Share

Memberikan hadiah untuk Arleta.

Pukul sembilan Mahen dan Arleta baru berangkat, itupun di iringi dengan omelan Arleta yang kesal karena suaminya begitu santai, padahal semalam pria itu yang mengajaknya sampai maksa-maksa. Lalu sekarang? Ck! Dasar menyebalkan.

“Sudah dong sayang, jangan cemberut terus, aku minta maaf,” ucap Mahen tanpa menoleh pada sang istri yang masih cemberut. Pria itu terlihat fokus pada jalanan di hadapannya.

“Hem …” Hanya jawaban sependek itu yang keluar dari mulut Arleta.

Mahen menghembuskan nafas kasar.

‘Susah juga, ngerayu perempuan yang sedang marah.’ batin Mahen.

Pria itu berpikir keras, bagaimana caranya agar suasana hati istrinya kembali ceria. Salahnya memang, tapi ya sudahlah.

Akhirnya setengah perjalanan mereka lewati dengan saling diam.

Bulan madu macam apa ini?

“Kenapa berhenti di sini?” Arleta bertanya dengan melirik jalanan sekitar. Seketika traumanya kembali datang, wanita itu menjadi cemas dan ketakutan.

“Mahendra kau mau apa!” teriak Arleta diiringi isak tangis wanita itu.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status