"Apa Caniago! Kau anak Ryan Caniago!” Tanya Bu Rina. Arsen keceplosan ngomong kalau nama belakangnya ada nama keluarga. Dia bingung harus menjawab apa saat bu Rina bertanya padanya.“Iya ma, dia Arsen Caniago anak dari Pak Ryan Caniago,” ucap Andre.“Dimana Papamu sekarang berada?” Tanya Bu Rina pada Arsen.“Papa ada di Jakarta bu,” ucap Arsen.“Iya ma, Papa ada di Jakarta. Ada apa mama tanya Papa Ryan?” Tanya Kinan pada Mamanya.“Mama ingin bertemu dengan Pak Ryan dan Bu Bella,” ucapnya pada Kinan.“Sayang, abangmu bilang kalau kalian sudah memiliki anak kembar? Apakah benar kalian sudah memiliki anak?” Tanya Bu Rina.“Iya ma, aku sama bang Arsen sudah memiliki anak kembar,” Kinan menjelaskan pada Mamanya.“Wah selamat sayang! Berarti Mama sudah memiliki cucu dan kamu sudah menjadi uncle si kembar Andre,” ucap Rina pada anaknya Andre.“He he he iya ma, aku sekarang sudah menjadi uncle untuk si kembar,” ujar Andre.Mereka berempat berbincang. Kinan senang melihat Mamanya sudah sehat
“Pak Tomi!” Panggil Arsen. Pak Tomi yang dipanggil pun menoleh ke arah Arsen yang berdiri di belakangnya. “Selamat pagi Pak Arsen,” ucapnya pada Arsen. “Iya selamat pagi Pak. Silahkan duduk,” Arsen mempersilahkan tamunya untuk duduk. “Terima kasih Pak,” jawabnya yang langsung duduk di sofa. “Ada perlu apa Bapak datang kesini?” Tanya Arsen. “Saya mau mengembalikan uang para petani Pak,” Pak Tomi memberikan amplop hitam kepada Arsen. “Sebaiknya Bapak kembalikan langsung pada para petani, bukan pada saya,” ujar Arsen yang menolak amplop tersebut. “Apakah masih ada yang mau Bapak sampaikan pada saya?” Tanya Arsen pada Pak Tomi. “Tidak ada Pak, kalau begitu saya permisi pamit pulang,”Pak Tomi berpamitan pada Arsen. Dia pergi meninggalkan Villa. Sedangkan,Arsen masuk kembali ke dalam Villa dan langsung menuju pada Kinan yang saat ini berada di dalam kamar. “Sudah lama menunggu ya yang?” Tanya Arsen pada Kinan. “Nggak apa-apa bang. Lagi pula kan tamu wajib kita temui j
“Kira-kira siapa yang akan menggantikan posisi Pak Tomi selanjutnya?” Tanya Arsen.“Kami memilih Pak Rusli saja Pak,” ucap mereka serempak.“Hah? A -aku,” jawab Pak Rusli dengan gugup.“Iya Pak, Bapak saja yang menjadi mandor baru di perkebunan ini,” ujar Arsen pada Pak Rusli.“Tapi saya nggak pantas Pak menjadi mandor di perkebunan teh milik Bapak,” ucapnya pada Arsen.“Kata siapa Pak Rusli nggak pantas? Bapak pantas kok jadi mandor di perkebunan teh ini,” Arsen menjelaskan pada Pak Rusli.Pak Rusli pun resmi diangkat menjadi mandor baru di perkebunan teh. Setelah pemilihan mandor baru, Arsen segera pamit pulang. Karena, besok pagi dia dan keluarga akan pulang kembali ke Jakarta.“Baiklah Bapak dan Ibu, saya secara pribadi mengucapkan terima kasih dan saya meminta maaf jika ada salah kata yang menyinggung perasaan Bapak dan ibu. Besok pagi saya dan keluarga akan kembali ke Jakarta,” ucapnya pada para petani.“Hati-hati di jalan Pak. Kami mendoakan semoga Bapak dan Keluarga selalu dal
Mobil yang ditumpangi Arsen dan keluarganya tiba di depan gerbang rumah. Dari kejauhan terlihat bu Susi dan Oliv sedang berdebat dengan Pak Satpam. Kinan Arsen melihat ibu mertua dan saudara iparnya sedang memarahi Pak Satpam.“Saya mau ketemu sama Arsen dan Kinan!” Teriak bu Susi yang berada di luar pagar.“Sudah saya katakan Pak Arsen dan bu Kinan sedang tidak ada di rumah,” jawab Pak Udin.“Kamu jangan bohongi saya ya! Awas saja akan saya adukan kamu sama anak dan menantuku!” Ucapnya dengan ketus.Mobil semakin mendekat dan tidak lama Pak Ahmad membunyikan klakson. Pak Udin langsung mengusir bu Susi dan Oliv dari depan pintu pagar. Bu Susi dan Oliv bergeser ke samping pagar. Setelah mobil masuk Pak Udin menutup kembali pintu gerbang namun, bu Susi dan Oliv berteriak memanggil nama Kinan.“Kinan, Kinan ini ibu dan adikmu datang ingin menemuimu!” Teriak bu Susi dan Oliv.“Jangan berteriak disini cepat pergi dari sini!” Ucap Pak Udin dengan nada tinggi.Kinan dan Arsen saling pandang.
Pagi pun menyapa semua penghuni rumah Arsen dan Kinan telah bangun. Pagi-pagi sekali Arsen sudah rapi dan berpamitan pada istrinya. Dia akan menyelesaikan masalah yang ada di kantor. “Sayang aku hari ini berangkat pagi ke kantor. Karena, aku mau ketemu sama klien,” Arsen menjelaskan pada Kinan jika dirinya akan menemui klien di kantornya.“Ya sudah abang hati-hati di jalan ya,” ucap Kinan yang sedang merapikan dasi sang suami.“Iya sayang.”Arsen menggandeng istrinya menuju keluar kamar. Mereka menuju ruang makan disana sudah ada nenek yang menunggu mereka. Nenek menatap sang cucu dan tersenyum pada Kinan dan Arsen.“Selamat pagi nek,” ucap Arsen dan Kinan.“Pagi juga.”Arsen menarik kursi untuk Kinan duduki. Setelah itu, dia menarik kursi untuk dirinya sendiri. Tidak ada percakapan selama mereka menyantap sarapan pagi. Selesai sarapan Arsen langsung berpamitan pada istri dan nenek. “Aku berangkat kerja dulu ya yang,” pamit Arsen pada sang istri.“Iya bang.”“Nek, aku berangkat kerj
Bu Susi dan Olivia saat ini mereka tinggal di sebuah kontrakan petak. Bu Susi menghubungi suaminya namun, tidak ada jawaban dari suaminya. Mereka saat ini sudah berada di kontrakan petak dan memulai hidup baru di kontrakan.“Bu, mau sampai kapan kita tinggal di tempat kumuh seperti ini!” Ucap Olivia yang kesal.“Kamu itu jangan terlalu banyak mengeluh. Coba kamu dapat suami kaya seperti si Kinan sudah pasti kita bisa hidup enak. Ini malah macarin suami orang! Yang ada di labrak sama istrinya,” ucap bu Susi yang kecewa pada anaknya.“Sudahlah bu nggak usah dibahas lagi. Aku yakin bahwa nanti aku bisa lebih baik dari si Kinan itu! Kita lihat saja nanti,” ujarnya dengan senyum smirk di wajahnya.“Apa yang akan kamu perbuat?” Tanya bu Susi.“Akan aku rebut Arsen dari tangan Kinanti. Aku pastikan mereka berdua akan bercerai,” ucapnya yang menjelaskan pada bu Susi.“Jangan sembarangan kamu Oliv! Ibu nggak mau kamu terkena masalah lagi,” tegas bu Susi yang melarang Olivia mengganggu Kinan da
Hari ini Pak Rudi pulang dari luar kota. Dia langsung menuju ke arah rumahnya. Namun, dia sangat kaget mendapati rumahnya kosong dan bertuliskan “RUMAH INI DI JUAL”. Pak Rudi bingung apa yang terjadi selama dia pergi ke luar kota. Dia segera mengeluarkan handphone ternyata panggilan telepon dari istrinya banyak.“Ah ternyata Susi menelponku. Bagaimana mau angkat telpon disana pedesaan nggak ada jaringan sama sekali. Saya harus telpon dan tanyakan semua ini,” gumamnya dalam hati.Tut … tut …[Halo, kamu dimana bu! Kenapa saya pulang dari luar kota kok rumah kosong! Di depan pagar ada tulisan “Rumah ini dijual!” Tolong kamu jelaskan padaku][Ma-maafkan aku pa, aku meminjam uang pada rentenir dan sudah 3 bulan saya nggak bayar jadi mereka ambil sertifikat rumah.][Jadi kamu pinjam uang dan jaminannya sertifikat rumah! Iya][I-iya pa][Kurang ajar kamu! Memangnya ini rumah kamu apa seenaknya saja kamu menggadaikan rumah! Sekarang bagaimana caranya untuk menebus sertifikat itu!][Pa, kemar
Pak Rudi saat ini tinggal bersama dengan Pak Hendra. Teman satu kerjaan dengannya. Hari ini mereka masuk kerja namun, handphone Pak Rudi berdering. Ternyata yang menelpon dirinya adalah Bos sekaligus menantunya.“Siapa yang telpon Pak Rudi?” Pak Hendra bertanya pada Pak Rudi karena, penasaran.“Yang telpon saya CEO,” jawab Pak Rudi.“Pak Arsen yang telpon?” Tanya Pak Hendra.“Iya Pak Arsen yang telpon,” ucap Pak Rudi.“Jangan-jangan dia mau tanya masalah rumah lagi Rud,” ucap Pak Hendra.“Nggak tau juga Hen, aku angkat dulu teleponnya.”[Halo, selamat pagi Pak Arsen][Selamat pagi Pak Rudi. Apakah Bapak hari ini sudah kembali ke rumah?][Em saya sudah kembali ke rumah Pak][Lalu bagaimana keadaan rumah saat ini?]Pak Rudi terdiam, dia bingung apa yang harus dia katakan pada menantunya. Apakah dia harus berterus terang atau dia harus berbohong menutupi keadaan yang sebenarnya.[Loh kok saya tanya Bapak nggak jawab?][Maaf nak Arsen kemarin sore saya tiba di rumah. Tapi-][Tapi kenapa P
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad