun-uh diri lagi? Bagaimana bisa ia bisa seberengsek itu dulu?

"Sarah sakit dia apa, Pak?''

"Bapak kurang tahu. Yang Bapak tau dia depresi."

Devan tak percaya."Lalu keluarganya?" tanyanya lagi.

"Setelah kejadian itu Ayahnya menjual rumah ini dan pindah entah kemana?''

Devan menghela napas berat dengan wajah tampak mendung. Menunjukkan kalau semua itu tak pernah mudah baginya. Dan bagaimana bisa ia menghancurkan hidup gadis itu.

"Meninggal." Devan nampak shok.

Pak RT itu mulai melanjutkan ceritanya, "hidup Sarah hancur karena sering menangis dikamar. Sepertinya Sarah mengalami depresi dan ketakutan yang tak biasa."

Air mata tak tertahan lagi. Kehancuran hidup Sarah ada di fase yang pernah tak pernah Devan jalani. Namun, membayangkan jika Sarah tak mudah menjalani hidup setelah perbuatan kejinya itu. Betapa besar harga yang harus dibayar oleh Sarah. Apalagi dalam usia semuda itu ketika teman-teman seusianya sedang menikmati indahnya masa muda, kuliah, bertemu dengan orang-orang baru, tetapi Sarah harus menjalani hal seberat itu. Memikirkan semua itu, membuat Devan berdenyut nyeri.

Dosa yang ia perbuat, tetapi kenapa Sarah yang harus menanggung kematian? Dan ketika Sarah berjuang sendirian justru Devan sedang menikmati kuliah dan bisa menikah ? Bebas bergaul tanpa ada beban moral dan rasa bersalah yang harus ditanggung?

"Hingga Ayahnya pun ikut meninggal karena kehilangan Sarah." Lanjut Pak RT.

Devan mengusap wajahnya yang penuh keringat dingin. Betapa penyesalan ini membu-nuhnya setiap detik.

"Sarah itu dulu gadis yang cerdas. Dia pernah bercerita kalau ingin menjadi dokter. Tapi sayang kisah hidupnya tragis."

Devan lah yang membuat semuanya kandas. Setelah menodainya dan meninggalkan Sarah sendirian, dia keluar kota dan meninggalkan Sarah. Masa lalu Devan memang sekelam itu. Devan tahu diri kalau sebenarnya ia tak pantas bahagia. Tapi sungguh, pernikahannya dengan Zahira tak kunjung di beri momongan.

"Baik saya permisi, Pak, Bu."

"Ya. Ohya Mas ini dari mana ya?"

"Saya dari Jakarta, Pak."

"Oh."

"Apa saya bisa melihat makamnya Sarah, Pak?"

Pak RT terdiam sebentar. "Tidak bisa."

"Kenapa, Pak?"

"Karena Anda bukan saudaranya."

"Tapi, Pak."

Pak RT itu diam dan akhirnya pergi meninggalkan Devan dengan sejuta kekecewaan dan keingintahuannya. Tidak ingin berlarut-larut dalam pikiran sesal Devan pamit dan memilih kembali ke kota dengan mobilnya.

***

Setelah selesai mencari keberadaan Sarah, Devan masuk ke mobil. Bersandar di jok belakang, memikirkan kembali kehidupannya yang akhir-akhir ini begitu berat. Hingga akhirnya keadaan memaksa Devan untuk mengambil keputusan mencarai keberadaan Sarah wanita yang pernah ia hancurkan masa remajanya. Pak supir menjalankan mobilnya kini Devan bersandar pada jok mobil dan bayang-bayang akan perlakuannya pada Sarah kembali mencuat bak sebuah kamuflase yang terus menghantuinya.

Sarah menghapus air matanya perlahan, matanya sudah sangat merah dan bengkak, tidak percaya kalau Devan sudah melakukannya. Terasa sentuhan pelan dari belakang punggungnya, Sarah jelas tahu siapa yang tengah menyentuhnya. Walau sentuhannya terasa begitu lembut, tapi hati Sarah masih terasa begitu sakit setelah mendapat perlakuan kurang ajar dari Devan.

"Jangan menyentuhku …," teriak Sarah keras.

Sarah menepis sentuhan dari Devan dan mundur serta menutupi tubuhnya dengan selimut tidak ingin berada di dekat laki-laki itu, air matanya masih terus meluncur tidak terkondisi berbanding terbalik dengan keinginannya.

"Maafkan aku …," balas Devan dengan pelan.

Pria itu benar-benar kelepasan tadi karena telah mabuk, cemburu dan pusing semua jadi satu. Tanpa menggubris saat Sarah berontak, teriak dan menolak Devan seperti kesetanan melucuti pakaiannya dan menodai gadis itu

"Aku benar-benar minta maaf," ucap Devan lagi.

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Meninggalkan Sarah

    Sarah berbalik menatap nanar Devan dengan mata basahnya, sedangkan Devan mengalihkan pandangan ke bawah tidak sanggup melihat wajah sedih gadis itu yang dia buat jadi seperti itu. "Aku tidak butuh maafmu, kau kejam," lirih Sarah.Sarah menangis berharap jika apa yang baru saja terjadi adalah sebuah mimpi buruk. "Aku … aku khilaf," ucap Devan."Kenapa kau lakukan perbuatan kejam ini? Kenapa?!" Teriak Sarah seraya menangis histris. Devan mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi Sarah teriak mundur lagi mengibaskan tangannya menepis gapaian tangan Devan yang ingin memeluknya."Maaf, aku tadi mabuk dan aku, terbawa suasana," ungkapnya menundukkan kepala.Tampaknya Sarah putus asa dengan jawaban yang Devan berikan. "Kau tidak peduli bagaimana kehidupanku setelah ini." Protes Sarah."Lain kali aku tidak akan melakukan lagi, maafkan aku," ucap Devan sepelan mungkin."Hah lucu sekali kau telah memperko-saku, dan kau telah menghancurkan hidupku.""Maaf," ucap Devan menyerah."Pergi!!" Usir Sar

    Last Updated : 2025-01-08
  • Gadis Yang Kunodai   Kehilangan

    "Istrimu keguguran lagi. Dokter bilang, kandungannya sudah lima minggu. Keguguran karena stres, kelelahan." Mamanya bicara pada Devan yang baru saja datang. Tak ada jawaban. Devan tak merespon perkataan Mamanya. Ia malas melakukan apa pun, termasuk bicara."Maaf, Mas."Devan memeluk istrinya dari belakang saat tengah melamun menatap ke luar jendela. Pandangannya terasa kosong. Lagi Zahira menangis. Devan membalikan tubuhnya menghadapnya. Menghapus air matanya perlahan. Mengecup keningnya lama istrinya terisak lalu memnamkan wajahnya di dada Devan. "Maaf.""Aku juga sedih, Sayang. Sudah jangan nangis lagi.""Mas.""Hmm?""Aku gak bisa memberikan kamu keturunan.""Kita bisa ya." Devan menenangkan istrinya. "Aku ngak yakin. Ini sudah kali ketiga aku keguguran, Mas."Devan menggelengkan kepala. "Kita usaha sama-sama ya."Kehilangan anak ternyata sesakit itu. Devan merutuki kejadian malam itu. Apa itu karmanya telah menyakiti Mia? Entahlah Kali ini perasaan Devan pada istrinya campur ad

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Sarah dan Putranya

    Sementara Sarah menyiapkan kebutuhan putranya, karena besok adalah hari keberangkatan putra semata wayangnya menuntut ilmu agama ke pondok sebagai bekalnya kelak. Sarah membuat kue kesukaan putranya selesai ia berjalan ke arah putranya Shaka. "Sudah selesai mengemas, Nak?" Sarah menghampiri putranya yang masih mengemas baju ke dalam tas. Shaka mengangguk. "Bun, inilah yang aku rindu usapan dan perhatian Bunda padaku." Sarah masih mengusap lembut di rambutnya. Rasa sesak menyergap dada Sarah. Terlebih saat melihat putranya meneteskan air mata."Jangan menangis, nanti berat langkahmu pergi ninggalin Bunda." Sarah segera mengusap air matanya dengan tangan. Mereka berpelukan sebentar, lalu melanjutkan lagi merapikan barang bawaan Shaka. Beres satu tas baju dan tiga kardus kecil barang jajanan juga susu renteng telah siap."Oke kita makan malam ya setelah itu kamu istirahat. Bunda tadi belikan baso kesukaan kamu."Shaka tersenyum. "Baik Bunda."Sarah tersenyum mengacak rambut putranya

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Ikutlah Bekerja Dengan Bibi

    Sesampainya di rumah Sarah membuka pintu dengan kunci lalu berlari menuju kamar meraih obat dalam tas yang baru saja ia beli dari apotik langganannya, lalu meminumnya dengan segelas air putih. Sarah tidak perlu obat itu lagi, meskipun sebenarnya ia sudah bosan minum obat. Bahkan sudah hampir dua tahun ia tak lagi mengonsumsi obat itu. Namun setelah dengar kabar soal laki-laki itu Sarah jadi ketakutan, Sarah memang depresi tapi tidak gil-a. Sarah sedikit tenang menatap hampa foto Shaka ia memeluknya, tubuhnya rubuh di pembaringan, lalu bangkit lagi duduk di lantai tangannya memeluk lutut, peristiwa kejam itu kembali terbayang dan membuatnya menggigil ketakutan."Sarah kamu dimana, Sarah."Wanita paruh baya itu mendengar isakan dari kamar Sarah. "Kamu kenapa Sarah?" tanya Bibi saat mengunjungi rumah Sarah. Kini Sarah meringkuk dengan tubuh dibasahi keringat.Sarah menggeleng.Bibinya menyentuh kening Sarah yang basah berpeluh. "Aku nggak apa-apa, Bi," ucap Sarah lirih."Kamu kambuh l

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Abai Rasa

    Semenjak Bibi bekerja di rumah Pak Adiyasa jarang sekali ia menemui keponakannya Sarah, mereka jarang bertemu. Apalagi setelah Ayahnya Sarah meninggal. "Kamu baik-baik saja, kan?""Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku hanya shok saja, Bi.""Bagaimana kabarnya Shaka?"Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Aku baru pulang mengantarkan dia ke pondok Bi.""Padahal Bibi sudah rindu dengannya."Sarah tersenyum. "Aku dengar pondok Shaka lumanyan mahal ya Sarah.""Ya lumayan, Bi.""Makanya kamu harus sehat terus demi Shaka.""Tapi kadang, saat anak lain yang sedang diantar sama Ayahnya, ada rasa iri di dalam Shaka aku yakin itu. Temannya, masing-masing punya satu sosok yang dipanggil Ayah, tapi tidak dengan Shaka?"Bibi Nik menarik napas, "bersamamu saja sudah membuat Shaka tersenyum bahagia. Percayalah, bukankah mencari ilmu masuk akal daripada mempertanyakan satu sosok yang tak pernah dilihatnya?""Eumm Bibi benar.""Kalau setuju ikut bekerja sama Bibi. Ini telepon Bibi nanti Bibi jemput kamu y

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Melamar Kerja

    Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya. "Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu. "Sarah, Nyonya.""Nama lengkap?""Sarah Mia, Nyonya."Wanita paruh baya itu manggut-manggut."Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya.""Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik. Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu. "Sarah.""Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong. "Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya m

    Last Updated : 2025-01-10
  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

    Last Updated : 2025-02-04

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Rawon Terenak

    "Sarah, oh dia baru kemarin datang. Kebetulan Tiara makin bandel jadi adikmu Dea kewalahan. Apalagi kan Dea bantuin kamu kerja. Jadi butuh suster untuk jagain Tiara." "Oh." Devan manggut-manggut ternyata baru kemarin Sarah bekerja di rumah Mamanya. "Cantik dia rajin mama suka. Dan sepertinya Tiara juga nyaman bersamanya." "Semoga saja, Ma." Gejolak bingung terhenti kala Mamanya kembali berbicara. Tidak ingin terlihat tidak sopan, Devan pun menyimak baik-baik ucapan Mamanya. Walaupun itu artinya Devan harus menyingkirkan sejenak tanda tanya yang sebelumnya muncul soal Sarah. Devan berusaha melebarkan bibir guna menciptakan senyum. Rasanya canggung sekali menanyakan soal Sarah lagi. "Wajah kamu agak pucat, Sayang? Kecapekan, ya?" Bu Lili memasang raut khawatir. "Ngak kok, Ma. Aku baik-baik saja." "Baik gimana orang bibir kamu juga kelihatan kering. Kurang minum itu?" "Mama aku baik-baik saja." "Baiklah. Yuk makan." Devan meringis. "Ngak lapar, Ma." "Apa aku minta Bibi untu

  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

  • Gadis Yang Kunodai   Melamar Kerja

    Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya. "Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu. "Sarah, Nyonya.""Nama lengkap?""Sarah Mia, Nyonya."Wanita paruh baya itu manggut-manggut."Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya.""Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik. Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu. "Sarah.""Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong. "Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya m

  • Gadis Yang Kunodai   Abai Rasa

    Semenjak Bibi bekerja di rumah Pak Adiyasa jarang sekali ia menemui keponakannya Sarah, mereka jarang bertemu. Apalagi setelah Ayahnya Sarah meninggal. "Kamu baik-baik saja, kan?""Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku hanya shok saja, Bi.""Bagaimana kabarnya Shaka?"Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Aku baru pulang mengantarkan dia ke pondok Bi.""Padahal Bibi sudah rindu dengannya."Sarah tersenyum. "Aku dengar pondok Shaka lumanyan mahal ya Sarah.""Ya lumayan, Bi.""Makanya kamu harus sehat terus demi Shaka.""Tapi kadang, saat anak lain yang sedang diantar sama Ayahnya, ada rasa iri di dalam Shaka aku yakin itu. Temannya, masing-masing punya satu sosok yang dipanggil Ayah, tapi tidak dengan Shaka?"Bibi Nik menarik napas, "bersamamu saja sudah membuat Shaka tersenyum bahagia. Percayalah, bukankah mencari ilmu masuk akal daripada mempertanyakan satu sosok yang tak pernah dilihatnya?""Eumm Bibi benar.""Kalau setuju ikut bekerja sama Bibi. Ini telepon Bibi nanti Bibi jemput kamu y

  • Gadis Yang Kunodai   Ikutlah Bekerja Dengan Bibi

    Sesampainya di rumah Sarah membuka pintu dengan kunci lalu berlari menuju kamar meraih obat dalam tas yang baru saja ia beli dari apotik langganannya, lalu meminumnya dengan segelas air putih. Sarah tidak perlu obat itu lagi, meskipun sebenarnya ia sudah bosan minum obat. Bahkan sudah hampir dua tahun ia tak lagi mengonsumsi obat itu. Namun setelah dengar kabar soal laki-laki itu Sarah jadi ketakutan, Sarah memang depresi tapi tidak gil-a. Sarah sedikit tenang menatap hampa foto Shaka ia memeluknya, tubuhnya rubuh di pembaringan, lalu bangkit lagi duduk di lantai tangannya memeluk lutut, peristiwa kejam itu kembali terbayang dan membuatnya menggigil ketakutan."Sarah kamu dimana, Sarah."Wanita paruh baya itu mendengar isakan dari kamar Sarah. "Kamu kenapa Sarah?" tanya Bibi saat mengunjungi rumah Sarah. Kini Sarah meringkuk dengan tubuh dibasahi keringat.Sarah menggeleng.Bibinya menyentuh kening Sarah yang basah berpeluh. "Aku nggak apa-apa, Bi," ucap Sarah lirih."Kamu kambuh l

  • Gadis Yang Kunodai   Sarah dan Putranya

    Sementara Sarah menyiapkan kebutuhan putranya, karena besok adalah hari keberangkatan putra semata wayangnya menuntut ilmu agama ke pondok sebagai bekalnya kelak. Sarah membuat kue kesukaan putranya selesai ia berjalan ke arah putranya Shaka. "Sudah selesai mengemas, Nak?" Sarah menghampiri putranya yang masih mengemas baju ke dalam tas. Shaka mengangguk. "Bun, inilah yang aku rindu usapan dan perhatian Bunda padaku." Sarah masih mengusap lembut di rambutnya. Rasa sesak menyergap dada Sarah. Terlebih saat melihat putranya meneteskan air mata."Jangan menangis, nanti berat langkahmu pergi ninggalin Bunda." Sarah segera mengusap air matanya dengan tangan. Mereka berpelukan sebentar, lalu melanjutkan lagi merapikan barang bawaan Shaka. Beres satu tas baju dan tiga kardus kecil barang jajanan juga susu renteng telah siap."Oke kita makan malam ya setelah itu kamu istirahat. Bunda tadi belikan baso kesukaan kamu."Shaka tersenyum. "Baik Bunda."Sarah tersenyum mengacak rambut putranya

  • Gadis Yang Kunodai   Kehilangan

    "Istrimu keguguran lagi. Dokter bilang, kandungannya sudah lima minggu. Keguguran karena stres, kelelahan." Mamanya bicara pada Devan yang baru saja datang. Tak ada jawaban. Devan tak merespon perkataan Mamanya. Ia malas melakukan apa pun, termasuk bicara."Maaf, Mas."Devan memeluk istrinya dari belakang saat tengah melamun menatap ke luar jendela. Pandangannya terasa kosong. Lagi Zahira menangis. Devan membalikan tubuhnya menghadapnya. Menghapus air matanya perlahan. Mengecup keningnya lama istrinya terisak lalu memnamkan wajahnya di dada Devan. "Maaf.""Aku juga sedih, Sayang. Sudah jangan nangis lagi.""Mas.""Hmm?""Aku gak bisa memberikan kamu keturunan.""Kita bisa ya." Devan menenangkan istrinya. "Aku ngak yakin. Ini sudah kali ketiga aku keguguran, Mas."Devan menggelengkan kepala. "Kita usaha sama-sama ya."Kehilangan anak ternyata sesakit itu. Devan merutuki kejadian malam itu. Apa itu karmanya telah menyakiti Mia? Entahlah Kali ini perasaan Devan pada istrinya campur ad

  • Gadis Yang Kunodai   Meninggalkan Sarah

    Sarah berbalik menatap nanar Devan dengan mata basahnya, sedangkan Devan mengalihkan pandangan ke bawah tidak sanggup melihat wajah sedih gadis itu yang dia buat jadi seperti itu. "Aku tidak butuh maafmu, kau kejam," lirih Sarah.Sarah menangis berharap jika apa yang baru saja terjadi adalah sebuah mimpi buruk. "Aku … aku khilaf," ucap Devan."Kenapa kau lakukan perbuatan kejam ini? Kenapa?!" Teriak Sarah seraya menangis histris. Devan mencoba meraih tubuh gadis itu, tapi Sarah teriak mundur lagi mengibaskan tangannya menepis gapaian tangan Devan yang ingin memeluknya."Maaf, aku tadi mabuk dan aku, terbawa suasana," ungkapnya menundukkan kepala.Tampaknya Sarah putus asa dengan jawaban yang Devan berikan. "Kau tidak peduli bagaimana kehidupanku setelah ini." Protes Sarah."Lain kali aku tidak akan melakukan lagi, maafkan aku," ucap Devan sepelan mungkin."Hah lucu sekali kau telah memperko-saku, dan kau telah menghancurkan hidupku.""Maaf," ucap Devan menyerah."Pergi!!" Usir Sar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status