Helen membanting dengan keras ponselnya ke meja. "Menyebalkan," dengusnya geram karena panggilan darinya tak diterima Lucas.Teh chamomile di sisinya yang masih mengepulkan asap tak juga menggugah seleranya. Di dalam kepala Helen justru dipenuhi oleh Lucas."Tunggu aku, Lucas. Aku akan menaklukkanmu.""Sayang."Tatapan Helen tersita pada pria sewaannya yang keluar dari kamar dengan tubuh telanjang bulat. Bagian batangnya mengendur ke bawah karena lelah setelah berjam-jam menyodok Helen.Helen tersenyum. Ia melenggang kepada si pria, dan mengusap kemaluannya. Si pria mengulum bibirnya merasa nikmat dengan pijatan yang Helen berikan.Sedang, Helen membayangkan kejantanan Lucas. Mungkin saja milik Lucas tumbuh lebih besar dari ini. Batinnya bergairah.***"Tuan, apa Anda menyukai Nona Serena?" tanya Slade tiba-tiba, tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia berdiri tegap menghadap Lucas yang duduk di meja.Di antara banyaknya orang yang takut dengan Lucas, Slade memang pengecualian. Pria
"Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Serena sebelum ia masuk ke dalam mobil, mempertahankan kedua kakinya berada di atas aspal.Lucas yang sudah duduk di bangku belakang sedikit melongok keluar. "Ke club. Aku ingin kau menemaniku minum, Serena."Serena semakin ragu ikut. Ia hanya memakai kaos pink berlengan pendek dengan bawahan celana jeans. Sangat tak cocok untuk digunakan pergi ke club. Tapi, ia tak punya pakaian lainnya yang lebih pantas.Selain itu, Serena harus tetap waspada terhadap Lucas. Bisa saja pria itu membawanya ke club untuk dihabisi. Namun, menolak pun rasanya juga tak menguntungkan posisi Serena.Menurut cerita Nola tentang Lucas. Selama ia bekerja pada Lucas, tuannya itu tak suka ada yang menolak ajakannya. Jika orang itu berani menolak, sudah dipastikan orang tersebut berakhir dilempar ke kandang buaya.Serena merinding membayangkan dirinya dilempar ke kandang berisi banyak buaya yang kelaparan. Dagingnya akan dicabik-cabik sampai tak berbentuk. Jika nyawanya berakhir s
Setelah membalikkan meja, Lucas menyuruh semuanya keluar termasuk Slade."Keluar!" teriak Lucas membanting benda-benda yang bisa ia jangkau dengan membabi buta. Persetan dengan semua ini. Lucas ingin melampiaskan emosinya sampai puas.Wanita sewaan lari terbirit-birit, begitu juga tiga pria itu. Mereka sangat ketakutan. Apalagi mereka pernah mendengar rumor Lucas yang tak segan-segan membunuh siapa saja yang berani menyulut emosinya.Slade turut meninggalkan ruangan dalam diam. Tak ingin memperparah kemarahan Lucas."Huh ...." Lucas menjatuhkan tubuhnya ke sofa dengan napas masih memburu. Ia tak peduli lagi dengan kekacauan yang ia buat. Lagi pula tidak ada yang berani menyinggung seorang Lucas. Pemilik club mewah ini pun tidak.Pandangannya kemudian terpaku pada Serena yang kepalanya tertunduk, dengan tubuh hanya dilapisi pakaian dalam. Gadis itu tak menyadari tatapan buas Lucas yang bersorot hendak menelannya bulat-bulat. Ia terlalu mabuk untuk sekadar membuka matanya.Lucas meramb
Pagi ini Lucas dengan sengaja memundurkan semua jadwal pertemuannya dengan pemegang saham. Karena hari ini adalah hari peringatan kematian ibunya, dan ia ingin menghabiskan waktunya di makam wanita itu.Felicity Brown. Wanita yang kuat dan penuh kasih sayang itu meninggal setelah menabrakkan mobilnya sendiri ke pohon.Kematiannya delapan belas tahun yang lalu telah memberikan luka mendalam pada diri Lucas. Apalagi sebelum peristiwa tragis itu terjadi, ayahnya tanpa merasa bersalah sedikit pun membawa wanita lain dan bermesraan secara terang-terangan di depannya dan ibunya."Mom ...." Lucas berlutut di samping makam ibunya. Tak ia pedulikan celananya yang kotor oleh tanah yang lembab.Disentuhnya batu nisan yang tertutupi lumut itu pelan. Ia meringis pedih. Tanpa ia sadari—karena terlalu sibuk bekerja—sudah lama ia tak mengunjungi ibunya. Wanita itu pasti merindukan Lucas, sampai memberikan tanda dengan sesekali mampir dalam mimpinya."Lucas rindu Mommy." Lucas menunduk. Beberapa tetes
Serena keluar dari kamar Lucas bertepatan dengan kedatangan Slade. Mereka berpapasan saat hendak melewati lorong mansion."Siang, Slade." Serena menyapa dengan menunduk singkat. Tanpa menunggu balasan Slade, ia melanjutkan langkah ke kamarnya sendiri.Sementara Slade terpaku menatap punggung Serena yang perlahan menjauh dari pandangannya.Serena perempuan yang cantik dan sederhana. Selain itu, tubuhnya sangat indah. Sekuat apapun Slade menghilangkan perasaannya pada gadis itu, ia tetap saja gagal.Sepertinya Slade semakin jatuh cinta pada Serena. Tapi, ia harus memendam perasaan itu dalam-dalam. Karena sampai kapanpun ia tak akan bisa memiliki Serena. ***Setelah Lucas diperiksa dan lukanya sudah diobati oleh Grady, Serena berinisiatif membuatkan bubur untuk Lucas, dan mengantarkannya ke kamar kakak tirinya itu.Serena mengangkat sebelah tangan untuk mengetuk pintu kamar Lucas. Di tangan satunya ia membawa nampan berisi semangkuk bubur daging yang masih mengepulkan asap dan segelas a
Malam yang mulai larut tak juga menghentikan aktivitas pria dan wanita yang tengah dilanda gairah membara. Aroma percintaan kental memenuhi kamar dengan pencahayaan minim.Helen yang telanjang duduk di kursi merah beludru dengan kedua kakinya mengangkang lebar. Bagian kewanitaannya telah basah oleh cairan lengketnya sendiri."Come on, Grady! Tunjukkan betapa perkasanya kau!" tandas Helen mencambuk Grady yang berlutut di depannya dengan tubuh telanjang juga. Tangannya tertali di belakang badan. Dan matanya tertutup kain hitam."Ahh ...." Grady mendesah saat cambuk itu mengenai pahanya. Kejantanannya mulai bangkit. Helen tertawa puas melihat pemandangan yang ada di depannya.Dengan kaki, Helen menyentuh kejantanan Grady. "Apa katamu tadi? Lucas punya gadis simpanan di mansionnya?"Sambil menahan hasrat yang minta dipuaskan, Grady mengangguk. "Dia salah satu pelayan di mansion Tuan Muda Lucas. Siapapun akan paham kalau gadis itu spesial. Tuan Muda Lucas bahkan sampai menyuruhku untuk me
Lucas tak bisa menahan hasrat saat ia melihat layar ponselnya yang menampakkan Serena sedang mandi. Sebelum berangkat kerja tadi, ia diam-diam menyuruh pelayan menaruh kamera CCTV di setiap pojok atas kamar Serena. Termasuk kamar mandinya.Gadis itu sedang membalurkan sabun ke seluruh tubuhnya. Tangannya berhenti di bagian kewanitaannya untuk menggosok bagian sana."Huh ... Serena." Lucas mengeluarkan kemaluannya, mengurut pelan seiring Serena menggesek kewanitaannya di sana. "Ahh ...."Lucas mengerang saat cairannya menyembur keluar. Ia terengah-engah dengan menatap sayu Serena yang beralih membilas tubuhnya.Sialan. Hanya dengan melihat Serena mandi saja, Lucas mencapai klimaksnya dengan mudah. Ia menyeringai tipis melihat telapak tangannya yang dipenuhi cairannya.Lucas kemudian mengambil tisu, membersihkan kejantannya dan meja kerjanya yang telah ia kotori. Ia menghela napas puas saat Slade baru datang menghadapnya.Ia sengaja menyuruh pengawal setianya itu pergi untuk membelikann
Lucas mengerutkan kening melihat Serena sibuk membersihkan sofa, padahal sekarang sudah malam. Dan, seharusnya gadis itu beristirahat.Ide nakal melintas di kepala Lucas. Ia menghampiri Serena dengan langkah sepelan mungkin agar adik tirinya itu tak menyadarinya.Serena melonjak kaget saat tangan Lucas tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Ia refleks memutar tubuhnya dan membelalakkan mata. "Tuan, Anda sudah pulang?"Lucas menaikkan sebelah alisnya. "Menurutmu?"Serena membuang muka menahan malu. Jaraknya dengan Lucas sangat dekat, sampai ia bisa melihat sekilas bayangan dirinya di mata abu-abu pria itu."Tuan!" Serena memekik saat tangan Lucas menyusup ke dalam roknya, meraba bagian intimnya yang masih dilapisi celana dalam."Kenapa? Kau mau marah?" tanya Lucas di dekat telinga Serena. Napasnya yang berhembus pelan menggelitik leher jenjang Serena yang tampak polos karena rambut panjangnya digulung ke atas. "Tapi, tubuhmu menyukainya, Serena. Kau sudah basah di bawah sini."Se