"Aku yakin. Kau pasti sudah tidak perawan lagi, Serena," desis Lucas mengulas senyum miring di bibir. Tatapannya terpaku pada Serena yang belum sadarkan diri, dengan tubuh yang sudah tak terbalut apapun.
Lucas bergerak ke samping kasur, merogoh saku jasnya untuk mengeluarkan pengaman yang sengaja ia simpan di sana. Ia lalu, menyobek bungkusnya, dan memakainya.Meski, Lucas sering menghabiskan malamnya dengan banyak wanita. Tapi, tak satu kali pun ia melupakan pengamannya.Lucas tidak akan pernah bercinta tanpa pengaman. Karena ia tidak mau mengambil resiko menghamili seorang wanita, atau tertular penyakit kelamin yang mengerikan.Setelah selesai memakai pengaman. Lucas bergerak mendekati Serena, bergabung di atas kasur. Tatapannya menelusuri tubuh polos Serena yang seketika membangkitkan gairahnya.Kulit putih mulus Serena, payudara gadis itu yang berukuran besar dan bulat, serta bagian intimnya yang bersih dan indah membuat Lucas jadi gelap mata. Nafsunya berhasil mengambil alih akal sehat Lucas."Kau benar-benar jalang, Serena," gumam Lucas membelai pipi Serena, menyingkirkan helaian rambut hitam gadis itu yang menutupi pandangan Lucas.Lucas akui, adik tirinya yang tak memiliki hubungan darah dengannya ini memang cantik. Sungguh cantik, sampai Lucas ingin sekali melihatnya hancur. Semakin indah sesuatu, semakin Lucas membencinya. Karena bagi Lucas semua yang indah sudah hancur bersamaan dengan kematian ibunya. Kini semua yang indah. Semua yang membahagiakan. Hanya akan menjadi sesuatu yang memuakkan dan menjijikkan bagi Lucas."Ughh …." Serena menggeliat merasakan sentuhan Lucas. Matanya perlahan terbuka.Begitu pandangan Serena sudah jernih, ia memekik terkejut menatap Lucas sudah berada di atasnya. Mata abu-abu pria itu telah dipenuhi kobaran gairah. Seulas senyum bermain di bibirnya.Belum juga Serena berhasil mengeluarkan suara untuk berucap, ia memekik kembali saat merasakan ada sesuatu yang menusuk bagian intimnya."Jalang, diam saja dan nikmati permainan ini," bisik Lucas seraya meniupkan napas hangatnya ke leher Serena. Jarinya terus bergerak di bagian intim gadis itu.Seringaian di bibir Lucas tercipta begitu jarinya sudah dibasahi cairan milik Serena. "Kau jalang murahan. Begini saja kau sudah terangsang. Sial."Lucas mengarahkan juniornya ke milik Serena. Ia mendorongnya masuk dan menemukan sedikit kesulitan."Ckk … sial. Kau sulit sekali ditembus," desis Lucas menghujam Serena tanpa ampun.Serena meronta. Ia berusaha keras berontak, tapi lagi-lagi Lucas berhasil membekuknya. Membuat Serena tak bisa melawan, dan hanya bisa menangis.Air mata Serena keluar dengan deras seiring rasa sakit di tubuh dan hatinya. Kesucian yang ia jaga selama ini, telah dirampas oleh kakak tirinya sendiri.Serena tak pernah menyangka, kakak yang selama ini ia cintai dan ia banggakan. Akan menjadi seseorang yang menghancurkan hidupnya. Merusak satu-satunya yang paling berharga milik Serena.Lucas tersenyum puas. "Milikmu sangat nikmat, Serena.""Kak Lucas, berhenti. Aku mohon. Ini sangat sakit." Serena memohon dengan suara yang lemah dan memilukan.Lucas tak mengindahkan permintaan Serena, ia terus menggenjot Serena, memuaskan hasratnya yang menggebu-gebu. Sampai gadis di bawahnya itu tak lagi bergerak, dan tak lagi bersuara.Serena tak sadarkan diri kembali. Dan itu membuat Lucas kesal."Shit! Bagaimana ada jalang selemah dirimu Serena?!"***Paginya. Serena terbangun saat sinar matahari memenuhi kamar yang ia tempati, menembus lewat tirai jendela yang terbuka.Serena membuka mata, dan meringis begitu menggerakkan tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, terutama bagian intimnya.Bayang-bayang kejadian semalam di mana Lucas menggagahinya dengan kejam kembali memenuhi kepala Serena.Ia secara refleks meremas selimutnya, menariknya ke atas sampai menutupi dadanya. Ketakutan mulai menjalar, membuat Serena bergetar dan air matanya kembali keluar dengan deras.Suara langkah kaki seseorang dari luar kamar semakin dekat. Pintu terkuak dengan kasar, memunculkan sosok Lucas yang dingin dan angkuh. -To Be Continued-Lucas baru saja menemui Slade di ruang utama. Dan kini ia melangkah tegas menuju kamar Serena.Semalam ia langsung meminta pengawal pribadinya itu untuk mencari tahu hubungan Serena dengan pria tua yang ia hajar habis-habisan kemarin di kamar hotel.Setelah melihat noda darah di sprei, yang menandakan dirinyalah yang merenggut keperawanan Serena. Lucas jadi penasaran, sebenarnya apa yang sedang dilakukan Serena bersama si pria tua di hotel. Jika Serena menjual diri, bukannya seharusnya adik tirinya itu sudah tidak perawan? Tapi, Serena masih perawan.Sekarang semua rasa penasaran Lucas telah terjawab, lewat kertas pelunasan hutang yang kini di dalam genggaman tangannya.Ternyata Serena telah berhutang pada si pria tua. Sepuluh juta dolar. Dan gadis itu dijadikan jaminannya."Sebenarnya kehidupan seperti apa yang kau jalani selama ini, Serena?" gumam Lucas dengan tatapan menajam sambil mencengkeram kertas di tangan kanannya. Ia melangkah terus sampai tiba di depan kamar Serena.Lucas me
Serena buru-buru menyeka air matanya saat Kepala Pelayan kembali masuk ke kamar mandi. Saat itu Serena baru saja selesai dan hendak memakai seragam pelayan."Cepat! Kau sudah membuang-buang waktuku, Sialan!" Kalimat yang terucap dari bibir Kepala Pelayan begitu kasar, dan begitu merendahkan Serena.Kepala Pelayan tahu siapa Serena sebenarnya. Bahkan semua orang yang ada di mansion pun juga sudah mengetahuinya, kalau Serena adalah anak pelakor yang merusak keluarga Lucas, tuan mereka. Maka dari itu, mereka membenci keberadaan Serena, dan tak segan-segan memperlakukan gadis rendahan itu dengan buruk."Cepat!" Dengan tak sabaran Kepala Pelayan menarik Serena kasar menuju kamar. Ia membanting tubuh rapuh Serena ke kasur, dan menyuruhnya untuk segera berpakaian."Baik." Hanya satu kata yang keluar dari bibir Serena. Ia bergegas memakai seragam pelayan sebelum Kepala Pelayan membentaknya lagi.Kepala Pelayan mengulas senyum licik yang samar. "Ikuti aku!" perintahnya pada Serena.Serena deng
Serena tetap berdiri seperti patung di samping Lucas yang sedang menyantap sarapannya. Ia tak berani bergerak sedikit pun, apalagi bersuara. Sampai Lucas selesai.Lucas menyeka mulutnya dengan tisu. Tatapannya beralih pada Serena. "Biar pelayan lain yang membereskannya. Kau ikut aku sekarang."Setelah lama terdiam, Serena akhirnya bisa bergerak. Ia mengangguk dan segera mengikuti Lucas.Beberapa pelayan yang berpapasan dengan Lucas langsung membungkukkan tubuhnya memberikan salam hormat. Namun, ketika mereka melihat Serena, mereka segera melempar tatapan penuh kebencian.Mereka merasa iri pada Serena karena hanya Serena yang mendapatkan kamar khusus, sedang pelayan lain tidur di satu kamar yang sama. Selain itu, mereka juga tahu kalau hari pertama Serena berada di mansion ini, gadis itu telah menghabiskan malam panas bersama tuan mereka. Banyak sekali wanita yang menginginkan posisi Serena. Termasuk para pelayan. Bercinta dengan Lucas adalah pencapaian yang luar biasa. Banyak wanita
Serena memekik keras saat Lucas memasukkan ujung botol sampanyenya pada lubangnya. "Lihat! Betapa jalangnya kau, Serena! Kau bahkan menghisap juga botolku." Lucas terus memainkan tubuh Serena. Memaju mundurkan botol untuk mendapatkan kesenangannya sendiri. Melihat Serena menangis, membuat Lucas makin bersemangat. Tak ia pedulikan isakan Serena yang memenuhi kamarnya. "Berhenti ... kumohon." Serena mengiba dengan air mata yang terus mengalir deras. Suaranya perlahan melirih, merasakan sakit yang luar biasa menerpa area intimnya. Sebenarnya apa yang membuat kakak tirinya itu menjadi kejam seperti ini? Seberapa banyak luka yang telah mengubahnya? Serena meringis pedih. Ia sudah tak berdaya untuk berontak. Pada akhirnya Serena merelakan tubuhnya kembali dipermainkan oleh Lucas. Bahkan, luka di kaki Serena tak juga menggerakkan hati Lucas. Karena bagi pria bermata tajam itu penderitaan Serena berarti kebahagiaan untuknya. "Sebenarnya apa salahku? Kenapa Kak Lucas begitu tega
"Mom ...."Melihat kebekuan pria di depannya, wanita itu bangkit dari kursi kulit. Dibawanya langkah menghampiri Lucas."Kenapa kau terkejut?" tanyanya menyunggingkan sebuah senyum.Lucas mengepalkan tangannya kuat di sisi badan. Dari banyaknya hari, mengapa harus sekarang ia bertemu lagi dengan ibu angkatnya? Sialan!"Slade, aku ingin bicara berdua dengan ibuku," tandas Lucas pada Slade.Slade mengangguk paham. Ia segera undur diri, dan menutup pintu ruangan pelan. Sehingga di dalam ruangan luas ini hanya tersisa Lucas dan Helen Davies—nama wanita itu.Helen memainkan jari-jari lentiknya yang terpoles cat kuku warna merah menyala. Di usianya yang separuh abad, tubuhnya masih langsing terjaga. Wajahnya pun tak terlalu banyak diukir oleh kerutan, mungkin tertutupi make up tebal yang selalu wanita itu gunakan."Lucas, aku kecewa. Kau tak bilang padaku kalau kau kembali," gerutu Helen, memayunkan bibirnya yang berwarna senada dengan kuku jarinya. Ia mendekat pada Lucas, membelai jas pria
Tangisan Serena tak kunjung berhenti meski hukumannya sudah selesai tiga jam yang lalu. Ia kini duduk meringkuk di atas tempat tidur sambil terisak.Sekujur tubuhnya begitu sakit. Darah yang merembes di seragamnya sudah mengering, tapi rasa perihnya masih terasa."Lebih baik aku mati ..." lirih Serena dengan isak memilukan. Siapapun yang mendengarnya pasti ikut merasakan betapa kesakitannya gadis itu. Namun, di mansion ini tak ada yang benar-benar peduli padanya.Tidak hanya kakak tirinya yang seperti iblis. Semua penghuni mansion ini juga. Semua seolah tutup mata akan penderitaan yang Serena dapatkan. Malah, ada beberapa pelayan yang mengulas senyum mengejek secara terang-terangan di depannya.Oh Tuhan, sampai kapan Serena terkurung di dalam sini? Serena sudah tidak tahan lagi."Serena."Suara yang muncul dari ambang pintu menyalurkan ketakutan pada Serena. Ia sampai memeluk lututnya semakin erat dengan tubuh gemetar."Kumohon jangan mendekat." Serena bergeleng pelan, tak berani meng
Serena keluar kamar saat mendengar keributan dari luar. Ia memakai sisa tenaganya untuk menyeret kedua kakinya menuju segerombol pelayan yang terlihat berbisik-bisik dengan gelisah."Ada apa?" tanyanya pada salah satu pelayan.Si pelayan menoleh. Ia mendengus begitu melihat Serena. "Gara-gara kau Kepala Pelayan dan Nola dihukum cambuk seratus kali oleh Tuan Lucas."Mata Serena melebar, terkejut. "Dihukum cambuk?""Sudahlah, kau tak usah pura-pura khawatir. Kau kan yang mengadu ke Tuan Lucas," balas pelayan lain sinis."Tidak. Aku tidak pernah bilang." Serena bergumam seraya bergeleng menanggapi tuduhan yang ditujukan padanya. "Kalau seratus cambukan ... mereka bisa mati."Tak lagi Serena pedulikan sakit di tubuhnya. Ia memaksa langkahnya menuju gudang. Lucas pasti menghukum dua pelayan itu di sana.Namun, setibanya di depan pintu gudang. Serena mendongak, dan tak mendapati siapapun di sana."Mereka ada di mana?" tanya Serena pada dirinya sendiri. Ia kemudian beralih ke ruang tengah. D
Serena mendatangi kamar Lucas setelah mendengar perkataan Nola. Meski, tubuhnya belum pulih sepenuhnya. Ia sudah tak sabar menemui pria itu.Mendonorkan darah untukku? Jadi kami memiliki golongan darah yang sama? Kak Lucas sendiri yang melakukannya? Untuk apa? Untuk menyelamatkan nyawaku?Banyak sekali pertanyaan yang berjejalan di kepala Serena. Tapi, ia tak bisa menjawabnya satu pun. Ia harus bertanya langsung pada Lucas.Saat pintu kamar Lucas ia ketuk perlahan. Tak ada tanda-tanda pintu itu akan dibuka.Tidak ada sahutan. Hening hingga ketukan Serena yang keempat barulah timbul suara Lucas dari dalam sana."Siapa?" tanya Lucas terdengar gusar."Aku ... Serena, Tuan," balas Serena meremas tangannya merasa gelisah."Masuk!"Mendengar titah Lucas, Serena membuka pintu perlahan. Pandangannya segera disambut Lucas yang tengah membaringkan tubuh di atas kasur dengan masih memakai baju tidur."Kau sudah bangun?"Serena mengangguk. "Sudah, Tuan."Hening sejenak, Serena kembali membuka mul