Tak terasa, tiga hari sudah berlalu bagi Belle dan Kevin. Mereka melewati hari-hari itu dengan berkutat pada tabung-tabung reaksi di lab rahasia, milik Belle.Kini hasil jerih payah dan kerja keras mereka kini sudah membuahkan hasil. Mereka berdua sudah membuat berbagai macam jenis virus, yang mungkin saja akan mereka butuhkan, nantinya.Beberapa jenis virus itu, mereka masukkan ke dalam botol kecil. Untuk membedakan antara virus yang satu dan yang lainnya, mereka memasukkan virus itu ke dalam botol dengan warna dan kode yang berbeda, untuk mengetahui jenis virus apa itu.Sementara mereka berdua sibuk dengan lab dan virus mereka, Bryan juga tak tinggal diam begitu saja.Dia terus mengomando anak buahnya, untuk menyiapkan tempat-tempat persembunyian miliknya yang lain.Dia melakukan hal itu, untuk berjaga-jaga seandainya saja ada kejadian tidak terduga di tempat yang Belle rencanakan.Selama beberapa hari ini, Bryan benar-benar mengabaikan panggilan dan pesan yang sudah beratus-ratus b
"Apa semua barang yang harus kita bawa sudah di masukkan ke heli, kak Kevin?" tanya Belle pada Kevin.Kevin yang saat itu tengah menikmati kopi hitam di pagi hari bersama Bryan di bangku yang berada di halaman villa itu, pun langsung menoleh kearah Belle dan menganggukkan kepalanya."Sudah, aku sudah membawa semua yang di butuhkan. Lebih baik kita makan dulu sebelum berangkat, aku akan memasak untuk kalian. Jadi kalian tunggu saja disini, kalau masakanya sudah matang aku akan memanggil kalian untuk makan bersama." Ucap Kevin sembari beranjak dan berjalan masuk ke dalam villa.Mendengar perkataan Kevin sontak saja membuat Belle sedikit terkejut, "Memangnya kau bisa memasak kak?" tanya Belle dengan ekspresi yang tampam meragukan kemampuan memasak kakak angkatnya itu.Kevin langsung menggelengkan kepalanya sambil berdecak kesal, mendengar pertanyaan Belle. Apalagi wajah yang terlihat sangat meremehkan dirinya itu."Sepertinya masih banyak hal yang belum kau tahu dan pahami tentangku, adi
Mereka bertiga pun memulai perjalanan panjang mereka menuju tempat persembunyian, sekaligus gudang senjata rahasia milik Belle.Karena saat ini, mereka hanya mempunyai senjata yang memang selalu setia Bryan bawa kemanapun, sebagai alat perlindungan diri. Itupun hanya dua buah pistol.Tapi jika saat di udara mereka mendapatkan serangan, mereka masih bisa membalasnya dengan senjata yang memang terpasang di helikopter itu.Untungnya, heli itu termasuk salah satu heli yang paling canggih dalam hal persenjataan.Salah satunya, di bagian bawah heli itu terdapat peluncur rudal dan jiga senapan mesij khusus, yang bisa di kendalikan melalui tombol-tombol pengendali yang ada di kokpit.Begitu pula di bagian atas heli pun juga tersedia, dan masih ada beberapa senjata lagi yang sengaja dirancang untuk melengkapi helikopter yang biasanya memang difungsikan sebagai alat penyerang itu."Sayang, aku penasaran seperti apa gudang senjata rahasiamu itu. Dan kau tau? Aku berekspektasi sangat tinggi pada
Perjalanan melalui jalur udara yang betlangsung selama beberapa jam itu, tentu saja terasa sangat melelahkan bagi mereka bertiga. Terlebih lagi untuk Bryan yang mengemudikan helikopter itu.Tapi untungnya, heli yang mereka tumpangi kini akhirnya hampir sampai, di tempat yang mereka tuju."Apa masih jauh?" tanya Kevin yang sudah merasa sangat lelah, dan tentu saja bosan karena sedari tadi mereka hanya diam tanpa mengobrol lagi.Bukan karena mereka tak mau, hanya saja mereka bahkan sudah kehabisan bahan pembicaraan yang bisa menjadi pengusir rasa bosan mereka.Belle pun tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Kevin dan juga raut wajah Kevin, yang tampak suram itu.Dia pun memberikan jawaban yang auto membuat raut wajah Kevin berubah, seratus delapan puluh derajat dari yang sebelumnya. "Tidak, kita sudah hampir sampai." Belle menunjuk ke sebuah hutan rimba yanh besar dan berkata, "Kau lihat hutan di bawah itu? Itulah tempat tujuan kita."Namun, ekspresi lain justru tampak di wajah tamp
"Oh shit!" Bryan menatap Belle dengan tatapan tak percaya.Dia berjalan perlahan mendekati ratusan senjata yang tertata rapi di rak, bahkan juga di dinding ruangan itu.Bryan menyentuh kepala dengan ke dua tangannya, sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru, dimana di setiap sudut ruangan itu terdapat berbagai macam senjata mulai dari ringan sampai yang berat."What the hell! Kalau ini yang kau sebut dengan gudang senjata, ini bukan hanya keren tapi ini luar biasa. It's so amazing!"Bryan benar-benar masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, saat ini. Bahkan dia yang merupakan seorang pasukan khusus pun, beluk pernah melihat seseorang memiliki koleksi senjata yang selengkap ini.Tapi siapa sangka, ternyata sang istri tercinta justru memilikinya. Bahkan jumlah total keseluruhan dari koleksi senjata yang Belle miliki, sudah jauh melebihi ekspektasinya."Sayang, boleh aku lihat koleksi senjatamu yang sangat... WOW ini?" tanya Bryan dengan ekspresif dan juga puppy eyesnya yang
Lain halnya dengan Bryan dan Belle yang tengah menikmati momen kebersamaan mereka dengan cara yang berbeda, lain pula dengan apa yang tengah terjadi di tempat lain.Tepatnya di depan sebuah ruangan, tampak seorang pria yang mengenakan setelan khas seorang bodyguard, tengah berlari tergopoh-gopoh dan menerobos masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi.Brak!Sontak saja, apa yang dia lakukan itu membuat seorang pria lain yang ada di dalam ruangan itu, sedikit terkejut dan langsung melihat sekilas ke arah ambang pintu.Dengan napas yang masih tersengal dia berkata, "Maaf kalau aku mengejutkanmu, Bos. Aku baru saja mendapatkan informasi tentang keberadaan nona Belle, saat ini. Anak buah kita baru saja menemukan pergerakan dari mereka."Tidak salah lagi, sosok pria gagah yang tengah mendengarkan laporan itu adalah Joseph.Salah seorang anak buah Joseph itu, langsung melaporkan hasil pencarian tentang dimana keberadaa Belle saat ini padanya setelah dia mendapatkan kabar dari anak buah yang
Hyuga baru terbangun saat pesawat yang ia tumpangi hampir sampai di tempat tujuan dan akan segera mendarat.Sampai akhirnya, beberapa menit kemudian pesawat itu akhirnya mendarat dengan sekamat di bandara internasional negara xx.Hyuga tampak berjalan keluar dari pesawat. Dia menghirup dalam-dalam, angin malam yang terasa lumayan dingin di malam itu.Namun senyum bahagia, terlihat merekah di wajah gagahnya. Saat ini, yang ada di dalam pikiranya hanya ada satu hal, yaitu Belle.Dia berpikir, kalau dirinya akan segera bertemu dengan Belle. Dia berjalan keluar dari bandara, dan di sana tampak sudah tersedia sebuah mobil hitam mewah yang memang di tugaskan untuk menunggu dan menjemputnya.Supir itu akan membawanya menuju tempat yang di sediakan untuk dia beristirahat malam ini, sebelum rencana keberangkatannya menuju hutan B besok pagi."Tuan Hyuga?" tanya sang sopir saat melihat Hyuga berjalan kearahnya, dan panggilannya itu membuat Hyuga langsung menolehkan kepalanya ke arah sang sopir.
Kembali pada Joseph yang hendak menghubungi sang bos besar, yaitu tuan neraka alias Gabriel ataupun Gael.Dia mencari nomor kontak sang bos, kemudian menekan tombol call disana.Dan tidak butuh waktu lama, bagu si empunya ponsel yang sedang dia hubungi itu untuksegera mengangkat telepon darinya.Drtt...Drtt...Drtt..."Ya halo, ada apa? Apa kau sudah mendapat kabar tentang Belle?" tanya orang di seberang sana, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Gabriel itu.Hanya dengan mendengar dari bagaimana cara dia bertanya, sudah bisa diketahui kalau Gabriel bertanya dengan malas.Bukan tanpa asalan, tapi karena pertanyaan itulah yang selalu menjadi pertanyaan pertama yang dia tanyakan pada Joseph, saat sang bawahan itu menghubunginya.Namun sampai saat ini, masih belum juga ada kabar baik yang dia dengar. Sehingga wajar saja kalau Gabriel bertanya dengan setengah hati, karena dia beranggapan kalau jawaban Joseph masih akan sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu belum."Astaga! Apa tidak ad