Beberapa hari setelah hampir ketahuan pelayan itu tidak lagi menunjukan gerak-gerik yang mencurigakan, begitu juga dengan pergerakan Jo biasa saja, terkesan seperti tidak ada pergerakan apapun dari pria itu. Hal itu, membuat seseorang yang jauh di sana merasa menang karena rencana mereka tidak terendus sekalipun itu oleh pihak kepolisian. Apalagi kemarin pihak kepolisian sudah mengumumkan jika pencarian tersangka telah diberhentikan karena mereka sama sekali tidak menemukan titik terang.Tentu saja berita itu kembali viral sejagat raya apalagi media sosial.‘ Sekelas presdir Mahendra saja, tidak sanggup mengungkap siapa pelaku yang membunuh ibunya!’‘Viral! Pelaku tidak kunjung ditemukan. Kasus ditutup!’‘Siapakan dalang di balik kasus yang menghebohkan sejagat raya?!”Masih banyak berita atau artikel yang menuliskan dengan berbagai judul yang mengundang banyak netizen berasumsi berbagai hal. Hal itu sebenarnya cukup membuat Mahendra gerah, namun demi kelancaran rencananya. Malam
Beberapa minggu yang lalu,Saat Mila ditugaskan oleh kepala pelayan untuk berbelanja ke pasar. Dimana hari itu menjadi hari sialnya.Brak!Motor yang dikendarai Mila menabrak mobil mewah, terlihat mobil itu berhenti. Tidak lama seorang wanita muda berpenampilan wow turun dengan raut wajah yang memerah marah.“Dasar bodoh Apa kau tidak punya mata!” serunya menatap Mila nyalang.“Ma…maaf nona, saya tidak sengaja,” ucapnya dengan memohon.“Maaf katamu! Lihat!” wanita itu menunjuk bagian mobilnya yang lecet akibat insiden tadi.Mila menelan lidahnya kasar, wanita itu hanya menundukan wajahnya takut.“Cepat ganti rugi!” serunya lagi. Membuat Mila mendongak.“Ga..ganti rugi?” “Ya iyalah. Ganti rugi, apa kau tidak punya mata! Mobilku rusak gara-gara kau!” hardiknya.Uang darimana? Sedangkan gajinya tiap bulan sudah dikirimkan ke kampung untuk biaya sekolah adik-adiknya dan untuk berobat ibunya. Bisa saja dia pinjam pada majikannya. Tapi…Hutangnya sudah banyak!“Tapi, saya tidak punya ua
Matahari pagi mulai menampakkan dirinya menyinari dunia yang penuh sandiwara.Dua pria berjalan keluar dari ruang bawah tanah dengan senyum kemenangan. Tidak sia-sia mereka begadang semalaman demi mendapatkan sebuah informasi, dan terbayar sudah semua lelah mereka.“Aku harap, tuan tidak akan syok jika mengetahui ini nanti,” ucap Bas pada Jo ketika mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah utama.Jo menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Bas.“Ya, kau benar. Dan, kita harus bergerak cepat untuk menangkapnya. Sebelum musuh mengendus rencana kita,” sahut Jo, yang mendapat anggukan pula oleh Bas.Setelah itu keduanya diam selama perjalanan, hanyut dalam pemikiran mereka masing-masing. Mereka masih syok dengan apa yang mereka ketahui fakta beberapa jam lalu.“Tuan, ampun!” teriak Mila. Kala tubuh wanita itu di bentang di sebuah tiang dengan kaki dan tangan yang direntangkan. Yang lebih mengerikannya lagi, wanita itu di telanjangi, sebuah dildo dengan ukuran
“Wah. Ini goreng pisang kamu ya sayang? Em..wanginya enak banget,” ucap Mahen mengalihkan pembicaraan. “Kamu mau? Biar aku ambilkan,” tanya Arleta yang di angguki langsung oleh Mahen.Arleta pun mengambil satu potong pisang goreng dari atas piring, lalu menyuapi suaminya. Huft..Bas dapat bernafas lega, akhirnya Arleta melupakan pertanyaan konyol itu. Lagipula salah dia sendiri sudah tahu tidak suka main game, malah pake alasan itu pula. Hadeh!Akhirnya mereka menikmati kopi bersama, Arleta sudah menawari mereka untuk sarapan tapi Bas dan Jo menolak dengan Alasan belum lapar. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, Bas dan Jo berpamitan. Mata mereka sudah semakin berat minta untuk di istirahatkan.“Tuan, nona. Kami pamit ada urusan sebentar,” pamit Bas.“Hati-hati di jalan kalian.” Mahen yang menyahuti, sebelum istrinya kembali melontarkan pertanyaan. Kasian dua pria dihadapannya ini.Keduanya mengangguk, Lalu melangkah meninggalkan Mahen dan Arleta di halaman belakang. Hari ini
Satu bulan berlalu,Mahen di bantu Bas dan juga Jo telah banyak mengumpulkan bukti-bukti, dari semua bukti tersebut mengarah pada satu nama yaitu Melani.Melani adalah sahabat dekat Sonya, mereka telah menjalin hubungan persahabatan sejak di bangku sekolah menengah atas. Sampai, mereka menikah dan memiliki anak, hubungan persahabatan itu masih terjalin dengan baik.Fakta baru ini membuat Mahen cukup terkejut. Bukan karena Mahen tidak tahu. Tapi, yang Mahen tahu mereka berteman karena ada dalam satu grup arisan ibu-ibu sosialita. Namun, ada yang lebih mengejutkan lagi dari pada itu. Yang ternyata, Melani adalah mantan kekasih dari mendiang papanya Mahen. Hari ini, Mahen di temani Bas menuju kantor polisi untuk menyerahkan semua bukti yang didapatkannya. Setelah itu, Mahen menyerahkan semua pada pihak kepolisian. “Segera saya akan melakukan penangkapan, anda tinggal menunggu kabar saja Tuan Mahen,” ucap komandan polisi yang menangani kasus Sonya. Kasus ini sebetulnya tidaklah ditut
“Aku tidak menyangka, Tante tega melakukan ini pada mamaku, apa salahnya?” Mahen bertanya dengan penuh penekanan. Terlihat dari raut wajah pria itu yang penuh kekecewaan. Ternyata yang melenyapkan ibunya adalah orang terdekatnya selama ini.Ya. Orang yang telah melenyapkan Sonya adalah Sahabat baiknya yaitu Melani yang merupakan ibu dari Serly.“Karena dia telah mengambil semua dariku! Mulai dari pria yang aku cintai hingga putri kesayanganku yang kalian jebloskan kedalam penjara!” serunya. Tidak ada nada kekecewaan atau takut sedikitpun yang ditunjukkan oleh Melani. Yang ada wanita itu malah menunjukan sikap yang menantang Mahen.Mahen menggeleng tidak percaya apa yang didengarnya. Padahal Selama ini yang dia tahu, Melani cukup baik kepada keluarganya. Ternyata itu hanyalah topeng untuk menutupi semua dendamnya selama ini.“Apa dengan melakukan ini Tante puas?” Mahen kembali bertanya. Berharap jawabannya kali ini tidak mengecewakan dirinya.“Tidak! Aku akan puas jika kalian semua m
Pukul sembilan Mahen dan Arleta baru berangkat, itupun di iringi dengan omelan Arleta yang kesal karena suaminya begitu santai, padahal semalam pria itu yang mengajaknya sampai maksa-maksa. Lalu sekarang? Ck! Dasar menyebalkan.“Sudah dong sayang, jangan cemberut terus, aku minta maaf,” ucap Mahen tanpa menoleh pada sang istri yang masih cemberut. Pria itu terlihat fokus pada jalanan di hadapannya.“Hem …” Hanya jawaban sependek itu yang keluar dari mulut Arleta.Mahen menghembuskan nafas kasar.‘Susah juga, ngerayu perempuan yang sedang marah.’ batin Mahen.Pria itu berpikir keras, bagaimana caranya agar suasana hati istrinya kembali ceria. Salahnya memang, tapi ya sudahlah. Akhirnya setengah perjalanan mereka lewati dengan saling diam.Bulan madu macam apa ini?“Kenapa berhenti di sini?” Arleta bertanya dengan melirik jalanan sekitar. Seketika traumanya kembali datang, wanita itu menjadi cemas dan ketakutan.“Mahendra kau mau apa!” teriak Arleta diiringi isak tangis wanita itu.“
Mahen menghela napas panjang sambil memandang sekitar. Pikiran dan perasaannya bercampur aduk. Kepercayaan adalah modal terbesar dalam bisnisnya, lebih dari uang atau aset apapun. Dia tidak bisa membiarkan kebakaran ini merusak reputasi yang telah susah payah dibangunnya. Ketika pandangannya terhenti pada Bas, dia teringat akan sebuah fakta yang mungkin belum sempat dia telusuri lebih jauh."Bas," panggil Mahen perlahan, masih menatap berkas yang ia terima sebelumnya."Ya, Tuan," Bas mendekat, menunduk dengan hormat."Apakah ada hal yang mencurigakan sebelum kejadian ini? Apakah ada yang melapor tentang sesuatu yang tidak biasa?" Mahen bertanya, nada suaranya mengandung keraguan dan kecemasan.Bas menggeleng pelan. "Tidak ada, Tuan. Semua berjalan seperti biasa. Para pekerja sudah mematuhi protokol keamanan, dan peralatan juga dicek secara rutin. Kebakaran ini terjadi begitu tiba-tiba."Mahen tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu, tetapi dia tahu tidak akan ada gunanya mendesak leb