Kehidupan Arsen dan Kinan saat ini sangatlah harmonis. Mereka saling percaya satu dan lainnya. Anak-anak mereka tumbuh dengan aktifnya. Tak terasa baby twins sudah masuk pada tahun pertamanya. Baby twins sudah genap berusia 1 tahun. “Wah nggak terasa ya bang baby twins sudah berumur 1 tahun,” ucap Kinan pada Suaminya.“Iya dek, nggak terasa mereka berdua sudah besar,” ucap Arsen yang membenarkan ucapan Kinan.“Dek,gimana kalau minggu depan kita liburan? Apa kamu mau kalau kita ajak baby twins liburan,” tanya Arsen pada sang istri.“Liburan? Memangnya abang mau ajak liburan kemana?” Tanya Kinan.“Terserah kamu maunya liburan kemana,” ucapnya pada Kinan.“Liburan kemana ya? Kalau ke Singapore gimana bang? Mau nggak kalau kita liburan ke Singapore?” Tanya Kinan.“Boleh sayang, ya udah nanti aku suruh Roy untuk urus semua yang diperlukan,” ujarnya pada sang istri.Kinan menganggukkan kepala, dia ikut apa yang diucapkan sang suami. Arsen pamit pada Kinan dia akan pergi ke kantor. Karena,
Satu minggu kemudian, Arsen dan keluarganya sudah siap akan berlibur ke Singapore. Suster Ira pun sudah pulang kampung sebelum Kinan pergi berlibur. Pagi ini Andre datang ke rumah Kinan.“Dek, kapan kamu mau liburan?” Tanya Andre pada Kinan.“Besok bang,” jawab Kinan.“Suster Ira udah pulang kampung ya dek?” Tanya Andre yang menanyakan Suster Ira.“Iya Suster Ira sudah pulang kampung, tumben abang tanya Suster Ira? Ada apa nih?” Tanya Kinan pada Andre.“Nggak ada apa-apa dek. Aku cuma tanya aja,” ucapnya pada Kinan.“Oh cuma nanya aja apa mau tau banget nih,” ledek Kinan pada Andre.“Udah ah aku mau pulang! Oh iya ini ada bingkisan dari mama,” ucapnya pada Kinan yang memberikan bingkisan pada Kinan.“Oke bilang Mama terima kasih ya,” Kinan mengucapkan terima kasih pada Andre.“Iya.”Andre langsung pergi meninggalkan rumah Kinan. Dia langsung menghidupkan mesin mobilnya. Sepanjang perjalanan dia masih memikirkan Ira. Dia merasa kehilangan sosok Ira.“Ah kenapa aku mikirin si Ira sih!
"Kenapa aku jadi kepo ya sama sosmednya bang Andre? Ah udahlah bang Andre nggak suka sama aku. Dia kan bilang mana mungkin dia suka sama baby sitter kayak aku gini,” ucapnya yang berbicara sendiri.“Ah sepertinya aku sudah gila ini. Masa aku suka sama orang kaya? Jangan mimpi Ira kamu itu hanya seorang pengasuh!” Ucap Ira yang berbicara sendiri.Ira pun melamun kembali. Tidak lama ibu Sri datang memanggil anaknya. Dia melihat anaknya masih melamun di teras rumah.“Ya Allah Gusti! Kamu dari pagi melamun terus. Dipanggil diam saja! Ayo makan dulu ibu sudah siapkan makan di atas meja,” ucapnya yang meminta anaknya untuk makan.“Iya bu sebentar lagi aku makan,” jawab Ira.“Ira dengerin ibu ya, anak gadis itu nggak boleh melamun. Pamali sayang,” ucap Bu Sri yang menasehati anaknya.“Iya bu.”Bu Sri kembali menuju ke dalam rumah. Tidak lama Ira berdiri dan masuk ke dalam rumah. Dia langsung menuju ke ruang makan. Disana sudah tersaji nasi dan lauk pauknya.“Duduk sini,” ujar Bu Sri.“Duduk
Setelah memikirkan perasaannya. Andre saat ini sedang mengendarai mobilnya menuju kampung halaman Ira. Dia sudah yakin dengan perasaannya pada Ira. Dia ingin mengatakan perasaannya pada sang gadis yang selama ini sudah membuatnya jatuh hati.“Semoga saja Ira mau menerima cintaku,” ucapnya yang saat ini sedang memegang sebuah kotak cincin untuk dia berikan pada Ira.“Ira semoga kamu juga cinta sama aku ya,” ucapnya lagi.Setelah bergumam sendiri, Andre melanjutkan kembali perjalanannya. Sepanjang perjalanan dia bersenandung gembira. Menuju kampung halaman Ira sendirian. Andre menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam lamanya barulah dia tiba di kampung halaman Ira. Karena, merasa bingung dia langsung bertanya pada orang yang lewat.“Permisi Pak, maaf saya mau bertanya apakah Bapak tau dimana rumahnya Ira anaknya Bu Sri?” Tanya Andre pada salah satu warga.“Oh anak mau ke rumah bu Sri ya? Kalau mau ke rumah bu Sri nanti kamu terus aja nanti kan ada gang nah kamu belok kanan nggak jauh dari
Saat ini Andre sedang duduk berhadapan dengan Ira. Dia grogi melihat Ira yang tampak kelihatan cantik secara natural. Tidak lama Pak Joko datang menghampiri mereka berdua.“Nama kamu siapa nak? Apa benar kamu Bos anak saya Ira?” Tanya Pak Joko pada Andre.“Nama saya Andre, Pak. Saya temannya Ira bukan Bosnya Pak,” jawab Andre pada Pak Joko.“Lantas kamu kesini ada keperluan apa?” Tanya Pak Joko.“Em saya kesini mau melamar Ira untuk menjadi istri saya,” ucapnya pada Pak Joko.Ira yang mendengar ucapan Andre merasa kaget. Dia tidak menyangka jika Andre datang kesini mau melamar dirinya. Pak Joko tersenyum menatap Andre, dan dia berkata pada Andre” Apakah kamu juga suka sama nak Andre?” Tanya Pak Joko pada Ira.Ira terdiam mendengar ucapan Bapaknya. Pak Joko heran melihat Ira yang kaget dan kebingungan. “Loh di tanya kok diam aja? Kamu kenapa kok Bapak tanya nggak jawab.”“I-itu Pak, aku bingung mau jawab apa,” ucap Ira.“Kenapa harus bingung? Kamu suka nggak sama nak Andre?” Tanya Bap
Andre saat ini masih berada di kampung halaman Ira. Dia masih ingin bersama dengan Ira di kampung, dan menikmati keindahan alam. Saat ini mereka sedang jalan-jalan mengelilingi pedesaan.“Pemandangannya masih sangat Asri ya dek,” ucapnya yang memanggil Ira.“Dek?” Ira kebingungan Andre menyebut nama dirinya dengan sebutan Dek.“Iya dek. Kamu kan sekarang calon istriku jadi aku harus biasakan diri memanggil nama dek,” ucap Andre yang menjelaskan pada Ira.“Baiklah kalau begitu nggak apa-apa bang,” ucapanya pada Andre.“Terima kasih sayang,” jawab Andre.Ira tersenyum mendengar Andre yang memanggil dirinya dengan sebutan sayang. Dia bahagia akhirnya, cintanya pada Andre terbalaskan. Dia nggak menyangka ternyata Andre mencintai dan menyayanginya.“Bang Bu Kinan dan keluarga kapan pulang dari Singapore?” Tanya Ira pada Andre.“Mungkin minggu depan mereka sudah tiba di rumah,” jawab Andre.“Memangnya kenapa kamu tanya Kinan dan keluarganya? Jangan bilang kamu mau rawat baby twins lagi? Aku
Andre saat ini akan pulang kembali ke Jakarta. Dia sudah menyiapkan semua yang akan dia bawa. Termasuk makanan keripik yang Ibu buat untuk oleh-oleh.“Terima kasih Pak, bu sudah baik padaku selama aku tinggal disini Bapak dan Ibu sudah menganggapku seperti anak ibu dan bapak,” ucap Andre yang berterima kasih pada Pak Joko dan Bu Sri.“Iya nak. Lain kali kalau ada waktu main kesini lagi ya,” ujar Ibu yang meminta Andre main kembali ke kampung halamannya.“Pasti aku akan datang kesini terus. Apalagi Bapak dan Ibu orang tua dari wanita yang aku cintai dan aku sayangi,” ucapnya pada kedua orang tua Ira.“Dengan senang hati kami akan menerima kamu nak,” ucap Ibu.Andre berpamitan pada kedua orang tuanya. Tidak lupa juga Andre memberikan ATM pada Ira. Namun, Ira menolaknya.“Ini kamu pegang ya dek,” ucap Andre yang memberikan ATM pada Ira.“Nggak usah bang. Lebih baik abang simpan saja ATM nya. Karena, abang lebih banyak membutuhkan uang,” ujarnya yang mengembalikan ATM pada Andre.“Dek, in
Setelah tiba di Jakarta Andre langsung menceritakan keadaannya selama tinggal di kampung. Andre bercerita dengan Mama Ratih. Dia ingin jika Mama Ratih segera melamar Ira.“Ma, aku ingin secepatnya Mama melamar Ira untukku,” ucapnya pada sang Mama.“Iya nanti Mama akan usahakan secepatnya untuk kamu melamar Ira,” ucapnya pada Andre.“Kinan dan keluarganya kapan pulang ke Indonesia?” Tanya Andre pada Mama.“Minggu depan mereka sudah tiba di Indonesia,” ujar Mama.“Syukurlah kalau minggu depan mereka sudah tiba di Indonesia. Itu yang aku harapkan,” ucapnya yang menginginkan Sang adik dan keluarganya datang.“Senang banget kalau adek mu cepat tiba di Indonesia?” Tanya Mama.“Jelas aku senang ma. Karena, jika Kinan datang maka aku bisa segera melamar Ira,” ucapnya pada sang Mama.“Oh jadi itu alasannya?” Tanya Mama.“He he he iya ma,” jawabnya.“Dasar anak nakal ya. Awas aja kalau sampai kamu menyakiti Ira! Mama yang akan menjewer telingamu,” Mama menjewer telinga Andre.“Aw aw ampun Ma!”
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad