"Rumus?" Tanya Jessy dan Anne dengan kompaknya, plus nada kaget."Ya.. aku menggunakan rumus fisika, menghitung kecepatan tembakan, kecepatan angin, dan..." Ucapan Stella yang terpotong oleh Anne, yang menempelkan jari telunjuk di bibirnya."Sudahlah Stella, jangan di lanjutkan. Aku sedang tidak berminat untuk belajar rumus fisika yang rumit itu." Ucap Anne dengan senyumnya yang di paksakan, agar Stella tak melanjutkan pelajaran fisikanya pada Anne dan Jessy."Ehmm? OK, tapi rumus fisika kan tidak serumit itu.." Gumam Stella dengan wajah lugunya."Astaga, teenyata pengetahuan semacam itu juga berguna untuk hal semacam ini?" Batin Jessy yang masih sulit percaya dengan apa yang Stella katakan, namun dengan kepolosan, kejujuran, dan keluguan Stella, dia tak mungkin berbohong."Ayo Stella kita ganti baju, dan lanjutkan latihan bela diri." Ajak Jessy sambil merangkul pundak Stella."Ya." Jawab Stella dengan semangatnya, dia memang sangat menyukai latihan bela diri, semenjak Leo mengajariny
"Hey sayang, apa yang sedang kalian bicarakan? Bagaimana hasilnya tadi? Kau tidak sampai melukai gadis kecil menyebalkan itu kan?" Tanya Sky pada Anne."Di luar perkiraanku, Stella sangat mahir dalam menembak. Dan bahkan mungkin kemampuan yang dia miliki itu, bisa setara dengan Belle." Jawab Anne yang membuat Sky melongo seketika."Apa? Kau tidak bercanda kan, Anne?" Tanya Max yang juga kaget mendengarnya, namun berbeda dengan Max dan Sky yang terkejut ketika mendengarnya, Leo justru memasang wajah yabg biasa saja, sambil memberikan dua jempol utnuk istrinya."Tanyakan saja pada Jessy, jika kau tidak percaya." Jawab Anne."Sayang? Bisa jelaskan apa yang terjadi?" Tanya Max pada Jessy."Stella menembak 2 kali, dan kau tahu Max? Dia menembak tepat di titik yang sama, titik pusat oapan target, jadi dengan 2 peluru, dia hanya membuat satu lubang, itu adalah ketepatan yang sangat luar biasa. Dan baru saja, dia bahkan melawanku sambil mempelajari setiap gerakanku, saat melakukan latih tandi
"Setelah kematian ibuku, aku pun mulai mencari pekerjaan paruh waktu untuk membiayai sekolah dan hidupku, tapu ayahku tak berhenti meminta uang, namun aku selalu mengatakan padanya aku tidak punya uang, dia sering marah-marah padaku dan sesekali menampar atau memukulku. Dan puncaknya adalah, saat dia menjualku pada seorang kakek-kakek konglomerat yang kaya raya, dia di janjikan sejumlah besar uang, jika dia mau menyerahkanku pada kakek tua itu. Dan dia pun pada akhirnya tanpa ragu, dan tanpa sedikitpun rasa belas kasih menculikku saat pulang sekolah, dan membawaku ke bar itu, bar dimana aku bertemu dengan Leo." Jawab Stella kembali bercerita."Kenapa ayahmu bisa setega itu? Dia tega menjual anaknya sendiri hanya demi uang?!" Tanya Sky dengan geramnya."Sesaat sebelum ibuku meninggal, aku menemukanya bersimbah darah di dalam rumah. Dia sempat mengatakan padaku, dia sangat menyayangi dan mencintaiku, meskipun aku bukan anak kandungnya. Dan mulai saat itulah aku tahu, kenapa ayahku tak p
Pagi hari ini, kita berpindah ke rumah besar keluarga Bryan..."Ma, apa masih belum ada kabar bahagia juga dari anak laki-lakimu itu?" Tanya ayah Bryan sambil duduk di sofa dan membaca koran langgananya, yang baru saja datang pagi ini."Kabar bahagia? Jangankan kabar bahagia, bahkan anak laki-lakimu itu tidak bisa di hubungi sama sekali. Kelakuanya memang sama saja sepertimu waktu kita baru menikah dulu, bahkan anakmu juga melakukan hal yang sama pada menantuku." Jawab mama Bryan dengan omelan khas emak-emaknya itu."Kenapa jadi papa yang di bawa-bawa sih ma? Ya sudah biarkan saja, Bryan pasti mematikan hp menantumu itu agar proses pembuatan cucu kita itu lebih cepat." Jawab papa Bryan sambil tersenyum geli."Dasar, ayah dan anak sama-sama otak mesum." Ejek mama Bryan."Apa sih ma.. pa..? pagi-pagi gini udah ribut mesra aja? Lihat nih, cucu mama sama papa yang ganteng ini, jadi ke bangun kedenger oma sama opanya ribut." Tanya Angel, sambil menggendong anaknya yang baru saja bangun."K
Note : Nama para kelinci akan di lambangkan dengan nama huruf A-H)"Dimana ini?" Tanya si A sambil melihat orang-orang di sekelilingnya, yang bernasib sama sepertinya, terkurung dalam sangkar besi."Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi siapa kalian? Apa kalian juga menjadi korban permainan gila kemarin?" Tanya si B dan memandang pada 4 orang yang tidak dia kenal secara bergantian,"Entahlah, kami juga sudah berada disini saat kami bangun. Dan benar apa yang kau katakan, kami juga menjadi kelinci dari permainan gila kemarin. Dan untungnya, kami masih bisa hidup sampai hari ini." Jawab si E.(A-D adalah kode para anggota tim Hyuga, dan E-H adalah kode para anggota tim Joseph)"Tunggu, apa kalian orang yang menyalakan api saat malam pertama kali kami di hutan ini?" Tanya si C curiga."Ya, tim kami memang sempat menyalakan api, untuk memasak di malam hari pertama kami tiba di sini." Jawab si H."Lalu apa tujuan kalian datang ke hutan ini?" Tanya si D."Kami tidak tahu pasti, yang jelas kam
"Jadi, apa kalian punya ucapan terakhir yang ingin kalian sampaikan, sebelum aku mencabut nayawa kaliam semua?" Tanya si pria bertopeng lagi.Ke delapan orang itu pun masih terdiam, dan tak sanggup berkata-kata."Jawab!! Dasar bodoh!! Manusia berdosa!!" Bentak si pria bertopeng, yang auto membuat semua orang kaget, dan semakin takut, hawa mengerikan, mencekam, dan hawa dingin yang terpancar dari sosom pria bertopeng itu pun mambuat nyali mereka ciut seketika."Ha.. ha.. ha.. sudah One aku sudah tidak tahan lagi, melihat ekspresi bodoh mereka semua, ha.. ha.. ha.." Sahut tawa seseorang yang juga berada dalam kegelapan, dan suara itu pun mengalihkan perhatian semua orang ke arah datangnya suara, tak terkecuali si pria bertopeng yang juga ikut menengok ke arah suara yang memanggilnya itu.Orang itupun perlahan berjalan mendekat, dan saat dia sudah sudah berada di samping si pria bertopeng, yang tak lain adalah One, dia pun masih memegangi perutnya sambil terus tertawa."Dasar, si pembuat
"Apa ini bisa di makan?" Tanya si A sambil menatap yang lainya, takutnya makanan itu beracun dan bisa saja membunuh mereka sebelum mereka sempat berjuang untuk bertahan hidup terakhir kalinya."Kurasa bisa, kalau mereka memang ingin membunuh kita sekarang, bukankah mereka pasti akan melakukanya dari tadi." Jawab si B setelah berfikir."Kau benar, ku rasa mereka memang ingin bermain-main dengan kita lebih dulu, sama seperti bagaimana mereka mempermainkan kita kemarin, jadi ku rasa tidak akan ada masalah dengan makanan ini, dan kelihatanya juga cukup lezat." Sahut si E yang sudah tidak sabar untuk segera menyantap hidangan di hadapanya itu, apa lagi cacing-cacing penghuni perutnya sudah berdemo, dan meminta untuk segera di beri makan.Di saat mereka sedang berfikir dan bertukar pendapat tentang, apakah makanan itu aman atau tidak, si F yang paling awal mengatakan jika dirinya sangat lapar pun, justru sudah memakan makanan itu lebih dulu."Astaga..! Kau sudah makan lebih dulu, padahal ki
"Itu orang emang sok keras banget kayaknya, padahal tadi aja pas di kerjain sama One juga mukanya sampai pucat, kaya psk keciduk satpol pp." Gurau Seven saat dirinya juga merasa kesal dengan, sikap sok beraninya si A ini."Tapi yang satu ini oke juga, dia mau mengakui kesalahanya, lalu dia juga bisa membuat tuh orang satu yang arogan diam seribu bahasa. Kayaknya pantas kita kasih dia kesempatan hidup dan berubah, lalu menebus kesalahanya." Ujar Three yang di balas anggukan oleh elite-elite lainya."Ya, sepertinya orang itu memang masih pantas hidup. Tapi, yang tidak pantas hidup itu adalah orang di sebelahmu. Sampai sekarang dia masih suka main wanita, dan tidak sadar-sadar juga." Sindir Eight melirik Seven yang berdiri tepat, di samping Three saat ini."Hey.. hey.. hey.. aku kan hanya membeli barang yang di jual, mereka yang menjualnya dan aku bantu mereka mendapatkan uang dengan membelinya. Jadi, apa salahnya?" Jawab Seven dengan wajah lempengnya, yang bak tanpa dosa itu."Ya, aku t