Share

Kehilangan

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2025-01-09 08:09:49

"Istrimu keguguran lagi. Dokter bilang, kandungannya sudah lima minggu. Keguguran karena stres, kelelahan." Mamanya bicara pada Devan yang baru saja datang.

Tak ada jawaban. Devan tak merespon perkataan Mamanya. Ia malas melakukan apa pun, termasuk bicara.

"Maaf, Mas."

Devan memeluk istrinya dari belakang saat tengah melamun menatap ke luar jendela. Pandangannya terasa kosong. Lagi Zahira menangis. Devan membalikan tubuhnya menghadapnya. Menghapus air matanya perlahan. Mengecup keningnya lama istrinya terisak lalu memnamkan wajahnya di dada Devan.

"Maaf."

"Aku juga sedih, Sayang. Sudah jangan nangis lagi."

"Mas."

"Hmm?"

"Aku gak bisa memberikan kamu keturunan."

"Kita bisa ya." Devan menenangkan istrinya.

"Aku ngak yakin. Ini sudah kali ketiga aku keguguran, Mas."

Devan menggelengkan kepala. "Kita usaha sama-sama ya."

Kehilangan anak ternyata sesakit itu. Devan merutuki kejadian malam itu. Apa itu karmanya telah menyakiti Mia? Entahlah Kali ini perasaan Devan pada istrinya campur aduk. Entah benci, entah marah, entah kecewa entahlah. Dia bingung dengan perasaannya sendiri karena keguguran itu.

"Mama agak kecewa sih ternyata Zahira selalu gagal. Tapi ya sudahlah. Dia wanita gak berguna."

"Mama." Tekan Devan.

"Kenyataan sih. Calon bayimu juga sudah tiada?"

Air mata Zahira menetes dalam keadaan mata masih terpejam.

Devan mengengam tangan istrinya, menenangkan saat melihat istrinya meneteskan air mata.

"Bagaimana kita menjelaskan semua ini pada Papa kamu, hah?"

Devan dan Zahira terdiam.

"Zahira bukan ya pilihan Mama." Bisik Devan di telinga Mamanya.

Bu Lili terdiam.

Saat mereka berbicara pintu kamar ruangan Zahira terbuka, terlihat sang papa menatap dengan cemas.

"Bagaimana, Nak? Papanya sudah menunggu saat-saat seperti ini."

Hati Devan teriris, aku hanya diam tidak tahu apa yang akan Devan katanya pada Papanya. Semua orang di ruangan itu hanya diam saling menatap.

"Calon bayi itu sudah tidak ada Pah," ucap Mama pelan.

"Apa maksudmu, Ma kenapa bisa tiba-tiba tidak ada? jelaskan padaku," tanya sang Papa.

"Sebenarnya...." Ucapan mamanya terputus.

"Sebenarnya sayalah yang bersalah, dan ceroboh. Hingga terpeleset jatuh, Pa akhirnya bayi kami tak bisa di selamatkan." Zahira menjelaskan.

Kemudian mengalirlah cerita dari mulut Mamanya. Laki-laki itu terlihat menahan amarah mendengar penjelasan dari istrinya.

"Zahira, kamu menyia-nyiakan calon cucuku." Sang Papa berkata sambil mengepalkan tangannya.

"Saya minta maaf, saya tidak tahu akan terjadi hal seperti ini." Zahira berusaha menjelaskan.

"Kamu Dev, kamu tidak bisa menjaga istrimu.!" Papanya berteriak sambil menunjuk Devan.

"Papa! ini bukan salah Mas Devan," ucap Zahira lemah.

"Tapi Papa hanya inginkan cucu laki-laki Zahira bukan yang lain."

"Maaf kami sudah berusaha, Pa."

"Kalian ini mengecewakan."

Tidak mau membuat keributan akhirnya Papanya dan Mamanya keluar dari kamar inap Zahira.

"Mas, tenangin Papa keluarlah!" Zahira mengusir suaminya juga.

"Tapi Za ...." ucap Devan memelas.

Devan mendekati istrinya dan mengecup kening. "Ya sudah. Nanti aku kesini lagi," bisiknya di telinga Zahira.

"Eumm."

Zahira melepas kepergian suaminya dengan berat hati, mereka sama-sama kehilangan. Dan ujung-ujungnya dialah yang akan di salahkan dan dipojokan.

***

Beberapa minggu berlalu. Segera Zahira membersihkan diri, ia mencari pakaian yang bisa membuatnya tampak cantik hari itu. Jam tujuh pagi ia sudah rapi menunggu Devan suaminya di meja makan.

"Sarapan, Mas?"

"Ya,"

"Kamu mau makan apa?"

Devan berpikir sejenak. "Pengen makan nasi."

"Oke." Zahira berdiri mengambilkan nasi serta lauk yang sudah Bibi masak pagi itu.

Bahagia. Setelah mengetahui jika Sarah telah meninggal, jawabannya tidak! Devan berusaha keras agar ia bisa melupakan kejadian beberapa tahun lalu itu, segala cara dia gunakan untuk bisa melupa. Setiap kali terlintas bayangan gadis itu di kepala, kembali rasa sakit menghunjam dada. Wajah gadis itu seolah menghantuinya hati setiap menit bahkan setiap detik.

"Mas aku izin masuk kerja aku bosen di rumah."

Devan mengangguk-anggukkan kepala.

"Boleh ya Mas?" Zahira bertanya serius, hampir dua minggu ia di rumah dan itu sukses membuatnya jenuh.

"Em, boleh asal jangan kecapean?"

"Lebih baik kamu istirahat biar bisa hamil lagi. Suka ngeyel kalau orang tua bicara!" titah Bu Lili mertuanya yang baru saja datang berkunjung ke rumahnya.

"Zahira sehat. Aku sehat. Tidak ada masalah di antara kami, Ma," sahut Devan menanggapi perintah sang Mama.

"Sehat sehat buktinya mana, kalian ini sudah lama menikah ya."

"Mungkin memang belum saatnya kita diberi keturunan saja," ujar Devan menghibur diri. Jujur, lelaki itu pun sudah sangat mendamba kehadiran sang penerus.

"Ya sudah ... cari perempuan lain saja yang bisa kasih cepat kamu kerturunan."

"Mama!"

Devan menatap Zahira yang menghentikan sarapannya. Zahira lalu bangkit dari kursi. Dan berjalan lagi masuk ke kamar.

"Tuh kan ngak ada sopan-sopannya sama orang tua." Bu Lili merasa kesal oleh sikap menantunya yang sati dulu suka acuh dan sombong.

"Mama sudah muak, Dev!"

Devan menggeleng. "Ya Dev tahu. Tapi ngak segampang itu Mama. Lagian itu pilihan Mama, kan?"

"Nyesel Mama. Harus tuh dibuat gampang, dan kamu ini keturunan Mama dan Papa pasti sehat," sahut sang Mama tidak peduli.

Devan hanya mampu menghembus napas dengan kuat. Dan ikut menyusul istrinya ke kamar. Zahira memalingkan wajah, menepis tangannya kasar dan membebaskan diri dari rengkuhan lelaki itu. Lalu, melangkah menjauhinya ke tepi jendela.

"Maafkan Mama."

"Kenyataannya benar kan. Bahwa aku bukan wanita yang bisa memberikanmu anak."

Harga diri Zahira serasa terkoyak karena keadaannya. Menyisakan rasa sakit yang membuatku sulit untuk menerima takdir yang ia rasa tak adil.

"Sudah ya sudah." Sevan menenangkan istrinya.

"Aku juga lelah, Mas. Aku sudah hati-hati tapi nyatanya aku kepleset."

"Ya aku ngerti."

"Mama keterlaluan, Mas."

Tetes demi tetes air mata Zahira terus mengalir membasahi wajah. Zahira berusaha menolak saat Devan menariknya dalam pelukan. Pelukan yang kemudian terasa semakin erat saat bahu Zahira bergetar kencang karena masih menangis.

"Tidak, aku tak akan membiarkan wanita siapa saja mendapatkan apa yang sudah menjadi milikku. Tidak akan pernah. Devan tetap milikku." Batin Zahira berperang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Yang Kunodai   Sarah dan Putranya

    Sementara Sarah menyiapkan kebutuhan putranya, karena besok adalah hari keberangkatan putra semata wayangnya menuntut ilmu agama ke pondok sebagai bekalnya kelak. Sarah membuat kue kesukaan putranya selesai ia berjalan ke arah putranya Shaka. "Sudah selesai mengemas, Nak?" Sarah menghampiri putranya yang masih mengemas baju ke dalam tas. Shaka mengangguk. "Bun, inilah yang aku rindu usapan dan perhatian Bunda padaku." Sarah masih mengusap lembut di rambutnya. Rasa sesak menyergap dada Sarah. Terlebih saat melihat putranya meneteskan air mata."Jangan menangis, nanti berat langkahmu pergi ninggalin Bunda." Sarah segera mengusap air matanya dengan tangan. Mereka berpelukan sebentar, lalu melanjutkan lagi merapikan barang bawaan Shaka. Beres satu tas baju dan tiga kardus kecil barang jajanan juga susu renteng telah siap."Oke kita makan malam ya setelah itu kamu istirahat. Bunda tadi belikan baso kesukaan kamu."Shaka tersenyum. "Baik Bunda."Sarah tersenyum mengacak rambut putranya

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Ikutlah Bekerja Dengan Bibi

    Sesampainya di rumah Sarah membuka pintu dengan kunci lalu berlari menuju kamar meraih obat dalam tas yang baru saja ia beli dari apotik langganannya, lalu meminumnya dengan segelas air putih. Sarah tidak perlu obat itu lagi, meskipun sebenarnya ia sudah bosan minum obat. Bahkan sudah hampir dua tahun ia tak lagi mengonsumsi obat itu. Namun setelah dengar kabar soal laki-laki itu Sarah jadi ketakutan, Sarah memang depresi tapi tidak gil-a. Sarah sedikit tenang menatap hampa foto Shaka ia memeluknya, tubuhnya rubuh di pembaringan, lalu bangkit lagi duduk di lantai tangannya memeluk lutut, peristiwa kejam itu kembali terbayang dan membuatnya menggigil ketakutan."Sarah kamu dimana, Sarah."Wanita paruh baya itu mendengar isakan dari kamar Sarah. "Kamu kenapa Sarah?" tanya Bibi saat mengunjungi rumah Sarah. Kini Sarah meringkuk dengan tubuh dibasahi keringat.Sarah menggeleng.Bibinya menyentuh kening Sarah yang basah berpeluh. "Aku nggak apa-apa, Bi," ucap Sarah lirih."Kamu kambuh l

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Abai Rasa

    Semenjak Bibi bekerja di rumah Pak Adiyasa jarang sekali ia menemui keponakannya Sarah, mereka jarang bertemu. Apalagi setelah Ayahnya Sarah meninggal. "Kamu baik-baik saja, kan?""Ya, aku baik-baik saja. Tadi aku hanya shok saja, Bi.""Bagaimana kabarnya Shaka?"Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Aku baru pulang mengantarkan dia ke pondok Bi.""Padahal Bibi sudah rindu dengannya."Sarah tersenyum. "Aku dengar pondok Shaka lumanyan mahal ya Sarah.""Ya lumayan, Bi.""Makanya kamu harus sehat terus demi Shaka.""Tapi kadang, saat anak lain yang sedang diantar sama Ayahnya, ada rasa iri di dalam Shaka aku yakin itu. Temannya, masing-masing punya satu sosok yang dipanggil Ayah, tapi tidak dengan Shaka?"Bibi Nik menarik napas, "bersamamu saja sudah membuat Shaka tersenyum bahagia. Percayalah, bukankah mencari ilmu masuk akal daripada mempertanyakan satu sosok yang tak pernah dilihatnya?""Eumm Bibi benar.""Kalau setuju ikut bekerja sama Bibi. Ini telepon Bibi nanti Bibi jemput kamu y

    Last Updated : 2025-01-09
  • Gadis Yang Kunodai   Melamar Kerja

    Wanita anggun paruh baya itu membuka lembaran kertas yang berada di dalam amplop warna cokelat. Surat yang berisi lamaran kerja Sarah. Nyonya besar itu mencari seorang suster untuk mengasuh cucunya. "Nama kamu siapa?'' tanya wanita paruh baya anggun dan cantik itu menatap lekat ke arah wanita di depannya itu. "Sarah, Nyonya.""Nama lengkap?""Sarah Mia, Nyonya."Wanita paruh baya itu manggut-manggut."Sudah punya anak? Aku dengar dari Bibi jika kamu sudah punya seorang putra?"Sarah mengangguk. "Sudah, Nyonya."Wanita paruh baya itu menatap ke arah Sarah, lalu manggut-manggut. "Sudah tahu pekerjaanmu, menjaga cucuku?''Sarah menunduk. "Sudah, Nyonya.""Eummm. Jadi kamu seorang janda?" tanyanya penuh selidik. Sarah terdiam tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap majikannya itu. "Sarah.""Eumm nggeh, Nyonya," jawabnya berbohong. "Aku ingin cucuku makan teratur. Dan rajin sekolah." Jelas wanita dengan gaya elegan dengan banyak perhiasan melekat ditubuhnya m

    Last Updated : 2025-01-10
  • Gadis Yang Kunodai   Sarah Kah Itu?

    Sarah hanya mengangguk dan menundukkan kepala. Sedangkan Devan masih fokus dengan ponselnya. "Devan ini lo kenalin dulu."Devan mendongak."Eh iya Ma."Sarah tersenyum dan menundukkan kepalanya kembali. Sekilas sebelum Sarah berbalik, Devan mendongak menatap wanita itu sesaat Devan membeku ia menemukan sepasang mata wanita itu. Sepasang mata teduh yang sudah membuatnya dulu jatuh hati. Beberapa tahun tak bertemu hampir Devan tidak mengenali. Tubuh kuning langsat itu kini tampak lebih menawan. Dengan hijab hampir Devan tak bisa mengenali wajah wanitanya dulu itu. DegDevan menatapannya masih sama menghanyutkan seperti dulu. Cantik wajahnya tak berubah sama sekali selain wajah yang terlihat sedikit dewasa namun tak mengurangi kecantikannya meskipun dengan dandanan sederhana. Sepersekian detik, mereka saling tatap dan Devan memalingkan wajah. Sedangkan Sarah kembali menunduk. Sampai Sarah menjauh pun, pandangannya tidak berhenti mengejar. Devan membeku Dia tak menyangka jika wanita it

    Last Updated : 2025-01-11
  • Gadis Yang Kunodai   Harta Dan Tahta

    Devan bingung apa benar itu Sarah wanita yang selama ini membuatnya dimabuk asmara. "Dev apa kamu masuk kantor hari ini?" tanya Sang Mama. Devan menggeleng. "Malas, Ma.""Lo kok gitu.""Pengen tidur seharian, Ma."Bu Lili mengangkat bahunya. "Oke. Tapi kamu baik-baik saja kan?""Aku baik, Ma.""Ya syukurlah."Melihat keanehan yang saat ini ditampakkan Sarah, ada rasa tak nyaman yang kemudian mulai menyambangi dada Devan. Debaran itu terasa jauh lebih kuat. Devan berusaha tenang sambil mengatur napas. Begitupun dengan Sarah yang merasa sedikit gemetar karena ketakutan. Mereka berdua saling terdiam saling memandang dengan pikiran berkecamuk."Eh Dev kamu mau kan antar Tiara sebentar, soalnya sopir mau anterin Mama keluar." Pinta sang Mama. Devan menatap Sarah sebentar. "Boleh, Ma."Tiara bersorak. "Asyik, tapi. Mbak Sarah ikut antar, kan?"GlekSarah menunduk. Jemarinya meremas ujung jilbab yang ia pakai. Sejujurnya ia sangat ketakutan. "Boleh. Sarah kamu antar Tiara ya, nanti pulan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gadis Yang Kunodai   Rawon Terenak

    "Sarah, oh dia baru kemarin datang. Kebetulan Tiara makin bandel jadi adikmu Dea kewalahan. Apalagi kan Dea bantuin kamu kerja. Jadi butuh suster untuk jagain Tiara." "Oh." Devan manggut-manggut ternyata baru kemarin Sarah bekerja di rumah Mamanya. "Cantik dia rajin mama suka. Dan sepertinya Tiara juga nyaman bersamanya." "Semoga saja, Ma." Gejolak bingung terhenti kala Mamanya kembali berbicara. Tidak ingin terlihat tidak sopan, Devan pun menyimak baik-baik ucapan Mamanya. Walaupun itu artinya Devan harus menyingkirkan sejenak tanda tanya yang sebelumnya muncul soal Sarah. Devan berusaha melebarkan bibir guna menciptakan senyum. Rasanya canggung sekali menanyakan soal Sarah lagi. "Wajah kamu agak pucat, Sayang? Kecapekan, ya?" Bu Lili memasang raut khawatir. "Ngak kok, Ma. Aku baik-baik saja." "Baik gimana orang bibir kamu juga kelihatan kering. Kurang minum itu?" "Mama aku baik-baik saja." "Baiklah. Yuk makan." Devan meringis. "Ngak lapar, Ma." "Apa aku minta Bibi untu

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gadis Yang Kunodai   Depresi Lagi

    Pagi hari selesai Salat Subuh Sarah berjalan ke kamar Tiara dengan menaiki mesin lift besi kotak itu menuju kamar Tiara, karena mereka sudah janjian akan jalan-jalan ke taman komplek dekat rumah tentunya atas ijin Bu Lili juga Dea. "Pagi, Non. Wah sudah siap?'' tanyanya senang. "Sudah dong, Mbak Sarah. Kan kita mau jalan-jalan.""Oke. Sudah Salat?""Sudah.""Oke kita jalan yuk.""Hu um."Mereka berdua berjalan menikmati mentari pagi, kebetulan hari minggu jadi Tiara libur sekolah. Mereka melangkah melewati trotoar di sebelah kiri jalan menuju taman komplek. Suara kicau burung terdengar merdu di pepohonan rindang pinggir jalan. Angin pagi, membuai mereka, tangan Sarah mengandeng Tiara, hingga tak mereka sadari sudah sampai di taman komplek perumahan mewah itu. "Kita sudah sampai, Non."Tiara mengangguk pelan, lalu melepaskan jabatan tangannya. "Eumm pagi ini sejuk aku suka udara pagi Mbak.""Suka?""Banget. Terima kasih sudah mengajak jalan-jalan, Mbak," ucapnya sambil tersenyum"Sa

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • Gadis Yang Kunodai   Hadiah Rumah Dari Mama Selin

    Setelah Devan mendapatkan perawatan di kepalanya, Devan kembali ke runagan IGD mondar-mandir menunggu hasil pemeriksaan Dokter. Setelah tenang ia duduk lantunan do'a terus ia ucapkan memohon kesembuhan untuk istri tercinta. Diiringi air mata, Devan meratap, segala dzikir dan do'a dilafadz. Berharap keajaiban yang selalu diyakininya. Jika hamba meminta, Allah akan mengabulkan.Kali ini Devan panik melihat ke arah kanan ada beberapa pengunjung tertidur di bangku panjang. Devan duduk lalu berdiri mematung, Hati Devan begitu terguncang melihat pemandangan yang ada di depannya saat itu. Betapa tidak istrinya pingsan karena kejadian tadi. Tiba-tiba ponsel Devan berbunyi. "Ya.""Penyebab kebakaran, dugaan sementara oleh pihak Kepolisian korsleting listrik, Den" ''Yakin karena korsleting listrik? Aku minta selidiki lagi.""Baik, Den.""Aku gak mau tahu, cari penyebabnya."Devan mengepalkan tangannya ia ceroboh kenapa bisa ia kecolongan soal ini. Hampir saja nyawa istri dan anaknya terenggut

  • Gadis Yang Kunodai   Kebakaran

    Si Mbok dan si Mbak berlari ke arah kamar Sarah setelah melihat kebakaran dari depan bagian bagasi rumah majikannya. "Kamu cek pintu keluar yang disamping biar aku panggil Non Sarah.''"Baik, Mbok."Wanita muda itu berlari ke arah samping rumah yang masih aman dari kobaran api. "Non Sarah, kebakaran!!" Si Mbok mengedor pintu kamar Sarah. "Non buka pintu, ayo keluar!" Lagi dengan kencang dan panik si Mbok menggedor pintu. Udara sejuk dari pendingin udara berganti jadi panas membara tiba-tiba. Sarah tersentak saat suara teriakan terdengar dari luar rumah memekakkan telinga. Jeritan bersahutan si Mbok dan Mbak itu terus menerus, begitu juga asap menghitam yang memenuhi ruangan. "Non buka pintu!" ucap si Mbok sambil terus batuk-batuk. Sesuatu menyekat pernapasannya. Kian lama rumah kian gelap, anehnya, celah di atas pintu depan rumah memancar cahaya merah yang menyala-nyala. "Ya Mbok.'' Sahut Sarah dari dalam. "Non kebakaran! Ayo cepat.''"Apa. Kebakaran!! Den Dev sudah berangkat?

  • Gadis Yang Kunodai   Rencana Jahat Zahira

    Harum telur mata sapi semerbak. Wanginya yang khas dan sedap menggelitik hidung dan itu berhasil membuat Devan dan Shaka menelan ludah setelah selesai merapikan tenda untuk bermalam semalam. Devan, beranjak bangun Lantas merenggangkan tubuh sambil berjalan menuju wastafel, hendak mencuci tangan.Devan melihat istrinya muncul dari dapur melalui cermin, ia sedang membawa nampan berisi beberapa piring nasi goreng spesial. Istrinya itu terlihat segar dan berseri wajahnya pun tersenyum. Devan melihat lagi ke arah cermin. Di dalam sana terlihat istrinya itu sedang menyiapkan sarapan. "Sarapan dulu, Mas." Tawarnya. Devan terus memperhatikan istrinya dan terus menatapnya di balik cermin. "Ya." Devan masih menggosok tangan dengan sabun. Devan membilas tangan yang penuh busa dengan air dari kran wastafel. Kemudian mengelapnya dengan handuk kecil dan berjalan mendekati istrinya. "Kayaknya enak nih?''"Pastinya. Sayang Shaka ini sarapannya sudah siap." Panggil Sarah pada putranya. "Ya, Bund

  • Gadis Yang Kunodai   Kejutan Untuk Sarah

    "Mbak?"Sarah tersenyum menyambut pelukan adiknya itu. "Gimana liburannya suka?""Suka banget.""Heleh pengantin baru. Lagian kesel aku ditinggal pergi gak ajak-ajak!" Omel Sarah. "Maaf." Lea mengerutkan pelukannya. "Gimana sehat?"Lea tertawa. "Agak masuk angin sih.""Emm kebanyakan itu." Bisik Sarah pelan nyaris tak terdengar. Lea memukul tangan Sarah. "Mbak." Saga memberikan lima paper bag pada Sarah, "wah banyak sekali, makasih ya.""Ya sama-sama.""Ceritain seru gak di sana?" tanya Sarah. "Seru sekali.""Wah jadi pengen.""Next time kita double date ya." Dengan gerakan santai, Lea kembali duduk dan menyeruput teh bikinan Bibi di hadapannya. Senyum Sarah mengembang. "Gak janji sih. Sebelum Raiyan dewasa.""Ya juga sih.""Kenapa, Mbak nggak cerita kalau Mas Saga orangnya asyik?""Mbak belum sempat ngasih tahu kamu. Mbak sibuk ngurus Mama yang sakit. Sedangkan Mas Dev nggak selalu di rumah. Jadi Mbak yang mondar-mandir ngurus rumah dan menjaga Mama.""Ya juga sih. Makasih suda

  • Gadis Yang Kunodai   Bahagia Itu Sederhana

    Saga benar-benar tidak bisa tidur malam itu. Lea yang telah terlelap akhirnya terbangun juga karena terganggu."Kenapa tadi minum kopi? Jadi enggak bisa tidur, 'kan?" Pria itu duduk tangannya mengelus rambut Lea. "Aku hanya memperhatikan kamu tidur."Lea yang terpejam menahan tawa dan jengkel karena tidurnya terganggu. "Boleh minta tolong Sayang?""Minta tolong apa?""Peluk sebentar."Mata Lea seketika membulat. "Kalau keberatan tidurlah lagi!"Lea bangun kemudian memandang Saga yang tidur terlentang dengan satu lengan menumpang di keningnya. Mata laki-laki itu terpejam."Maaf, mengganggumu malam-malam, aku hanya butuh pelukanmu."Lea menarik napas dalam lalu memeluk suaminya. Lea makin gemetar saat pria itu sangat dekat di depannya. Menyentuh dagunya kemudian mengecup pelan bibirnya. Membuat wanita itu seperti tersengat listrik. Itu ciuman seksi untuknya.Tatapan matanya tidak bisa menyembunyikan apa yang diinginkannya. Lea masih membiarkan, saat pria itu menatap wajah dan menyen

  • Gadis Yang Kunodai   Malam Untuk Saga

    "Kenapa ya Zahira itu gak dapat karma semisal balasan dengan apa yang telah di lakukannya?"Sarah tersenyum memegang tangan Lea. "Allah memperlakukan apa yang Dia kehendaki, dibukakan segala pintu hingga orang tersebut lupa diri. Ya ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa napsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang.""Jadi?""Jadi istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat."Lea mengangguk. "Oh.""Kamu harus jaga suami kamu jangan sampai Saga jatuh ke tangan wanita itu."Lea memeluk lebih erat dan membenamkan wajahnya pada ceruk di pundak Sarah. "Ya, Mbak. Aku juga mau pamit mau ke Bali""Ya semoga semuanya berjalan lancar.""Aamiin, makasih Mbak.""Eumm."Hubungan manusia memang se

  • Gadis Yang Kunodai   Jangan Lepaskan Dia

    "Nah gitu baru adik Kakak. Tapi kenapa mukanya manyun gitu." Devan mengusap kepala Lea. "Saga kemarin izin sama Papa akan mengajak Lea pindah ke rumahnya.""Apa, Pa?''"Lea dia suamimu. Seharusnya kamu patuh padanya.""Tapi.""Lea belajar jadi istri yang baik. Sudah jangan banyak alasan. Setujui saja permintaan suamimu. Mama gak sabar pengen punya cucu banyak.""Ma ngomong apa sih cucu-cucu?""Ya apa lagi. Itu yang Mama dan Papa inginkan punya banyak cucu."Lea merasa kesal. Ia bangkit lalu pergi. ***Pemandangan malam di gazebo adalah satu-satunya yang bisa menghibur Devan saat ini, setelah sebelumnya mondar-mandir mencari tempat dimana terdapat harum parfum istrinya ya Devan sepertinya begitu kasmaran. Bisa rusak jantungnya kalau harus sendirian tak ada istrinya di rumah. Bukan ngak boleh Sarah nginep di rumah Mamanya bersama kedua anaknya, hanya saja menyesalkan setelah dibuat menunggu selama satu hari dari waktunya di sana. Ya, seharusnya malam ini Sarah sudah pulang ke rumah.

  • Gadis Yang Kunodai   Tak Suka Basa-basi

    Braghhhh! "Mama." Sarah menjerit saat mengetahui ibu mertuanya pingsan karena melihat Vidio kebenarannya. "Mama. Tolong bantu Mama."Devan, Sando dan Saga langsung membawa tubuh Bu Lili ke dalam dibantu Bu Selin yang menjaganya, memberikan minyak di tengkuk, leher, pelipis juga hidungnya. Sementara di luar keadaan masih memanas. Sarah cemas dengan keadaan ibu mertuanya. "Ma bangunlah, Mama."Bu Lili memegangi kepalanya yang terasa berat. "Sarah ada apa ini kenapa kepalaku sakit sekali.""Mama habis pingsan.""Sarah." Bu Lili memeluk Sarah namun ia melihat Lea. Lea terdiam menjauh dan hanya menatap Mamanya. "Lea mendekatlah."Lea terdiam. "Kau tidak mau mendekati Mama? Mama hanya mau minta maaf.""Sebenarnya apa yang terjadi Ma?" tanya Devan yang baru saja datang. "Bu Santi mengancam. Akan menghancurkan Butik jika Mama tak menyetujui perjodohan Lea untuk putranya.""Astaga harusnya Mama bicara. Ini malah masa depan Lea taruhannya."Bu Lili hanya terdiam karena tak berani menja

  • Gadis Yang Kunodai   Alhamdulillah Sah

    Sarah memeluk Lea erat. "Mbak apa aku tak salah dengar?" Mbak dan Mas Devan yang atur semuanya ini?"Sarah mengangguk. "Ya.""Tapi ....""Sudah dia pasti akan menjagamu, tidak seperti Dio itu ya."Lea menggelengkan kepala. "Mbak."Pak Adiyaksa datang. "Sudah ada pembicaraan matang tentang calonmu ini. Jadi jangan membuat ulah yang akan mengacaukan semuanya. Ingat dia akan tulus padamu, dan Papa tak suka lelaki pecundang itu menunjukkan siapa jati dirinya."Lea terdiam. "Dari pada pilihan Mamamu itu. Suka tidak suka. Kamu harus menikah dengan Saga saat ini juga."Lea memeluk Sarah erat seraya menangis. "Cepatlah sebelum semuanya berubah."Lea menganggukkan kepala. "Ya Pa.""Sudah, semua sudah Takdir. Dan kau tahu Saga itu sangat baik. Semoga kamu menjadi wanita terakhirnya ya."Sarah makin mengencangkan pelukannya. "Yuk ke temapat akad aku antarkan."Lea menurut perkataan Kakak iparnya itu. Semua wajah para tamu undangan nampak curiga. Karena tak ada keluarga arakan pengantin Pria

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status