Beberapa puluh helikopter pun mulai mengudara dari pulau kembar, benar-benar seperti pasukan perang dunia yang sudah siap tempur."Joseph, apa mata-mata kita yang ada di markas Leon sudah melakukan tugas mereka?" Tanya tuan neraka pada Joseph yang duduk di sebelahnya."Sudah tuan, mereka sudah memasang bom di seluruh penjuru pulau ular itu. Tidak ada satupun orang yang bisa melarikan diri dari tempat itu setelah kita datang." Jelas Joseph dengan raut wajah yang berseri-seri."Akhirnya pembalasan yang kita rencanakan sekian lama akan segera terwujud Joseph, kita akan membalaskan kematian orang tua kita pada IBLIS LEON itu." Ujar tuan neraka sambil tersenyum smirk."Iya tuan, aku juga sangat senang. Akhirnya sebentar lagi dendam ayahku dan wanita yang sudah ku anggap sebagai ibuki akan segera terbalaskan, ini semua berkatmu tuan. Aku tidak tahu sampai kapan akan memendam dendam yang tak sanggup ku balaskan jika tidak bertemu denganmu." Ucap Joseph."Tidak, aku membantumu karena aku memb
"Sialan!! Siapa itu, berani-beraninya mengganggu kesenanganku!?" Serunya dengan geram."Ups! Maaf tuan Leon yang terhormat, sepertinya kami bertamu ke tempatmu tidak tepat pada waktunya." Ucap Bryan sambil duduk di sofa kamar itu dan tersenyum sinis menatap Leon."Siapa kau?! Lancang sekali, masuk ke kamarku tanpa permisi?!" Tanya Leon pada Gabriel.yang dengan santainya duduk dan bahkan sambil menyalakan cerutunya di kamarnya, setelah mengganggu kesenanganya dengan wanitanya yang meringkuk di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut tebal."Owh maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Gabriel tuan Leon, dan mereka adalah teman-temanku." Jawab Garlbriel dengan santainya sambil menunjuk ke arah Joseph dan para bawahanya yang bersiaga dengan senjata mereka."Mau apa kau datang kemari? Jika itu bukan hal penting lebih baik kau pergi, sebelum aku memanggil para penjaga dan menangkapmu." Ucapmya dengan berlagak."Oh tapi maaf tuan Leon yang terhormat, penjaga anda sepertinya tidak akan
"Astaga! Apa anak buahku menyambutmu dengan tidak ramah tuan Leon? Kenapa mereka tidak memberimu makanan dan minuman?!" Ejek Gabriel melihat Leon yang sedang dalam keadaan mengenaskan itu."Cih!! Jangan sombong kau bajingan cilik, aku belum kalah. Asal kau tahu, meskipun aku mati, dunia ini juga akan ikut di hancurkan. Ha.. ha.. ha.." Tawa Leon pun menggelegar bak orang gila, padahal nyawanya sudah berada di ujung tanduk saat ini."Apa yang kau maksut itu ini, Tuan Leon?!" Gabriel menunjukkan sebuah video dari layar ponselnya pada Leon, seketika raut wajah Leon pun berubah drastis. Dia yang tadinya masih bisa tertawa seperti orang yang tidak waras, saat ini justru terbengong karena saking syoknya."Kau tidak perlu bingung begitu tuan Leon, aku sudah menyiapkan kejutan besar ini untukmu dan iblis itu cukup lama. Bertahun-tahun aku menyiapkan kado istimewa ini untumu, bukankah seharusnya kau berterimakasih padaku? Aku sibuk beberapa tahun ini hanya untuk memberikanmu kejutan yang tak te
"Park, lihat ini!" seru Rian memanggil Park, temanya yang sedang sibuk dengan pekerjaanya menciptakan robot-robot canggih."Ada apa Rian? Kenapa heboh sekali, kau tidak lihat aku sedang sibuk?" Tanya Park tanpa ada niatan menanggapi panggilan temanya itu dan masih tetap fokus pada pekerjaam di depan matanya."Cih!! Kau ini, makanya kesini dulu lihat ini dan kau akan mengerti." Gerutu Rian dengan kesal menatap Park yang tak juga datang ke tempatnya duduk saat ini."Astaga..." Park pun akhirnya mengalah, dia meninggalkan pekerjaanya dan mendekat pada Rian yang tengah asik mengotak atik tablet pintarnya."Ada apa?" tanyanya saat dia sudah duduk di sebelah Park."Lihat, bukankah ini titik koordinat dimana kita meletakkan Alpa?" Rian pun memperlihatkan apa yang membuatnya memanggil Park mendekat tadi."Kau kan sudah tahu!? Lalu apa yang membuatmu seheboh itu, hah?" tanya Park yang belum memahami maksud dari Rian."Aigoo!! Apa kau tidak ingin dimana titik kita meletakkan Alpa terakhir kali?
"Bisa saja bukan? Mungkin belum saat ini, tapi bisa saja ada calon keponakanmu di dalam perut adik kecilmu itu kan Rian?" Park pun malah semakin memanas-manasi Rian sambil tertawa geli."Tidak.. tidak.. tidak.. kurasa aku belum siap untuk punya keponakan, sedangkan aku saja belum punya istri." Rian tersenyum kecut menatap Park yang megejeknya."Isrti? Bahkan kau saja tak pernah dekat dengan wanita, apa kau berharap memperistriku? Hiii..." gurau Park yang bergidik ngeri menatap Rian, bagaiman tidak... selama ini Rian hanya dekat dengan Park, dan beberapa teman prianya. Tak pernah sekalipun park melihat Rian dekat dengan seorang wanita, meskipun teman-teman wanita Park yang pernah berjumpa dengan Rian banyak sekali yang naksir padanya, tapi Rian seolah mengabaikanya."Dasar sontoloyo! Kau fikir aku ini belok hah? Aku masih suka wanita dan masih butuh lubang, bukan mau main pedang-pedangan bersamamu! Najis mugholadhoh kalo sampai aku suka padamu." jawab Rian sambil menendang kaki Park de
"Jadi begitu? baiklah, aku membantumu agar para penjaga yang Gabriel tempatkan tidak menyadari keberadaan kalian. Tapi kalian harus tetap hati-hati, aku yakin Gabriel sudah mengetahui kedatangan kalian ke pulau ini." Ucap Rian mengingatkan."Ya, kami sudah mempersiapkan semuanya. Jadi setelah semua ini selesai, kita akan kembali dengan kehidupan yang damai layaknya orang lain." balas Belle dengan tersenyum dan mengelus perutnya uang masih rata."Adik? Kenapa kau memegangi perutmu? apa kau sakit perut? kenapa tidak di obati?" tanya Rian yang salah faham."Belle tidak sedsng sakit perut kak, dia sedang menyapa calon anak-anak kami, sekaligus calon keponakanmu." Jawab Bryan sambil tersenyum.Jawaban Bryan pun auto membuat Parak dan Rian kaget setengah mati, mereka saling melempar pandang satu sama lain dengan mukut yang terbuka dan mata yang melotot."Ternyata gurauanmu tadi jad kenyataan Park." ucap Rian dengan wajah insecurenya."Ya, aku juga tidak menyangka apa yang kuucapkan ternyata
"Tidak ada tuan, dia tidak keliar dari tempatnya dan hanya menemani temanya yang bernama Park itu membuat benda-benda aneh. Entah apa itu, tapi sepertinya tidak berbahaya mungkin hanya sebuah penelitian biasa." Jelas Joseph setaunya.Karena memang semua benda buatan Park nampak biasa saja dari luar, kadang malah tampak seperti barang rongsokan.Namun itu memang di sengaja oleh Park, agar apa sebenarnya yang dia buat itu tidak di ketahui oleh orang lain, dan di anggap bukan hal penting."Baiklah, rasanya lega sekali. Baru kali ini aku merasakan dendam yang selama ini membuat dadaki sesak itu menghilamg begitu saja, bahkan aku merasa bahagia saat melihat orang yang paling kubenci itu kini sedang tersiksa di dalam sel tahanan."Aku juga merasakan hal yang sama, bahkan jika aku mati pun aku akan mati tanpa penyesalan dan bertemu lagi dengan ayah dan pengasuhku." balas Joseph dengan senyuman.Di saat yang sama...Leo tengah berkumpul bersama semua anggota timnya, dan mereka sedang membicar
Tanpa berbasa-basi Leo pun memberikan kode pada semua timnya untuk segera mamnjat tembok tersebut, dan akhirnya mereka memanjat tembok itu bak spiderman yang tengah beraksi.Setelah mereka sampai di bagian paling atas tembok itu mereka menggunakan jam tangan canggih itu dan mengeluarkan alat yang mereka gunakan untuk memutus aliran listrik pada kawat berduri itu.Setelah itu mereka menggunakan tombol yang ada pada sabuk mereka, dan talipun terlontar jauh ke tembok bangunan tinggi yang ada di sana dan ujung pengaitnya yang terbuat dari besi dengan mekanisme khusus itu menancap dengan sempurna disana.Setelah memastikan aman, mereka pun memncet tombol itu sekali lagi, dan mlompat ke sana, bergelayutan seperti tarzan di hutan rimba hingha sampai di dinding gedung itu.Tak berhenti disitu, mereka melanjutkan aksi panjat memanjat mereka sampai ke lantai paling atas gedung itu.Butuh waktu yang lumayan bagi mereka untuk memanjat gedung tinggi itu sampai ke puncak, namun pada akhirnya setela