Bu Susi dan Olivia saat ini mereka tinggal di sebuah kontrakan petak. Bu Susi menghubungi suaminya namun, tidak ada jawaban dari suaminya. Mereka saat ini sudah berada di kontrakan petak dan memulai hidup baru di kontrakan.“Bu, mau sampai kapan kita tinggal di tempat kumuh seperti ini!” Ucap Olivia yang kesal.“Kamu itu jangan terlalu banyak mengeluh. Coba kamu dapat suami kaya seperti si Kinan sudah pasti kita bisa hidup enak. Ini malah macarin suami orang! Yang ada di labrak sama istrinya,” ucap bu Susi yang kecewa pada anaknya.“Sudahlah bu nggak usah dibahas lagi. Aku yakin bahwa nanti aku bisa lebih baik dari si Kinan itu! Kita lihat saja nanti,” ujarnya dengan senyum smirk di wajahnya.“Apa yang akan kamu perbuat?” Tanya bu Susi.“Akan aku rebut Arsen dari tangan Kinanti. Aku pastikan mereka berdua akan bercerai,” ucapnya yang menjelaskan pada bu Susi.“Jangan sembarangan kamu Oliv! Ibu nggak mau kamu terkena masalah lagi,” tegas bu Susi yang melarang Olivia mengganggu Kinan da
Hari ini Pak Rudi pulang dari luar kota. Dia langsung menuju ke arah rumahnya. Namun, dia sangat kaget mendapati rumahnya kosong dan bertuliskan “RUMAH INI DI JUAL”. Pak Rudi bingung apa yang terjadi selama dia pergi ke luar kota. Dia segera mengeluarkan handphone ternyata panggilan telepon dari istrinya banyak.“Ah ternyata Susi menelponku. Bagaimana mau angkat telpon disana pedesaan nggak ada jaringan sama sekali. Saya harus telpon dan tanyakan semua ini,” gumamnya dalam hati.Tut … tut …[Halo, kamu dimana bu! Kenapa saya pulang dari luar kota kok rumah kosong! Di depan pagar ada tulisan “Rumah ini dijual!” Tolong kamu jelaskan padaku][Ma-maafkan aku pa, aku meminjam uang pada rentenir dan sudah 3 bulan saya nggak bayar jadi mereka ambil sertifikat rumah.][Jadi kamu pinjam uang dan jaminannya sertifikat rumah! Iya][I-iya pa][Kurang ajar kamu! Memangnya ini rumah kamu apa seenaknya saja kamu menggadaikan rumah! Sekarang bagaimana caranya untuk menebus sertifikat itu!][Pa, kemar
Pak Rudi saat ini tinggal bersama dengan Pak Hendra. Teman satu kerjaan dengannya. Hari ini mereka masuk kerja namun, handphone Pak Rudi berdering. Ternyata yang menelpon dirinya adalah Bos sekaligus menantunya.“Siapa yang telpon Pak Rudi?” Pak Hendra bertanya pada Pak Rudi karena, penasaran.“Yang telpon saya CEO,” jawab Pak Rudi.“Pak Arsen yang telpon?” Tanya Pak Hendra.“Iya Pak Arsen yang telpon,” ucap Pak Rudi.“Jangan-jangan dia mau tanya masalah rumah lagi Rud,” ucap Pak Hendra.“Nggak tau juga Hen, aku angkat dulu teleponnya.”[Halo, selamat pagi Pak Arsen][Selamat pagi Pak Rudi. Apakah Bapak hari ini sudah kembali ke rumah?][Em saya sudah kembali ke rumah Pak][Lalu bagaimana keadaan rumah saat ini?]Pak Rudi terdiam, dia bingung apa yang harus dia katakan pada menantunya. Apakah dia harus berterus terang atau dia harus berbohong menutupi keadaan yang sebenarnya.[Loh kok saya tanya Bapak nggak jawab?][Maaf nak Arsen kemarin sore saya tiba di rumah. Tapi-][Tapi kenapa P
“Bu, aku lapar! Apa nggak ada makanan sama sekali bu untuk kita makan hari ini!” teriak Oliv pada bu Susi. “Nak, ibu sudah nggak ada uang lagi. Sebaiknya kita cari pekerjaan saja biar bisa dapat uang,” ucap bu Susi. “Ya udah kalau begitu ibu kerja sana!” Usirnya pada Bu Susi. “Ibu mau kerja apa dengan umur ibu yang sudah nggak muda lagi nak?” Tanya bu Susi. “Ya kerja apa aja kek. Mau mulung juga bisa atau jadi pembantu juga bisa kan?” Ujar Oliv pada ibunya. “Pokoknya aku nggak mau tau. Ibu harus cari uang untuk kita makan setiap hari,” ucapnya pada bu Susi. “Kamu juga harus cari kerja bantu ibu juga dong jangan cuma bisa suruh ibu aja,” ucap Bu Susi pada anaknya. Oliv malah terlihat masa bodo. Malah dia pergi ke kamar dan langsung tidur lagi. Bu Susi hanya bisa mengusap dada melihat kelakuan anaknya. “Punya anak kok malas banget. Dari kecil di sayang eh udah besar melawan banget sama ibunya,” oceh bu Susi pada Oliv. “Aku bisa kerja apa ya? Di rumah aja saya jarang beb
Saat ini Kinan akan meresmikan Panti asuhan yang dia beri nama “Kasih Bunda” yayasan dulu sewaktu almarhumah tinggal di panti asuhan. Tidak lupa juga Kinan mengundang kedua mertuanya. Dia juga mengundang Ayahnya Rudi dan Mama kandungnya pun ikut menghadiri acara peresmian panti asuhan milik Kinan. “Ya Allah nak mulia sekali hatimu mau mendirikan panti asuhan. Mama bangga padamu,” ucap Bu Ratih pada anaknya. “Terima kasih Mama dan abang sudah mau datang di acara peresmian panti asuhan,” Kinan berterima kasih pada Mama dan abangnya. “Apa yang nggak buat kamu dek. Oh iya suamimu mana?” Tanya Andre pada Kinan. “Itu bang Arsen lagi ngobrol sama temannya.” “Oke abang kesana dulu ya. Ma, aku kesana dulu ya,” pamit Andre pada Kinan dan Mamanya. “Iya nak.” Andre pergi menuju ke arah Arsen yang sedang mengobrol dengan temannya. Sedangkan Kinan dan Bu Ratih mengobrol dan mereka berdua menuju ke arah Bela yang saat ini sedang berdiri bersama dengan Ryan. “Ma, kita kesana yuk. Kita
Jadi rumah ini kamu yang tebus dari rentenir dan kamu jadikan panti asuhan!” Teriak seseorang.Tantri dan yang lainnya menoleh ke arah suara tersebut. Ternyata Olivia yang datang ke rumah Kinan. Pak Rudi menatap tajam pada Olivia.“Ya memang aku yang menebus rumah ini! Apakah ada masalah denganmu?” tanya Kinan pada Olivia.“Ya jelas kamu salah! Karena, kamu berbohong padaku dan pada Ibu,” ucap Olivia yang menatap Kinan.“Salahnya dimana? Coba kamu jelaskan padaku!” Ucap Kinan pada Olivia.“Gara-gara kamu aku dan ibu di usir dari rumah ini! Sekarang aku dan ibu tinggal di kontrakan kecil! Kamu tega Kinan sama aku dan Ibu!” Ucapnya dengan suara lantang.“Apa kamu bilang! Gara-gara aku? Kau dan ibumu yang sudah menggadaikan rumah peninggalan almarhum Bunda! Sekarang kau datang seolah-olah aku yang menindasmu? Pikiranmu sungguh picik sekali Oliv,” ujar Kinan yang menatap Olivia.“Kau!” Oliv mengangkat tangan hendak memukul Kinan. Namun,dengan cepat Kinan menangkap tangan Oliv dan menghem
Setelah peresmian panti asuhan, Kinan saat ini sudah mulai aktif mengontrol dan cek keadaan di panti asuhan. Bella dan Ratih ikut membantu Kinan di panti asuhan. Walaupun Bella sudah menolaknya tapi Mama dan Maminya masih bersikeras untuk membantu dirinya. Seperti pagi ini sang Mama dan Mami sudah berada di depan panti asuhan.“Mama! Mami! Tunben pagi-pagi sudah berada di depan panti asuhan?” Tanya Kinan pada mertua dan mamanya.“Iya sayang, Mami dan Mamamu sengaja kesini. Kami mau membantu pekerjaan kamu biar kamu nggak terlalu capek,” ujar Bella pada menantunya.“Mami-mami tenang saja aku nggak akan kecapean kok,” ujar Tantri pada mertuanya.“Tapi tetap aja Mama khawatir sama kamu iya nggak jeng Bella,” ucap Bu Ratih pada anaknya.“Iya benar nak, apa yang di katakan sama Mamamu ada benarnya. Kami khawatir sama kamu,” Bella menimpali ucapan bu Ratih.“Ya sudah kalau begitu nggak apa- apa Mami dan Mama bantu aku di Panti ya. Tapi ingat jangan mengeluh capek ya,” ujar Kinan pada Mertua
Setelah kejadian yang dimana Kinan di hina oleh David. Sekarang Arsen benar-benar meminta bodyguard untuk menjaga Kinan. Kemana pun Kinan pergi maka dia tidak akan pergi sendiri.“Bang, apa ini nggak berlebihan? Aku kok rasanya risih kalau di jaga sama bodyguard,” Kinan merasa risih jalan selalu di kawal.“Yang, aku nggak mau terjadi sesuatu denganmu maka dari itu aku memutuskan untuk meminta anak buahku untuk menjagamu sayang. Aku nggak mau terjadi apa-apa denganmu,” ucapnya yang khawatir pada Kinan.“Cukup satu orang saja yang jaga aku,” ujarnya yang tidak mau terlalu banyak bodyguard yang menjaganya.“Baiklah aku akan meminta Riko untuk menjaga dan mengawal kamu. Lagi pula, dia memiliki ilmu bela diri. Jadi aku nggak khawatir jika dia yang mengawal kamu,” ucapnya pada Kinan.“Baiklah bang. Aku setuju,” ujar Kinan.Kinan merapikan dasi suaminya yang baru selesai memakai kemeja. Setelah itu, mereka langsung menuju ke ruang makan. Namun, ada yang kurang ya mereka pagi ini tidak lihat
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad