Share

Gadis Tawanan sang CEO
Gadis Tawanan sang CEO
Author: Cececans

1. Dendam Membara

Remaja laki-laki itu menggigil kedinginan di bawah pancuran kamar mandi. Darahnya yang mengalir dari kepalanya yang terluka bercampur dengan air, membuat lantai kamar mandi berwarna kemerahan.

Seorang gadis kecil yang melihat remaja itu dipukuli hanya bisa menangis. "Dad, jangan pukul Kakak lagi!"

Remaja itu diam, tak melawan sama sekali saat tongkat kayu berukuran besar menghantam kepalanya. Satu kali, dua kali, dan untuk ketiga kalinya ia ambruk, terkapar di lantai kamar mandi yang dingin. Matanya berkabut, dan ia melihat ke arah ayahnya, lalu ke arah adik tirinya.

Gadis kecil itu tercekat melihat sorot mata kakaknya yang tak biasa. Ia bisa melihatnya. Kemarahan, rasa terluka, dan kecewa, semuanya bercampur dan berkobar di sana. Tapi, di saat ia hendak membuka mulutnya untuk berucap, ayahnya sudah menyela.

"Mulai sekarang jauhi bajingan ini, Serena."

Ayahnya menggenggam tangan Serena erat, lalu menariknya pergi.

Saat kedua orang yang paling ia benci sudah menghilang dari pandangan. Remaja itu bangkit dan memposisikan tubuhnya bersandar pada dinding. Ia sudah tak berdaya, untuk berdiri saja ia sudah tidak memiliki tenaga. Semua ini terjadi karena gadis kecil itu dan ibunya. Mereka telah merusak keluarga yang seharusnya bahagia. Karena mereka, ibunya menjadi gila dan memutuskan untuk bunuh diri.

"Tunggu pembalasanku. Di saat itu, aku akan melihat penderitaan kalian," ucap si remaja penuh tekad. Pandangannya semakin berkabut, dan ia lupa apa yang terjadi setelahnya. Semuanya gelap dan kelam.

***

Lima belas tahun kemudian.

Di sebuah club malam. Di ruangan VIP. Lucas menarik napas panjang yang melegakan. Hari-harinya dipenuhi dengan kemenangan. Dan kini ia sedang merayakan salah satu kemenangannya.

Ia baru saja mendapatkan kabar tentang kematian ayahnya karena sebuah penyakit kronis.

Hidup Lucas telah berubah banyak. Dari hanya seorang remaja laki-laki yang tak memiliki kekuatan sama sekali, sekarang Lucas berubah menjadi seorang pria berkuasa.

Lucas Evander Davies, CEO Living Group yang kini menduduki strata tertinggi dunia bisnis. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Wajah tampannya selalu menghiasi halaman depan majalah bisnis di seluruh dunia.

Semua telah ia capai di usianya yang menginjak tiga puluh tahun. Harta, kekuasaan, dan wanita. Tapi, itu tidak serta merta membuat Lucas bisa menikmati hidupnya.

Ada satu yang kurang. Yaitu, ia harus membalaskan dendamnya pada pelakor yang sudah menghancurkan keluarganya, serta anak dari jalang itu.

Lucas sangat ingin melihat kedua manusia menjijikkan itu menderita. Tepat di depan mata Lucas.

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membalaskan dendamnya. Ia sudah menunggu lama, dan sudah berkorban banyak hanya untuk melepaskan dendam yang menyiksanya selama ini.

Tanpa sadar Lucas menorehkan senyum tipis saat memikirkan rencana balas dendamnya. Ia lalu menyesap sampanye yang membakar tenggorokannya, tapi begitu melegakan pikirannya.

Tatapannya kemudian turun pada salah satu wanita sewaan yang hendak menarik turun resleting celananya. Tangan Lucas segera bergerak menghentikannya. Lucas menemukan sesuatu yang lebih menarik.

"Buka juga pakaianmu seperti tiga temanmu yang lain," tukas Lucas pada si wanita dengan mata yang bersorot merendahkan, membuat si wanita sewaan tertantang.

Si wanita melirik ketiga temannya yang sudah telanjang bulat. Ia lalu melucuti pakaiannya sendiri. Di waktu yang bersamaan, pengawal Lucas masuk tanpa permisi.

"Maafkan saya, Tuan. Saya lancang masuk," ucap Slade, pengawal sekaligus sekretaris pribadinya dengan penuh penyesalan. Pria itu kemudian dengan cepat mengalihkan pandangan begitu matanya tidak sengaja melihat empat wanita telanjang di ruangan yang ditempati tuannya.

"Ada apa, Slade?" Kerutan di dahi Lucas terbentuk. "Kau sudah menemukan keberadaan Serena?" tebaknya.

Slade mengangguk membenarkan dengan menjaga sikap tetap tegap dan sopan. "Iya, Tuan. Dia sekarang bekerja di salah satu club di New York."

Lucas mengangguk puas. "Siapkan penerbangan besok ke New York. Aku akan menemuinya. Mungkin, aku perlu sesuatu sebagai salam setelah lama tidak bertemu dengannya."

Slade sekali lagi mengangguk. Lebih dalam dari sebelumnya. "Baik, Tuan."

Tanpa mengindahkan empat wanita sewaan yang belum sempat ia sentuh. Lucas menyambar jasnya yang tersampir di punggung sofa.

Ia kemudian bergegas keluar ruangan, meninggalkan empat wanita itu yang menatap kepergiannya dengan tak rela.

Serena tunggu kedatanganku, desis Lucas dalam hati dengan tatapan menajam.

-To Be Continued-

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status