Beranda / Romansa / Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan / Bab 6 Pencarian Sang Sahabat

Share

Bab 6 Pencarian Sang Sahabat

Penulis: Farzana Nazia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 20:01:45

Langit cerah menyinari setiap insan yang tengah terlelap dalam dunia mimpi. Secercah cahaya sang mentari menembus ke setiap celah sudut-sudut ruangan di rumah minimalis berlantai dua. Tepat di sebuah kamar bernuansa abu-abu terlihat seorang pangeran tidur telungkup tertutup selimut tebal. Kepalanya miring ke kanan sementara tangan kiri menjuntai ke bawah dan tangan kanan terlentang di atas tempat tidur. Menurut orang malas itu posisi tidur paling enak.

Sayang, tidur nyenyak sang pangeran tak bertahan lama. Dibalik pintu bercat putih terdengar suara teriakan seorang perempuan diiringi gedoran pintu sangat keras. Sudah 3 kali suara itu berteriak meminta dibukakan pintu. Namun sang pangeran tak menghiraukannya sama sekali. Dia masih tetap nyaman dalam posisi tidur. Entah telinganya tersumbat apa? Seolah suara keras itu tak terdengar olehnya.

Akan tetapi saat suara ponsel berdering, sang pangeran langsung terbangun dari tidurnya. Matanya yang tertutup mendadak terbuka lebar dan secepat kilat tangan kiri meraih ponsel tersebut di atas nakas samping tempat tidur. Ia pun mengubah posisinya menjadi duduk sembari tangan kanan mengotak-atik layar ponsel. Begitu tahu siapa yang menelepon, senyum cerah menghiasi wajah tampannya. Tanpa berlama-lama ia menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan.

“Assalamualaikum Zana!” salam Boim kepada Farzana.

“Kenapa kamu semalam meneleponku?” kemarin malam Boim berkali-kali menelepon Farzana untuk memastikan apakah gadis itu masih marah kepadanya atau tidak. Mengingat kemarin sewaktu pulang dari Masjid Al-Ghifari ia sibuk berbincang dengan Fatimah sehingga Farzana pun terabaikan. Boim merasa bersalah dan ingin meminta maaf. Itulah alasan mengapa kemarin pria itu terus menelepon Farzana. Kurang lebih ada 10 panggilan yang pria itu lakukan. Dikarenakan mata sudah lelah melihat layar ponsel, akhirnya Boim terbawa dalam dunia mimpi dan membiarkan ponselnya tergeletak di atas nakas.

“Aku mau minta maaf soal kemarin. Maaf kalau aku sudah mengabaikanmu. Kamu mau kan memaafkan aku Zana?” Boim berharap Farzana mau memaafkannya.

Hening beberapa saat. Farzana terdiam di seberang telepon sana. Ia tidak tahu apakah harus memberi maaf atau tidak. Kedekatan Boim dan Fatimah entah mengapa membuat hatinya sakit. Padahal antara dia dan Boim hanya sebatas sahabat. Apakah rasa itu mulai tumbuh? Entahlah, Farzana tidak terlalu mengerti tentang perasaannya sekarang. Namun yang jelas kecemburuan telah menggerogoti hatinya.

“Zana, kamu mau kan memaafkan aku?” tanya Boim meminta kejelasan.

“E e e e, a-a-a ku,-?” Farzana ragu untuk mengutarakan jawabannya. Belum sempat melanjutkan kalimatnya terdengar Umi Kalsum memanggil nama si gadis dari seberang telepon sana. Hal itu pun juga di dengar oleh Boim.

“Maaf, kita bicara lain kali saja ya. Umi sudah memanggilku. Assalamualaikum!” Farzana akhirnya menutup teleponnya.

Setelah telepon itu ditutup Boim menghela nafas. ‘Benar-benar susah mendapatkan maaf darimu!’ Boim membatin. Pria itu menaruh kembali ponselnya di atas nakas. Kemudian mengambil handuk dari dalam lemari selanjutnya berlalu pergi ke kamar mandi. Tak perlu waktu lama, dalam waktu 7 menit saja pria itu sudah keluar dengan kondisi yang jauh lebih segar. Handuk yang tadi ia bawa menutup rapat bagian auratnya dari pinggang sampai lutut kaki. Sejenak melakukan peregangan untuk melemaskan otot-otot yang kaku. Lalu ia berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya.

Ketika hendak membuka lemari, bayangan Boim terpantul jelas di depan cermin yang terpasang tepat di lemarinya sebelah kanan. Ia tersenyum melihat tubuh atelis dengan perut kotak-kotak miliknya bak seorang binaragawan.

“Tampan sekali diriku. Zana kalau melihat ini pasti terpesona padaku,” monolog Boim.

“Tunggu saja, suatu saat nanti kamu akan melihat tubuh seksi ini,” puji Boim kepada dirinya sendiri.

Farzana tidak tahu kalau Boim juga punya perasaan khusus kepadanya. Hanya saja Boim masih belum berani untuk mengatakan hal itu. Ia menunggu waktu dan momen yang tepat. Tidak mau buru-buru dan ingin mempersiapkan segala sesuatunya sesempurna mungkin. Apalagi Boim juga belum tahu apakah Farzana mencintainya atau tidak? Untuk sekarang ia hanya bisa membayangkan kebersamaan itu dalam pikirannya. Eh, tapi tunggu dulu, memikirkan yang bukan mahram bukankah itu berdosa? Astagfirullah, apa yang sudah dilakukan Boim. Pria itu pun buru-buru menghapus bayangan Farzana dari dalam pikirannya.

“Maafkan hambamu ini ya Allah. Hamba khilaf!” kata Boim sambil tangan kirinya memukul-mukul dahi.

Tak memedulikan sisa-sisa bayangan yang masih tersisa, Boim beralih menatap tumpukan baju yang terlipat rapi di dalam lemari. Ia bingung harus memakai baju apa. Dikarenakan hari ini hari Minggu ia tidak ada jadwal mengajar atau mengisi kajian. Pria itu pun memilih mengambil kaos putih dan celana training berwarna hitam. Tidak lupa jaket hoodie putih kesayangannya sebagai outfit luar. Boim tipe orang yang suka memakai hoodie. Menurut dia jauh lebih praktis ketimbang jaket yang ada resletingnya. Hal ini bukan tanpa sebab, biasanya baru seminggu dipakai resleting jaket miliknya sudah rusak. Makanya daripada ribet benerin resleting ia lebih suka hoodie yang tinggal slup masuk ke badan. Sama seperti ketika memakai kaos.

“Tampan sekali diriku ini!” Boim senang bukan main melihat penampilannya di depan cermin.

Selesai berdandan Boim langsung menuju meja makan untuk sarapan. Ketika menuruni anak tangga terakhir ia bisa melihat Umi Salma yang tidak lain adalah ibunya sedang menata makanan di meja makan. Ada juga Abi Thalib, ayah Boim dan adiknya bernama Salman sudah duduk manis di kursi masing-masing.

“Assalamualaikum, pagi semuanya!” sapa Boim kepada Abi, Umi, dan adiknya.

Mendengar sapaan Boim ketiga orang itu langsung menoleh ke sumber suara. Abi Thalib dan Salman tersenyum lebar melihat kedatangan Boim. Namun tidak dengan Umi Salma. Wajah sang bidadari kesayangan Boim itu tampak kesal.

“Waalaikumsalam, yuk sayang kita sarapan!” ajak sang Abi.

“Wah makanannya enak-enak nih. Umi, umi kenapa wajahnya kayak kesal gitu?” menyadari ekspresi Umi Salma yang tidak bersahabat membuat Boim bertanya-tanya.

Umi Salma tidak menjawab pertanyaan Boim dan sibuk mengambilkan nasi buat Abi Thalib dan Salman.

“Umi lagi kesal sama Abang!” sahut Salman sambil mengunyah ayam goreng. Adik Boim ini sangat suka ayam goreng. Sama seperti tokoh kartun favoritnya si Ipin. Oh ya, umur Salman masih 7 tahun dan sekarang baru kelas 1 SD.

Dahi Boim langsung berkerut mendengar pernyataan Salman. Pasalnya ia tidak merasa berbuat kesalahan kepada Umi. Lalu bagaimana umi bisa marah kepadanya.

“Abang salah apa, Mi?” tanya Boim meminta penjelasan Umi sambil menyodorkan piring meminta diambilkan nasi.

Sungguh miris nasib Boim. Umi Salma benar-benar tidak menghiraukan anak sulungnya itu. Piring yang sedari tadi berada di tangannya tak kunjung diambil.

“Mi, abang kok nggak diambilkan nasi?” tanya Boim sembari menampilkan wajah sedihnya.

“Kamu kan sudah besar, ambil sendiri!” balas Umi Salma ketus.

Boim yang diabaikan oleh Umi Salma membuat Abi Thalib dan Salman tertawa cekikikan. Bukannya kasihan, mereka malah menikmati tontonan gratis itu. Kapan lagi bisa melihat adegan Umi merajuk kepada Boim. Seperti diketahui bersama, selama ini Boim adalah anak kesayangan yang selalu dimanja dan diperhatikan.

“Nasib, nasib. Farzana ngambek, sekarang ditambah umi. Oh ya Allah ada apa dengan kedua bidadariku?” gerutu Boim sambil mengisi nasi ke dalam piringnya.

Umi Salma yang tadi sibuk menyantap makanan mendadak terhenti saat Boim menyebut nama Farzana. Umi Salma tahu bahwa anak kesayangannya itu menyukai Farzana sedari kecil. Setahunya hubungan Boim dan Farzana baik-baik saja.

“Kenapa Zana bisa ngmabek sama kamu?” tanya Umi Salma.

“Umi ya. Kalau nama Farzana aku sebut langsung deh hilang ngambeknya. Biasa mi, masalah anak muda!” jawab Boim menyeringai lebar.

“Awas ya kalau kamu sampai buat kesal calon menantu Umi. Kamu nggak akan jadi anak kesayangan umi lagi!” ancam Umi Salma sambil tangan kanannya menyodorkan garpu ke arah Boim.

“Ampun, ampun, umiku tersayang. Hamba janji akan meminta maaf kepada Farzana!” Boim pura-pura ketakutan dengan posisi kepala menunduk dan kedua tangan saling bertaut diletakkan di atas kepala seperti orang sedang memohon.

Abi Thalib geleng-geleng kepala melihat tingkah anak sulungnya. Sementara Salman sibuk menertawakan sang kakak.

“Habis ini kamu harus ke rumahnya Farzana. Minta maaf langsung sama dia!” perintah Umi Salma.

“Injih, kanjeng ratu!” jawab Boim patuh.

***

Pukul 09.00 WIB Boim sudah sampai di rumah Farzana. Untung gerbang rumahnya tidak ditutup, jadi Boim bisa langsung masuk. Jarak rumah Boim dan Farzana tidak terlalu jauh. Hanya dipisahkan oleh 10 rumah saja. Rumah Boim dan Farzana berada pada satu komplek dan gang yang sama. Sebagai seorang tamu yang baik terlebih dahulu Boim mengucapkan salam lalu memencet bel.

“Assalamualaikum!” salam Boim sambil jari telunjuk kanannya menekan tombol Bel sebanyak 3 kali.

Tak perlu menunggu terlalu lama, pintu rumah sudah terbuka. Namun yang muncul bukan sang sahabat, melainkan Umi Kalsum.

“Waalaikumsalam, eh ada nak Boim. Cari Farzana ya?”

“Iya mi. Farzana ada di rumah?”

“Yah, Zana baru aja keluar. Kamu terlambat nak Boim.”

“Zana pergi ke mana mi?”

“Waduh, Umi kurang tahu nak. Tadi sih dia pamitnya mau joging pagi.”

“Oh ya udah mi. Kalau begitu Boim pulang dulu.”

“Enggak mau nunggu Zana, nih?”

“Enggak Mi, soalnya Boim masih ada urusan. Ya sudah Boim pamit ya. Assalamualaikum Umi!”

“Waalaikumsalam!”

Sebenarnya Boim tidak benar-benar ingin pulang. Urusan yang dimaksud oleh Boim adalah mencari keberadaan Farzana. Baru keluar gerbang, Boim berpikir sejenak. ‘Kira-kira dia sekarang ada di mana ya?’ dalam hatinya Boim bertanya-tanya dimanakah gerangan Farzana sekarang ini. Pikiran Boim terasa buntu, tidak ada bayangan tempat manapun.

“Ah, aku keliling sekitar kompleks aja. Nanti juga ketemu!” putusnya.

Dari jam 9 pagi sampai jam 11 Boim tiada henti mencari Farzana. Hampir seluruh bagian komplek perumahan sudah ia telusuri. Hasilnya tetap nihil, sang sahabat tidak ada di manapun. Entah itu di taman, toko buku, atau Masjid Al-Ghifari. Ia mulai kelelahan dan memutuskan istirahat di pos satpam kompleks.

“Aduh kakiku. Kamu sebenarnya dimana sih, Zan?” Boim duduk di bangku kayu panjang depan pos satpam sembari mengacak-acak rambut karena frustrasi tak kunjung menemukan Farzana.

“Eh, ada nak Boim. Kok kelihatan lesu?” tiba-tiba Pak Mukhlis selaku satpam kompleks datang menghampiri Boim lalu pria itu ikut duduk.

“Iya nih Pak Mukhlis. Bapak tahu nggak Zana ada dimana? Dari tadi aku muter-muter nggak nemu juga!” curhat Boim kepada Pak Mukhlis.

“Oh mbak Farzana, tadi saya lihat dia keluar kompleks,” jawab Pak Mukhlis.

“Yang benar, ke mana dia, Pak?” Pak Mukhlis sedikit terkejut melihat Boim yang tiba-tiba bersemangat.

“Bapak kurang tahu. Soalnya mbak Farzana nggak kasih tahu,” pupus sudah harapan Boim. Kini pria itu kembali menampakkan wajah lesunya.

Di tengah obrolan Pak Mukhlis dan Boim, tiba-tiba ada seorang gadis menyapa Boim. Suara itu seperti Boim kenal.

“Assalamualaikum, Ustaz Boim!” panggil gadis itu.

“Waalaikumsalam, kamu..?” senyum semringah menghiasi bibir Boim kala melihat gadis yang berdiri di depannya.

Bab terkait

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 7 Perjumpaan dengan Fatimah

    Gadis itu keluar rumah seorang diri tanpa menghiraukan ajakan temannya. Ia terus melangkah menuju sebuah tempat yang dihuni oleh sang pujaan hati. Hatinya terasa berbunga-bunga karena tak sabar ingin memberikan hasil kreasi masakan spesialnya. Senyum bahagia tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Meski tertutup oleh selembar kain, tetapi mata yang bersinar cerah dapat menunjukkan bahwa si gadis itu tengah berbahagia. Sahabatnya yang berjalan mengekor di belakang sampai geleng-geleng kepala karena heran. ‘Cuma nganter makanan saja kamu udah sesenang ini, apalagi kalau udah lihat wajahnya!’ batin sang sahabat. Dikarenakan keasyikan melamun, sahabat gadis itu tanpa sengaja menubruk dahi sang gadis yang tiba-tiba saja membalikkan badan.“Aduhhhh!” pekik kedua orang itu.“Fatimah, sakit tahu!” gerutu sang sahabat karena merasa kesakitan di bagian dahinya.“Maaf, maaf, maaf. Kamu enggak apa-apa kan, Nad?” tanya Fatimah sambil ikut mengelus dahi Nadia.“Nggak apa-apa kok. Tapi ya git

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 8 Kesenangan Farzana

    Baru pulang dari tempat bekerja Farzana langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Hari ini sungguh melelahkan, banyak sekali pekerjaan yang harus ia lakukan. Selain ikut mengajar anak-anak mengaji di Masjid Al-Ghifari, gadis itu juga sibuk mengurus minimarket milik teman kuliahnya dulu. Ya hitung-hitung buat penghasilan tambahan. Badannya sangat letih karena seharian berdiri di meja kasir. Cukup banyak pembeli yang harus ia layani. Bukannya mengeluh, justru Farzana bersyukur karena Allah masih memberikan rezeki halal kepadanya. Sewaktu mata ingin terlelap, tiba-tiba terdengar dering telepon. Tangan kanan Farzana meraba-raba tempat tidur mencari ponsel yang tadi ia lemparkan asal. Begitu dapat ia langsung membuka kunci layar dengan sekali usap. Tak disangka, ada sekitar 10 panggilan telepon masuk. Semua panggilan itu berasal dari orang yang sama. Siapa lagi kalau bukan Boim. Farzana sangat malas untuk mengangkat telepon itu. Gadis itu memang sengaja ingin menghindar dari Boim. Alasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 9 Kekesalan Seorang Boim

    Dua sejoli berjalan bersama dalam suasana penuh kecanggungan. Keduanya tak ada yang berani bersua. Baik si pria maupun perempuan terus melangkah saling beriringan dengan kepala tertunduk. Setiap kali berpapasan dengan seseorang sang pria menyapa dengan seulas senyum terpaksa. Begitu pun sang perempuan, tersenyum sambil menganggukkan kepalanya satu kali. Berbagai pasang mata memandang mereka dengan tatapan binar bahagia. Banyak yang mengatakan bahwa keduanya memang pantas bersama. Bahkan sebagian orang yang tidak mengenal menganggap mereka sebagai pasangan suami istri.Kalau boleh jujur, sang pria merasa malu karena menjadi pusat perhatian. Akan tetapi sang wanita malah tersenyum bahagia di balik cadar hitamnya.“Fat, kamu tidak merasa risih ditatap semua orang kayak gitu?” tanya si pria.“Sejujurnya risih sih Ustaz. Tapi ya sudahlah. Biarkan saja, anggap mereka tidak ada,” bohong sekali Fatimah mengatakan itu. Dalam hatinya sih ia merasa senang dengan pujian yang dilontarkan or

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 10 Adegan Romantis Tak Terduga

    Baru beberapa putaran mengelilingi kompleks Farzana sudah merasa kelelahan. Baju yang dipakainya pun jadi basah karena keringat dingin membanjiri sekujur tubuhnya. Nafas gadis itu sampai terengah-engah sangking lelahnya. Untuk bicara saja sudah tak kuat. Gadis itu pun meminta izin kepada teman-temannya untuk beristirahat sejenak. “Teman-teman is-ti-rahat se-bentar yuk. Kalian nggak ca-pek a-pa?” pinta Farzana terbata-bata karena nafasnya hampir habis.“Baru juga satu putaran kamu udah lelah aja Zana?” sahut Bella, salah satu teman Farzana.“Ya udah, kalau Zana kelelahan kita istirahat dulu teman-teman!” Marwa mengajak Bella, Shofie, dan Shasa untuk beristirahat.“Kita istirahat di mana, Wa?” tanya Shofie kepada Marwa.“Di supermarket aja yuk. Sekalian aku mau beli minuman,” ajak Shasa.Mengikuti saran Shasa, akhirnya keempat orang itu memilih supermarket sebagai tempat peristirahatan. Sementara Bella, Shofie, Farzana, dan Marwa duduk-duduk santai di emperan, Shasa memilih masu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 11 Puncak Amarah

    Sewaktu Boim dan Fatimah sedang asyik berbincang sambil menikmati seporsi mie ayam super jumbo, mendadak Boim terkejut ketika pandangan matanya melihat ke arah pohon seberang jalan. Pria itu mencoba memicingkan kedua matanya untuk memastikan sesuatu. Dan ternyata benar dugaannya. Di atas pohon itu ada seseorang yang tengah memetik buah. Akan tetapi yang membuat Boim heran adalah penampilan orang itu seperti tidak asing baginya. Boim mencoba mengingat-ingat kembali memori yang mungkin saja ia lupakan. Sangking sibuknya berpikir pria itu bahkan tak menghiraukan Fatimah sama sekali. ‘Dimana aku pernah melihatnya?’ tanya Boim dalam hati. Benar-benar buntu, Boim tak menemukan ingatan satupun tentang orang itu. Beruntung nasib baik berpihak kepadanya. Ketika orang itu menoleh ke kanan terlihatlah keseluruhan wajahnya. Sungguh Boim tak menyangka, ternyata orang itu memang sosok yang dikenalnya. Tanpa membuang banyak waktu lagi, Boim menaruh mangkok mie ayamnya lalu bangkit dari tempat duduk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 12 Saran Fatimah

    Dikarenakan Boim tak menggubris panggilannya sama sekali, Fatimah pun memilih menyusul Boim. Gadis itu bangkit dari tempat duduknya lalu menyeberang jalan dengan sangat hati-hati. Matanya tak berhenti menoleh ke samping kiri dan kanan memastikan tidak ada kendaraan yang melintas. Ketika sudah dirasa sepi, Fatimah bergegas menyeberang jalan dengan tergesa-gesa. Setelah berhasil menyeberang, ia berjalan masuk ke arah rumah berlantai dua. ‘Kalau tidak salah tadi Boim menuju kemari,’ pikirnya. Pada saat Fatimah masuk, pintu gerbang rumah itu sudah terbuka. Dan begitu sampai di halaman depan gadis itu terkejut melihat Farzana tengah berada dalam gendongan Boim. Keduanya yang saling bertatap mesra tentu saja membuat Fatimah cemburu. Tangan gadis itu pun tiba-tiba mengepal keras seperti sedang menahan emosi. Ketika Fatimah hendak menghampiri Boim dan Farzana, tiba-tiba dia mendapat sebuah bisikan dari telinga kanannya.“Sebaiknya kamu diam dan lihat apa yang terjadi. Tahan emosimu dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 13 Rencana Keji Seorang Nadia

    Dua orang anak manusia sedang duduk santai menyantap seporsi bakso di tengah hawa panas yang mendera Kota Malang beberapa minggu terakhir. Kuah bakso bening bercampur sambal super pedas begitu meningkatkan nafsu makan keduanya. Sembari menggigit bulatan bakso yang cukup besar, Nadia juga membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkan curhatan sang sahabat. Siapa lagi kalau bukan Fatimah, sahabat setia yang selalu membersamai dirinya sedari kecil.Hari ini sengaja Fatimah mengajak Nadia makan siang di warung bakso depan Masjid Al-Ghifari guna meminta saran kepada sahabatnya itu. Apa yang sudah dilaluinya kemarin dengan Boim akan Fatimah ceritakan. Ia tak tahan jika harus memendam sesuatu seorang diri. Setidaknya dengan bercerita kepada seseorang beban dalam hatinya akan berkurang sedikit demi sedikit. Meski ya rasa sakit itu masih ada. Orang yang bisa Fatimah percaya hanyalah Nadia seorang. Tak ada lagi teman yang dapat mengerti dirinya selain Nadia. Cerita kepada orang tuanya pu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 14 Ungkapan Rasa Terpendam

    Seperti biasa hari ini Farzana hendak pergi ke Masjid Al-Ghifari untuk mengajar anak-anak mengaji. Baru memasuki pintu gerbang dia sudah disuguhkan pemandangan yang menyakitkan hati. Tepat di depan ruang kelas ada Boim dan Fatimah yang tengah berbincang ria. Keakraban kedua orang itu sungguh mencabik-cabik ulu hatinya. Namun ia mencoba tak peduli dan langsung memasuki ruang kelas. Boim sempat melihat Farzana sekilas. Namun sayang, si gadis terus melangkah dan tak mau membalas tatapannya. Boim merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Mungkinkah dia masih marah? pikirnya. Helaan nafas berat langsung ia keluarkan karena tak tahan dengan sikap Farzana yang cuek kepadanya. Dikarenakan sibuk memikirkan Farzana, Boim jadi lupa kalau di depannya masih ada Fatimah. Untunglah gadis itu tak menyadari bahwa sedari tadi Boim sedang melamun. Buru-buru ia alihkan kembali fokusnya kepada Fatimah.“Jadi ustaz mau kan?” tanya Fatimah.Dahi Boim berkerut heran karena tak mengerti apa yang dimak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12

Bab terbaru

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 49 Rona Merah Di Pipi

    "Kamu kenapa Fat?" Fatimah langsung mendongakkan kepala saat ada seseorang bertanya kepadanya. "Ustaz Boim," panggil Fatimah seraya bangkit dari duduknya."Kamu habis menangis?" Boim bertanya tentang hal itu karena mata Fatimah terlihat bengkak seperti habis menangis."Eh, enggak. Mata saya tadi kelilipan saja kok ustaz," aku Fatimah bohong sambil menyeka tetesan air mata yang keluar."Jangan bohong. Saya tahu kamu habis menangis. Coba cerita, mungkin dengan kamu cerita kepada saya bisa mengurangi beban kamu," pinta Boim sembari tangannya merogoh saku gamis putihnya hendak mencari sesuatu.Fatimah tak langsung menjawab dan memilih diam dengan kepala tertunduk melihat ke arah lantai yang dihiasi ubin warna-warni. 'Bagaimana mau cerita kalau sumber kesedihan aku adalah kamu,' Fatimah membatin.Menurut gadis itu sungguh lucu ketika Boim meminta dirinya untuk menceritakan masalah yang tengah dihadapinya. Pria itu gak tahu saja, bahwa dirinyalah sumber kesedihan Fatimah. Maka dari

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 48 Kekagetan Umi Kalsum

    Setelah menyelesaikan sarapan pagi, baik Farzana dan Umi Kalsum hendak berangkat ke Kajian Boim yang ada di Masjid Padang Mahsyar Kota Batu. Namun sebelum itu Farzana harus menunggu sang ibu selesai berdandan. Jadinya sekarang gadis itu tengah terduduk diam sambil menonton televisi. Beberapa kali ia sempat menghela nafas karena kesal sang ibu sedari tadi tak kunjung keluar. Sudah lebih dari 1 jam ia menunggu. Hampir saja kehilangan kesabaran dan hendak menghampiri kamar sang ibu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Senyum merekah pun menghiasi wajah cantik Farzana. Akhirnya, setelah sekian purnama orang yang ditunggu muncul juga. Menurut Farzana sang ibu terlibat begitu cantik mengenakan gamis warna hitam dan kerudung syar'i warna senada. Sungguh tidak seperti wanita paruh baya dan justru tampak awet muda.Ketika sang ibu datang menghampiri, Farzana bersiul riang menggodanya. Wajah cemberut pun langsung tampak di wajah Umi Kalsum. Sambil memasukkan barang bawaannya ke dalam tas

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 47 Bantu Aku Berubah Ya Rabb!

    "Fat, acaranya dimulai jam berapa?" tanya Boim yang kini sedang duduk di ruang panitia menunggu gilirannya mengisi ceramah."Masih 2 jam lagi ustaz," jawab Fatimah sambil melihat jam tangan. "Kalau begitu aku tak keluar sebentar ya," karena sesi dirinya masih lama, Boim berniat pergi keluar."Mau ke mana Ustaz?" tanya Fatimah yang tak rela ditinggalkan Boim sendirian."Jalan-jalan aja sebentar," jawab Boim seraya bangkit dari duduknya."Mau saya temani Ustaz?" tanya Fatimah sembari ikut berdiri juga."Tidak perlu. Kamu disini saja. Nanti kalau panitia cari saya gimana. Tenang saja, saya nggak akan lama. Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa telepon saya kan?" kata Boim memberi pengertian. Sebenarnya ia sengaja pergi keluar karena ingin menelepon Farzana. Ia ingin memastikan apakah sang pujaan hati sudah berangkat apa belum? Kalau ia menelepon di depan Fatimah pasti suasana berubah canggung. Apalagi Fatimah punya perasaan kepadanya. Ia takut menyakiti hati gadis itu. "Ta-ta-pi,

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 46 Nasihat yang Selalu Teringat

    Gamis warna hijau muda yang dengan kerudung warna senada terlihat begitu cantik dikenakan oleh Farzana. Pancaran sinar bak seorang putri raja memang pantas disandangkan kepada dirinya. Dengan polesan make up tipis saja ia tampak mempesona. Setiap mata yang memandang pasti tak akan mau memalingkan tatapan matanya barang sedetik. Benar apa kata orang, gadis tomboy kalau sudah dandan memang membuat siapapun pangling. Farzana saja hampir tak mengenal bayangan dirinya ketika bercermin di depan kaca riasnya. Ia merasa sosok yang dilihatnya di depan cermin bukanlah dirinya. Ia seperti melihat bayangan orang lain. Ia sungguh tak percaya bahwa itu memang dirinya. Beberapa kali gadis itu mencubit pipinya untuk mengetahui apakah ini mimpi atau tidak. Dan ternyata semua ini nyata. Ia memang tidak sedang bermimpi.Untuk keluar kamar ia sedikit ragu. Takut jikalau sang ibu sampai pingsan ketika melihat penampilannya. Tahu sendiri kan, Umi Kalsum itu mudah kagetan. Kalau sudah terkejut pasti lang

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 45 Datang atau Tidak?

    BoimJangan lupa hari ini datang ke kajian ya sayang.Melihat pesan yang dikirimkan Boim lewat aplikasi WhatsApp membuat Farzana senyum-senyum sendiri. Isinya sih biasa saja. Akan tetapi panggilan kata 'sayang' itu serasa mampu memompa jantungnya agar berdetak lebih kencang. Beruntung Boim tidak ada di hadapannya sekarang ini. Kalau iya, bisa dipastikan Farzana malu semalu-malunya. Mau ditaruh dimana muka ini kalau Boim sampai tahu. Ah, tak dapat dibayangkan. Dan Farzana juga tak mau membayangkan hal itu. Sontak gadis itu menepuk-nepuk pipi untuk mengembalikan kewarasan diri sendiri. Tekadnya sudah bulat dan tak boleh dibantah. Ia harus menghilangkan perasaan cintanya. Apapun akan ia lakukan. Salah satunya dengan mengabaikan pesan Boim. Dan sudah diputuskan, ia juga tak akan menghadiri kajian pria itu.Selesai membaca pesan Boim, Farzana langsung menghapusnya. Kemudian ia melempar ponsel miliknya ke sembarang arah di atas tempat tidur. Selanjutnya ia merebahkan diri dengan tidur terl

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 44 Minuman Pembawa Petaka

    Dua insan tengah terdiam sambil memakan makanannya masing-masing. Suasana hening menyelimuti ruang makan dan hanya terdengar denting sendok dan garpu saling beradu. Kedua orang itu mengunci rapat mulutnya dan enggan membuka sepatah kata apapun. Sebenarnya sang pria sesekali mencuri-curi pandang kepada sang wanita yang sedang terduduk di depannya. Dan sudah beberapa kali juga ia berdehem cukup keras guna mencairkan suasana yang penuh kecanggungan. Tetapi apa mau dikata, sang wanita bersikap acuh tak acuh dan sengaja menulikan pendengarannya. Ia tahu sang pria ingin mengajaknya berbicara. Sayang, untuk saat ini ia sedang tak ingin meladeni sang pria. Dia hanya ingin menghabiskan sarapannya dan bergegas pergi dari ruang makan.Setelah piring sang wanita bersih dari sisa-sisa makanan, Ia langsung berdiri kemudian melangkah menuju dapur sambil membawa piring di tangannya. Sang pria juga tak mau ketinggalan. Ia melahap habis makanan di piringnya dengan cepat agar bisa menyusul sang wanit

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 43 Terpaksa Bersama

    "Eh eh eh eh sudah, cukup!" ucap seorang gadis dengan nafas terengah-engah yang sedang tiduran di atas kasur king size berwarna putih.Peluh keringat membasahi dahi beserta rambut panjangnya. Ia sudah tak tahan lagi dan ingin segera menghentikan semua kegilaan ini. Tubuh kecil nan ringkih itu sungguh tak berdaya untuk sekedar melawan perlakuan buruk dari seorang pria yang telah berani menjamah dua gundukan besar di dadanya. Ingin sekali rasanya ia mencakar wajah pria itu. Sayang seribu sayang, kedua tangannya tak mampu bergerak karena pria itu mencengkeram begitu kuat. Gadis itu pun hanya bisa pasrah sampai sang pria mencapai tingkat kepuasannya. Sudah lebih dari 1 jam lamanya ia menjadi pelampiasan nafsu pria itu. Tubuhnya terasa remuk dan tak mampu untuk digerakkan. Kedua kaki dan tangan merasakan keram yang begitu hebat karena terlalu lama dalam posisi berbaring. Ia terus meminta kepada sang pria agar berhenti. Akan tetapi sang pria kian gencar melancarkan aksinya dan tak memedu

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 42 Kamu Hanya Milikku!

    Suara dering ponsel yang bergetar di atas meja belajar membuyarkan lamunan Boim. Ia pun bangun dari tidurnya lalu turun dari ranjang hendak mengambil ponsel tersebut. Pada layar tertera nama Fatimah. Dahi langsung Boim berkerut heran, tak biasanya gadis itu menelepon dirinya di hari Minggu. Sebenarnya Boim enggan menjawab karena ia tak suka hari liburnya diganggu. Namun hatinya berkata lain, pasti ada suatu hal penting sehingga membuat Fatimah terpaksa meneleponnya. Apalagi di pagi-pagi buta seperti sekarang. Dengan terpaksa akhirnya Boim menekan tombol panggil. "Assalamualaikum Fatimah," salam Boim."Waalaikumsalam Ustaz," jawab Fatimah di seberang telepon sana."Ada apa Fat, kamu telepon aku?" tanya Boim."Begini Ustaz. Tadi takmir Masjid Padang Makhsyar Kota Batu menelepon saya. Katanya jadwal kajian Ustaz untuk hari Senin besok diganti hari Selasa. Apakah Ustaz bisa kalau hari itu?" jelas Fatimah dengan nada bicara lemah lembutnya."Iya saya bisa. Beritahu beliau saya akan

  • Gadis Tomboy Milik Ustaz Tampan   Bab 41 Panggilan Ceramah

    Setelah Fatimah menjadi asisten pribadinya, Boim merasa terbantu. Kini pengaturan jadwal ceramah telah tertata rapi dan tak berantakan seperti dulu. Ia pun jadi punya banyak waktu untuk mengunjungi Farzana. Meskipun tanggapan gadis itu masih sama saja. Tetap dingin, cuek, dan judes. Tetapi tak jadi masalah bagi Boim. Ia tahu dibalik sikap tak bersahabat itu ada secercah rasa perhatian yang memang sengaja disembunyikan. Kan tahu sendiri, seorang Farzana Nazia memang punya tingkat gengsi selangit. Mumpung hari ini Minggu dan Fatimah juga mengabarkan tidak ada jadwal ceramah, Boim pun berencana mengunjungi rumah Farzana. Tujuannya tidak lain ingin mengajak sahabatnya itu joging bersama. Apalagi sudah lama mereka jarang keluar berdua. Pokoknya hari ini ia akan menghabiskan waktu liburan bersama Farzana. Dan tak seorang pun bisa mencegahnya. Kerinduan yang teramat dalam sudah menggerogoti relung hatinya. Akibat acara ceramah di luar kota beberapa minggu lalu, ia terpaksa berpisah sebent

DMCA.com Protection Status