Beberapa minggu yang lalu,Saat Mila ditugaskan oleh kepala pelayan untuk berbelanja ke pasar. Dimana hari itu menjadi hari sialnya.Brak!Motor yang dikendarai Mila menabrak mobil mewah, terlihat mobil itu berhenti. Tidak lama seorang wanita muda berpenampilan wow turun dengan raut wajah yang memerah marah.“Dasar bodoh Apa kau tidak punya mata!” serunya menatap Mila nyalang.“Ma…maaf nona, saya tidak sengaja,” ucapnya dengan memohon.“Maaf katamu! Lihat!” wanita itu menunjuk bagian mobilnya yang lecet akibat insiden tadi.Mila menelan lidahnya kasar, wanita itu hanya menundukan wajahnya takut.“Cepat ganti rugi!” serunya lagi. Membuat Mila mendongak.“Ga..ganti rugi?” “Ya iyalah. Ganti rugi, apa kau tidak punya mata! Mobilku rusak gara-gara kau!” hardiknya.Uang darimana? Sedangkan gajinya tiap bulan sudah dikirimkan ke kampung untuk biaya sekolah adik-adiknya dan untuk berobat ibunya. Bisa saja dia pinjam pada majikannya. Tapi…Hutangnya sudah banyak!“Tapi, saya tidak punya ua
Matahari pagi mulai menampakkan dirinya menyinari dunia yang penuh sandiwara.Dua pria berjalan keluar dari ruang bawah tanah dengan senyum kemenangan. Tidak sia-sia mereka begadang semalaman demi mendapatkan sebuah informasi, dan terbayar sudah semua lelah mereka.“Aku harap, tuan tidak akan syok jika mengetahui ini nanti,” ucap Bas pada Jo ketika mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang ke rumah utama.Jo menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Bas.“Ya, kau benar. Dan, kita harus bergerak cepat untuk menangkapnya. Sebelum musuh mengendus rencana kita,” sahut Jo, yang mendapat anggukan pula oleh Bas.Setelah itu keduanya diam selama perjalanan, hanyut dalam pemikiran mereka masing-masing. Mereka masih syok dengan apa yang mereka ketahui fakta beberapa jam lalu.“Tuan, ampun!” teriak Mila. Kala tubuh wanita itu di bentang di sebuah tiang dengan kaki dan tangan yang direntangkan. Yang lebih mengerikannya lagi, wanita itu di telanjangi, sebuah dildo dengan ukuran
“Wah. Ini goreng pisang kamu ya sayang? Em..wanginya enak banget,” ucap Mahen mengalihkan pembicaraan. “Kamu mau? Biar aku ambilkan,” tanya Arleta yang di angguki langsung oleh Mahen.Arleta pun mengambil satu potong pisang goreng dari atas piring, lalu menyuapi suaminya. Huft..Bas dapat bernafas lega, akhirnya Arleta melupakan pertanyaan konyol itu. Lagipula salah dia sendiri sudah tahu tidak suka main game, malah pake alasan itu pula. Hadeh!Akhirnya mereka menikmati kopi bersama, Arleta sudah menawari mereka untuk sarapan tapi Bas dan Jo menolak dengan Alasan belum lapar. Jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi, Bas dan Jo berpamitan. Mata mereka sudah semakin berat minta untuk di istirahatkan.“Tuan, nona. Kami pamit ada urusan sebentar,” pamit Bas.“Hati-hati di jalan kalian.” Mahen yang menyahuti, sebelum istrinya kembali melontarkan pertanyaan. Kasian dua pria dihadapannya ini.Keduanya mengangguk, Lalu melangkah meninggalkan Mahen dan Arleta di halaman belakang. Hari ini
Satu bulan berlalu,Mahen di bantu Bas dan juga Jo telah banyak mengumpulkan bukti-bukti, dari semua bukti tersebut mengarah pada satu nama yaitu Melani.Melani adalah sahabat dekat Sonya, mereka telah menjalin hubungan persahabatan sejak di bangku sekolah menengah atas. Sampai, mereka menikah dan memiliki anak, hubungan persahabatan itu masih terjalin dengan baik.Fakta baru ini membuat Mahen cukup terkejut. Bukan karena Mahen tidak tahu. Tapi, yang Mahen tahu mereka berteman karena ada dalam satu grup arisan ibu-ibu sosialita. Namun, ada yang lebih mengejutkan lagi dari pada itu. Yang ternyata, Melani adalah mantan kekasih dari mendiang papanya Mahen. Hari ini, Mahen di temani Bas menuju kantor polisi untuk menyerahkan semua bukti yang didapatkannya. Setelah itu, Mahen menyerahkan semua pada pihak kepolisian. “Segera saya akan melakukan penangkapan, anda tinggal menunggu kabar saja Tuan Mahen,” ucap komandan polisi yang menangani kasus Sonya. Kasus ini sebetulnya tidaklah ditut
“Aku tidak menyangka, Tante tega melakukan ini pada mamaku, apa salahnya?” Mahen bertanya dengan penuh penekanan. Terlihat dari raut wajah pria itu yang penuh kekecewaan. Ternyata yang melenyapkan ibunya adalah orang terdekatnya selama ini.Ya. Orang yang telah melenyapkan Sonya adalah Sahabat baiknya yaitu Melani yang merupakan ibu dari Serly.“Karena dia telah mengambil semua dariku! Mulai dari pria yang aku cintai hingga putri kesayanganku yang kalian jebloskan kedalam penjara!” serunya. Tidak ada nada kekecewaan atau takut sedikitpun yang ditunjukkan oleh Melani. Yang ada wanita itu malah menunjukan sikap yang menantang Mahen.Mahen menggeleng tidak percaya apa yang didengarnya. Padahal Selama ini yang dia tahu, Melani cukup baik kepada keluarganya. Ternyata itu hanyalah topeng untuk menutupi semua dendamnya selama ini.“Apa dengan melakukan ini Tante puas?” Mahen kembali bertanya. Berharap jawabannya kali ini tidak mengecewakan dirinya.“Tidak! Aku akan puas jika kalian semua m
"Maaf Tuan. Saya tidak sengaja."Ucap Arleta dengan nada memohon kepada seorang laki laki yang baru saja bertabrakan dengannya."Maaf katamu!" Bentak pria yang biasa tuan Mahen itu."Lihat! Lihat!" Mahen menunjuk baju yang basah karena tersiram oleh Arleta..Arleta hanya menundukan kepala karena takut dengan laki laki di hadapannya.Padahal baru hari ini Arleta bisa bekerja sebagai OG di salah satu perusahaan hotel ternama di kotanya, itupun karena bantuan seorang teman yang sudah lama bekerja di di hotel ini. Namun dia sudah mendapat masalah.Seperti sekarang ini, mungkin tadi Arleta berjalan dengan terus menundukan kepalanya sampai tidak tahu ada orang di depannya.Sialnya orang itu adalah Mahendra Sky salah satu pelanggan VIP di hotel ini."Maafkan saya Tuan. Maafkan saya." Arleta terus berusaha untuk memohon maaf. Namun Mahen kali ini tidak menjawabnya. Tanpa mengatakan apapun Mahen berlalu dari sana. Arleta masih berdiri terpaku dengan wajah pucat dan tubuh gemetaran. Se
Arleta berjalan gontai melangkah masuk kedalam rumah. Menjatuhkan bobotnya di kursi usang yang ada di ruang tamu.Arleta menyandarkan punggung di sandaran kursi, berkali-kali Arleta menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan dengan perlahan.Hal itu Arleta lakukan untuk menetralisir rasa sesak di dalam dada." Huhf. Sial bener hari ini, padahal aku sudah berharap bisa dapat gaji yang lumayan,tapi itu hanya mimpi saja! Sekarang bagaimana aku mendapatkan uang!" keluh Arleta." Kenapa orang tadi sombong banget, kesalahan aku yang tak seberapa tapi aku pria menyebalkan itu bisa membuat aku dipecat saja. Ck! Menyebalkan!" umpat Arleta kembali.Di balik Arleta itu merasa sangat sedih dengan apa dialaminya. Tapi walau bagaimana? Arleta meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak boleh menyerah dengan keadaan.Brak!Brak!Arleta terlonjak kaget, saat pintu rumahnya diketuk dengan kasar.Arleta segera bersembunyi di bawah kolong ranjang miliknya.Tubuhnya bergetar hebat, saking takutnya. Arlet
Tidak menyangka hari hari Arleta akan menjadi seperti ini, dia dibuat ketakutan dengan kedatangan pria tua Bangka itu.Andai waktu bisa diputar, Arleta akan memilih bekerja daripada sekolah. Mungkin kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Tapi sekarang, tinggalah penyesalan.Arleta meneteskan air mata, mengingat hal itu. Jika saja Arleta mempunyai ibu seperti anak-anak yang lain, mungkin saat ini Arleta tidak akan melewati hari-hari beratnya sendiri.Tapi takdir berkata lain. Arleta harus kuat demi masa depannya sendiri. Arleta tidak boleh menyerah! Tidak boleh!Dalam kesendiriannya, pikiran Arleta menerawang jauh sebelum kepergian ayahnya.‘’ Leta. Maafkan ayah, ayah tidak mampu menyekolahkanmu sampai perguruan. ‘’ ucap ayah dengan sendu.Arleta menoleh, lalu tersenyum.’’Arleta tidak apa-apa kok yah, terimakasih sudah berjuang selama ini.’’ Jawab Arleta dengan air mata yang sudah bercucuran.Arleta merengkuh tubuh kurus ayahnya.Ya. Pria yang sudah berjuang keras membesarkan Arlet