“Kira-kira siapa yang akan menggantikan posisi Pak Tomi selanjutnya?” Tanya Arsen.“Kami memilih Pak Rusli saja Pak,” ucap mereka serempak.“Hah? A -aku,” jawab Pak Rusli dengan gugup.“Iya Pak, Bapak saja yang menjadi mandor baru di perkebunan ini,” ujar Arsen pada Pak Rusli.“Tapi saya nggak pantas Pak menjadi mandor di perkebunan teh milik Bapak,” ucapnya pada Arsen.“Kata siapa Pak Rusli nggak pantas? Bapak pantas kok jadi mandor di perkebunan teh ini,” Arsen menjelaskan pada Pak Rusli.Pak Rusli pun resmi diangkat menjadi mandor baru di perkebunan teh. Setelah pemilihan mandor baru, Arsen segera pamit pulang. Karena, besok pagi dia dan keluarga akan pulang kembali ke Jakarta.“Baiklah Bapak dan Ibu, saya secara pribadi mengucapkan terima kasih dan saya meminta maaf jika ada salah kata yang menyinggung perasaan Bapak dan ibu. Besok pagi saya dan keluarga akan kembali ke Jakarta,” ucapnya pada para petani.“Hati-hati di jalan Pak. Kami mendoakan semoga Bapak dan Keluarga selalu dal
Mobil yang ditumpangi Arsen dan keluarganya tiba di depan gerbang rumah. Dari kejauhan terlihat bu Susi dan Oliv sedang berdebat dengan Pak Satpam. Kinan Arsen melihat ibu mertua dan saudara iparnya sedang memarahi Pak Satpam.“Saya mau ketemu sama Arsen dan Kinan!” Teriak bu Susi yang berada di luar pagar.“Sudah saya katakan Pak Arsen dan bu Kinan sedang tidak ada di rumah,” jawab Pak Udin.“Kamu jangan bohongi saya ya! Awas saja akan saya adukan kamu sama anak dan menantuku!” Ucapnya dengan ketus.Mobil semakin mendekat dan tidak lama Pak Ahmad membunyikan klakson. Pak Udin langsung mengusir bu Susi dan Oliv dari depan pintu pagar. Bu Susi dan Oliv bergeser ke samping pagar. Setelah mobil masuk Pak Udin menutup kembali pintu gerbang namun, bu Susi dan Oliv berteriak memanggil nama Kinan.“Kinan, Kinan ini ibu dan adikmu datang ingin menemuimu!” Teriak bu Susi dan Oliv.“Jangan berteriak disini cepat pergi dari sini!” Ucap Pak Udin dengan nada tinggi.Kinan dan Arsen saling pandang.
Pagi pun menyapa semua penghuni rumah Arsen dan Kinan telah bangun. Pagi-pagi sekali Arsen sudah rapi dan berpamitan pada istrinya. Dia akan menyelesaikan masalah yang ada di kantor. “Sayang aku hari ini berangkat pagi ke kantor. Karena, aku mau ketemu sama klien,” Arsen menjelaskan pada Kinan jika dirinya akan menemui klien di kantornya.“Ya sudah abang hati-hati di jalan ya,” ucap Kinan yang sedang merapikan dasi sang suami.“Iya sayang.”Arsen menggandeng istrinya menuju keluar kamar. Mereka menuju ruang makan disana sudah ada nenek yang menunggu mereka. Nenek menatap sang cucu dan tersenyum pada Kinan dan Arsen.“Selamat pagi nek,” ucap Arsen dan Kinan.“Pagi juga.”Arsen menarik kursi untuk Kinan duduki. Setelah itu, dia menarik kursi untuk dirinya sendiri. Tidak ada percakapan selama mereka menyantap sarapan pagi. Selesai sarapan Arsen langsung berpamitan pada istri dan nenek. “Aku berangkat kerja dulu ya yang,” pamit Arsen pada sang istri.“Iya bang.”“Nek, aku berangkat kerj
Bu Susi dan Olivia saat ini mereka tinggal di sebuah kontrakan petak. Bu Susi menghubungi suaminya namun, tidak ada jawaban dari suaminya. Mereka saat ini sudah berada di kontrakan petak dan memulai hidup baru di kontrakan.“Bu, mau sampai kapan kita tinggal di tempat kumuh seperti ini!” Ucap Olivia yang kesal.“Kamu itu jangan terlalu banyak mengeluh. Coba kamu dapat suami kaya seperti si Kinan sudah pasti kita bisa hidup enak. Ini malah macarin suami orang! Yang ada di labrak sama istrinya,” ucap bu Susi yang kecewa pada anaknya.“Sudahlah bu nggak usah dibahas lagi. Aku yakin bahwa nanti aku bisa lebih baik dari si Kinan itu! Kita lihat saja nanti,” ujarnya dengan senyum smirk di wajahnya.“Apa yang akan kamu perbuat?” Tanya bu Susi.“Akan aku rebut Arsen dari tangan Kinanti. Aku pastikan mereka berdua akan bercerai,” ucapnya yang menjelaskan pada bu Susi.“Jangan sembarangan kamu Oliv! Ibu nggak mau kamu terkena masalah lagi,” tegas bu Susi yang melarang Olivia mengganggu Kinan da
Hari ini Pak Rudi pulang dari luar kota. Dia langsung menuju ke arah rumahnya. Namun, dia sangat kaget mendapati rumahnya kosong dan bertuliskan “RUMAH INI DI JUAL”. Pak Rudi bingung apa yang terjadi selama dia pergi ke luar kota. Dia segera mengeluarkan handphone ternyata panggilan telepon dari istrinya banyak.“Ah ternyata Susi menelponku. Bagaimana mau angkat telpon disana pedesaan nggak ada jaringan sama sekali. Saya harus telpon dan tanyakan semua ini,” gumamnya dalam hati.Tut … tut …[Halo, kamu dimana bu! Kenapa saya pulang dari luar kota kok rumah kosong! Di depan pagar ada tulisan “Rumah ini dijual!” Tolong kamu jelaskan padaku][Ma-maafkan aku pa, aku meminjam uang pada rentenir dan sudah 3 bulan saya nggak bayar jadi mereka ambil sertifikat rumah.][Jadi kamu pinjam uang dan jaminannya sertifikat rumah! Iya][I-iya pa][Kurang ajar kamu! Memangnya ini rumah kamu apa seenaknya saja kamu menggadaikan rumah! Sekarang bagaimana caranya untuk menebus sertifikat itu!][Pa, kemar
Pak Rudi saat ini tinggal bersama dengan Pak Hendra. Teman satu kerjaan dengannya. Hari ini mereka masuk kerja namun, handphone Pak Rudi berdering. Ternyata yang menelpon dirinya adalah Bos sekaligus menantunya.“Siapa yang telpon Pak Rudi?” Pak Hendra bertanya pada Pak Rudi karena, penasaran.“Yang telpon saya CEO,” jawab Pak Rudi.“Pak Arsen yang telpon?” Tanya Pak Hendra.“Iya Pak Arsen yang telpon,” ucap Pak Rudi.“Jangan-jangan dia mau tanya masalah rumah lagi Rud,” ucap Pak Hendra.“Nggak tau juga Hen, aku angkat dulu teleponnya.”[Halo, selamat pagi Pak Arsen][Selamat pagi Pak Rudi. Apakah Bapak hari ini sudah kembali ke rumah?][Em saya sudah kembali ke rumah Pak][Lalu bagaimana keadaan rumah saat ini?]Pak Rudi terdiam, dia bingung apa yang harus dia katakan pada menantunya. Apakah dia harus berterus terang atau dia harus berbohong menutupi keadaan yang sebenarnya.[Loh kok saya tanya Bapak nggak jawab?][Maaf nak Arsen kemarin sore saya tiba di rumah. Tapi-][Tapi kenapa P
“Bu, aku lapar! Apa nggak ada makanan sama sekali bu untuk kita makan hari ini!” teriak Oliv pada bu Susi.“Nak, ibu sudah nggak ada uang lagi. Sebaiknya kita cari pekerjaan saja biar bisa dapat uang,” ucap bu Susi.“Ya udah kalau begitu ibu kerja sana!” Usirnya pada Bu Susi.“Ibu mau kerja apa dengan umur ibu yang sudah nggak muda lagi nak?” Tanya bu Susi.“Ya kerja apa aja kek. Mau mulung juga bisa atau jadi pembantu juga bisa kan?” Ujar Oliv pada ibunya.“Pokoknya aku nggak mau tau. Ibu harus cari uang untuk kita makan setiap hari,” ucapnya pada bu Susi.“Kamu juga harus cari kerja bantu ibu juga dong jangan cuma bisa suruh ibu aja,” ucap Bu Susi pada anaknya.Oliv malah terlihat masa bodo. Malah dia pergi ke kamar dan langsung tidur lagi. Bu Susi hanya bisa mengusap dada melihat kelakuan anaknya.“Punya anak kok malas banget. Dari kecil di sayang eh udah besar melawan banget sama ibunya,” oceh bu Susi pada Oliv.“Aku bisa kerja apa ya? Di rumah aja saya jarang beberes rumah. Apala
Saat ini Kinan akan meresmikan Panti asuhan yang dia beri nama “Kasih Bunda” yayasan dulu sewaktu almarhumah tinggal di panti asuhan. Tidak lupa juga Kinan mengundang kedua mertuanya. Dia juga mengundang Ayahnya Rudi dan Mama kandungnya pun ikut menghadiri acara peresmian panti asuhan milik Kinan.“Ya Allah nak mulia sekali hatimu mau mendirikan panti asuhan. Mama bangga padamu,” ucap Bu Ratih pada anaknya.“Terima kasih Mama dan abang sudah mau datang di acara peresmian panti asuhan,” Kinan berterima kasih pada Mama dan abangnya.“Apa yang nggak buat kamu dek. Oh iya suamimu mana?” Tanya Andre pada Kinan.“Itu bang Arsen lagi ngobrol sama temannya.”“Oke abang kesana dulu ya. Ma, aku kesana dulu ya,” pamit Andre pada Kinan dan Mamanya.“Iya nak.”Andre pergi menuju ke arah Arsen yang sedang mengobrol dengan temannya. Sedangkan Kinan dan Bu Ratih mengobrol dan mereka berdua menuju ke arah Bela yang saat ini sedang berdiri bersama dengan Ryan.“Ma, kita kesana yuk. Kita temui Mama dan