Share

Gadis Nakal itu Istriku
Gadis Nakal itu Istriku
Author: Muliani

bab 1

Author: Muliani
last update Last Updated: 2025-02-25 20:45:39

DOORRR!!

Letupan pistol membelah keheningan malam. Pelurunya menembus tengkorak si tawanan, meninggalkan lubang menganga di kepalanya. Pria malang itu terjatuh ke tanah, darah segar mengalir dari lukanya yang mengerikan.

"Astaga, Rea! Apa yang kau lakukan?" Sasa, asisten Rea, memekik ngeri. Matanya terbelalak menatap mayat di depannya.

Rea menjatuhkan punting rokoknya, menginjaknya dengan sepatu bot berkulit kuatnya. Wajahnya tenang bak permukaan danau, seolah membunuh adalah kegiatan rutin semembosankan menguap.

"Melakukan tugasku," ujarnya datar. Ia meniup kepulan asap dari rokoknya yang baru dinyalakan.

"Tapi dia seharusnya dibawa ke kantor polisi! Bukan ditembak begitu saja!"

Rea mendengus angkuh. "Sejak kapan kantor polisi bisa menangani kasus seperti ini? Bajingan itu telah memperkaos anak-anak tak berdosa. Membunuh kedua orangtua kecil itu dengan keji. Menurutmu hukuman apa yang sepantasnya dia terima?"

Sasa menggigil, teringat foto-foto mengerikan dari TKP yang mereka dapat. Seorang ayah tewas dengan leher terputus, sementara ibu dan anak gadisnya diperkaos lalu dicekik sampai tewas. Darah dan jeritan kesakitan seakan masih membayang di pikirannya.

Tentu saja Rea benci itu!!

"Tapi tetap saja, kita tak bisa main hakim sendiri!" Sasa memberanikan diri berargumen.

Rea menghampirinya dengan langkah pasti. Bahkan dalam balutan gaun sutra merah berpotongan rendah, ia masih tampak mengintimidasi. Rambut ikalnya yang panjang seolah bergerak bak ular berbisa.

"Dengar, Sayang," desisnya di telinga Sasa.

"Hukum dan keadilan itu omong kosong. Dunia ini kejam dan dingin. Yang tersisa hanyalah siapa yang paling kuat, paling tak tersentuh."

"Jika kau lemah! Kau akan di injak-injak!" Desis dingin Rea.

Sasa menelan ludah, tak mampu membalas kata-kata tajam itu. Rea benar, batinnya ngeri. Ini adalah dunia Rea, mentornya yang mematikan namun begitu mempesonanya. Seorang agen rahasia yang akan melakukan apa saja, tanpa ragu, demi mencapai tujuannya.

Seperti biasa, Sasa tak bisa menang berargumen dengan Rea. Mentornya itu seperti batu karang, kokoh dan tak tergoyahkan. Sasa menghela napas panjang, memijat pelipisnya yang berdenyut.

"Kau benar-benar tak kenal ampun, Rea," gumamnya lelah. "Bagaimana jika suatu hari nanti kau juga membunuh orang yang tak bersalah?"

Rea tertawa renyah, seolah Sasa baru melempar lelucon paling lucu sedunia.

"Tak akan pernah terjadi, Sayang. Insting dan analisisku terlalu tajam untuk membuat kesalahan seperti itu."

"Tapi kau juga manusia, Rea. Semua orang bisa khilaf kapan saja!" Sasa tak menyerah membantah.

Rea mengangkat bahu anggun. "Aku menciptakan kaidahku sendiri, Sasa. Tidak peduli apa kata manusia lain. Hanya pendapatku yang benar."

Sasa menggeleng-gelengkan kepala. Sudah sering dia mencoba memberi nasehat pada Rea, namun selalu berakhir sia-sia. Rea terlalu memuja dirinya sendiri, terlalu percaya bahwa caranya adalah satu-satunya jalan.

Tiba-tiba saja, Rea menyeringai jahil. "Ah sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ada hal lain yang lebih menarik untuk dibahas."

Sasa menatapnya curiga. "Apa maksudmu?"

Seringai Rea semakin lebar. "Kau pasti penasaran siapa pria yang berhasil mencuri hatiku, bukan?"

"Astaga, Rea!" Sasa memijat kepalanya frustrasi. "Di saat seperti ini kau masih memikirkan pria? Kita baru saja membunuh seseorang!"

"Nah, justru karena itulah aku butuh pengalihan pikiran," Rea terkekeh ringan.

"Lagipula, pria ini bukan sembarang pria. Dia sangat istimewa."

Sasa menghela napas panjang. Tak ada gunanya membantah jika Rea sudah membahas soal pria incarannya. Perempuan itu akan berubah jadi gadis remaja yang kelewat memuja idolanya, Pria yang satu-satunya mampu membuat Rea sedikit berbeda di depan orang lain, yang mampu membuat ia tidak semena-mena pada orang lain!

"Baiklah, baiklah. Siapa pria istimewa ini?"

Mata Rea berbinar-binar. "Marcus Dexa Cruz. Bahkan namanya saja terdengar seksi, bukan?"

Sasa mengernyit. "Tunggu, bukankah dia...CEO dari Northbridge Enterprise? Perusahaan raksasa yang bergerak di hampir semua bidang usaha?"

"Tepat sekali!" Rea tergelak riang. "Pria sekaya, setampan dan sebrillian dia sulit sekali ditemukan. Sungguh dia pria yang cocok bersanding denganku, meskipun yah sulit sekali di taklukan!"

"Calon suami?" Sasa mengerjap tak percaya. "Jangan bilang kau berniat menikahi pria itu?"

"Tentu saja aku berniat!" Rea mengibaskan rambut panjangnya dengan percaya diri.

"Kenapa tidak? Aku cantik, kaya, dan sangat berbakat. Tak ada pria yang bisa menolakku!" seringainya.

Sasa memandangnya tak yakin. "Kudengar Marcus Dexa Cruz bukanlah pria yang mudah didekati. Reputasinya sebagai pria dingin dan tak tersentuh bahkan sudah melegenda!"

"jangan aneh-aneh Rea, Pria itu berbahaya mematikan! saranku jangan terlalu terkait dengannya!" lanjut Sasa.

"Justru itu yang kusuka darinya," Rea terkikik genit. "Semakin sulit pria itu didapatkan, semakin membuatku tertantang. Percayalah, Sayang. Tak akan kubiarkan pria setampan dia lolos dari jeratan ku!"

"Meskipun sebenarnya... ucapan mu itu benar Sasa, dia berbahaya! CK sial!" batin Rea, tidak mungkin ia bicara blak-blakan ke Sasa, ia tidak suka di anggap lemah padahal kebenaranya memang ia berbeda di depan Marcus.

Tapi kebenaran yang tidak Sasa ketahui yaitu... misi Rea! Rea punya misi penting hingga perlu mendekati Marcus bagaimana pun caranya bahkan dengan cara pernikahan sekalipun!!

sudah banyak Agen rahasia menghilang ketika mencari tahu tentang mafia kelas kakap seperti Marcus!! dan kali ini Rea berani mengambil keputusan untuk menelusuri Marcus, meskipun di dalam hati kecilnya tercetus Rasa takut akan kekuasaan dan kehebatan seorang Marcus Dexa crush!

Marcus bukan Pria sembarangan, dia mungkin diam dan tidak bergerak secara langsung tapi terkadang dia lebih dulu bermain-main di depan bahkan mendahului lawanya, Marcus akan menjadikan lawannya orang paling dekat lalu membuatnya menjadi debu.... Jika Marcus sudah bosan!!

"bagaimana pun caranya, aku harus bisa menaklukkan nya!" desis Rea.

Sasa hanya bisa menggelengkan kepala mendengar deliran Rea. Jika sudah menyangkut pria idamannya, Rea akan berubah jadi sosok obsesif yang mengkhawatirkan. Sasa berdoa semoga Rea tidak bertindak terlalu jauh kali ini.

"Terserah kau sajalah, Rea," ujar Sasa pasrah.

"Tapi kusarankan fokuslah dulu pada pekerjaan kita. Kita harus membereskan kekacauan ini sebelum ada saksi yang melihat."

Rea melemparkan pandangan mencemooh ke arah mayat di lantai. "Yeah, kita bisa pikirkan nanti cara membereskannya."

Rea lalu berputar anggun, membuat gaunnya meliuk sensual. Sasa memandangnya was-was.

"Sekarang, izinkan aku bermimpi dulu tentang masa depanku sebagai Mrs. Marcus Dexa Cruz," Rea terkikik seperti remaja yang baru pertama kali jatuh cinta.

Sasa hanya bisa menggeleng prihatin melihat sisi lain mentornya yang tampak sangat manusiawi. Rea memang tak kenal takut menghadapi maut. Namun Sasa meragukan apakah Rea bisa sama kuatnya saat berhadapan dengan panah asmara.

****

Suara mesin mobil meraung halus di jalanan sepi. Sebuah SUV hitam melaju kencang meninggalkan lokasi kejadian. Di dalamnya, suasana jauh dari hening.

Sasa, duduk di kursi penumpang, terus mengoceh tanpa henti, sementara Rea, di kursi pengemudi, tampak acuh dengan sebatang rokok menyala di tangannya.

“Kau tahu, Rea, kita benar-benar melangkah terlalu jauh kali ini. Membunuhnya seperti itu? Serius?” Sasa menoleh tajam, berharap mendapat respons.

Tapi Rea hanya memejamkan mata sejenak sambil meniupkan asap rokoknya ke luar jendela yang sedikit terbuka. Aroma tembakau memenuhi udara kabin mobil.

“Dia pantas mati, Sasa. Kau tahu itu,” jawab Rea akhirnya, dengan nada malas seperti seseorang yang sudah bosan mengulang argumen yang sama.

“Tapi kita ini agen, bukan algojo! Ada batas, Rea. Kita seharusnya menyerahkannya ke polisi atau apa pun itu yang sesuai prosedur.” Sasa melipat tangannya, matanya menyipit kesal.

Rea membuka matanya perlahan, menoleh sekilas ke arah Sasa, sebelum kembali fokus pada jalan di depannya. Dia memijit batang rokok di asbak portabel di dashboard dengan gerakan anggun.

“Prosedur itu cuma alasan untuk orang-orang yang terlalu pengecut mengambil keputusan sendiri,” ujar Rea dingin.

“Bajingan itu melampaui batas, dan kau tahu polisi tak akan pernah bisa menyentuhnya. Kalau kau ingin keadilan, Sasa, kadang kau harus kotor.”

Sasa menghela napas panjang. “Kotor, ya? Seperti yang kau lakukan tadi? Membunuh dengan begitu... dingin?”

“Dingin? Oh, Sayang, aku tak merasa dingin sama sekali. Malah, aku menikmati setiap detiknya.”Rea menyeringai, tetapi matanya tetap fokus pada jalan.

Sasa mengerang frustrasi dan menggelengkan kepalanya. “Kau sungguh... aku tak tahu lagi harus berkata apa padamu, Rea.”

“Kalau tak ada yang perlu kau katakan, bagaimana kalau diam saja?” Rea menyeringai lebar, tapi matanya tetap tak meninggalkan jalan.

Sasa mendengus, tetapi ia tidak berhenti. “Dan soal Marcus Dexa Cruz itu, kau yakin mau mengejarnya? Aku tahu kau sangat terobsesi, tapi pria itu bukan main-main, Rea. Aku dengar dia lebih berbahaya daripada semua target kita digabungkan.”

Rea tertawa pelan, nada gelinya memenuhi ruang kecil dalam mobil.

“Itulah sebabnya aku sangat tertarik padanya, Sasa. Kau tahu aku suka tantangan.”

“Tantangan? Ini lebih mirip bunuh diri, Rea. Marcus bukan pria biasa. Kalau kau membuatnya marah—atau lebih buruk lagi, jika dia tahu siapa kau sebenarnya—dia tak akan ragu untuk membunuhmu.”

Rea mengangkat bahu ringan, seolah ancaman maut tidak berarti apa-apa baginya.

“Oh, Sayang, kau terlalu banyak membaca berita buruk. Marcus adalah pria dingin, ya, tapi dia juga punya kelemahan. Dan kelemahannya adalah wanita. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku, dan ketika dia berada dalam genggamanku, dia tak akan punya pilihan selain tunduk.”

Sasa hanya bisa memandang Rea dengan tatapan tercengang.

“Kau gila,” gumamnya. “Kau benar-benar gila.”

“Gila? Mungkin,” jawab Rea santai. “Tapi siapa yang waras di dunia ini, Sasa? Semua orang hanya berusaha bertahan hidup dengan cara mereka masing-masing. Aku hanya sedikit lebih kreatif.”

Mobil melaju melalui tikungan tajam, dan Rea menekan pedal gas sedikit lebih dalam. Angin malam menerobos masuk melalui jendela yang masih terbuka, membawa aroma tanah basah dan hujan yang baru saja reda.

Sasa diam untuk beberapa saat, mencoba mencerna semuanya. Tapi pikirannya terus berputar, tidak bisa diam.

“Kau yakin rencanamu dengan Marcus ini akan berhasil?” tanya Sasa akhirnya, memecah keheningan.

Rea tersenyum, kali ini sedikit lebih hangat, tetapi tetap penuh kepercayaan diri. “Tentu saja. Aku selalu berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan, Sasa. Kau tahu itu.”

“Tapi bagaimana kalau kali ini berbeda? Bagaimana kalau Marcus tidak semudah itu dijebak?”

Rea mematikan rokoknya di asbak dengan gerakan anggun, lalu menoleh ke arah Sasa. Mata cokelat gelapnya bersinar penuh tekad.

“Kalau begitu, aku hanya perlu mencoba lebih keras. Aku tak pernah mundur dari tantangan, Sayang. Itu bukan gayaku.”

Sasa menelan ludah. Ia tahu mentornya ini keras kepala, bahkan lebih keras dari baja. Tapi ada sesuatu tentang Marcus Dexa Cruz yang membuat bulu kuduknya meremang.

Entah itu reputasinya, auranya, atau mungkin cerita-cerita mengerikan yang selalu beredar tentangnya. Sasa hanya bisa berharap Rea tahu apa yang dia lakukan.

“Terserah kau, Rea,” gumamnya akhirnya, menyerah pada kegigihan mentornya. “Tapi jangan bilang aku tidak memperingatkanmu.”

Rea tertawa kecil, lalu kembali fokus pada jalan. Tapi di balik tawa itu, pikirannya melayang jauh.

Marcus Dexa Cruz... Nama itu saja sudah membuat jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Pria itu adalah tantangan terbesar yang pernah ia hadapi, dan ia tidak sabar untuk memulai permainannya.

Marcus Pria yang mampu membuat Seorang Rea merasa terintimidasi dengan auranya yang dingin nan datar! Marcus satu-satunya pria yang mampu membuat ia merasa tidak seimbang.

Mobil SUV hitam yang dikendarai Rea mendadak berhenti, rodanya bergeser sedikit di atas jalan yang licin karena sisa hujan. Sasa, yang tengah melipat tangan dengan kesal, hampir terhempas ke depan karena hentakan mendadak itu.

“Rea! Apa yang—” suara protes Sasa terputus ketika pandangannya tertuju pada sesuatu di luar jendela. Mata cokelatnya membulat penuh keterkejutan.

Di jalan yang diterangi lampu neon pucat, terlihat pertarungan sengit yang melibatkan lebih dari lima puluh orang.

Beberapa mengenakan setelan hitam rapi, jelas anak buah seorang bos besar, sementara sisanya berpenampilan liar dan berantakan seperti gerombolan kriminal kelas bawah. Suara benturan logam, jeritan, dan tembakan sesekali memenuhi udara malam yang dingin.

Namun, bukan hanya perkelahian itu yang membuat Rea dan Sasa terpaku. Sedikit lebih jauh, di dalam sebuah mobil sport mewah berwarna hitam mengilap, duduk seorang pria dengan tatapan dingin menusuk nan menaikkan.

netra setajam elang itu, diam-diam membuat Rea merasa ada yang aneh dengan dirinya sesuatu yang mampu membuat ia merasa seakan-akan tatapan Pria itu mampu membuat dirinya terdiam.

sedangkan Marcus?? Ia tidak bergerak sedikit pun, hanya menonton dengan wajah tanpa ekspresi, seolah kekacauan di depannya hanyalah sebuah tontonan yang membosankan, yang tidak selevel dengan dirinya.

Mata Rea menyipit, fokus pada pria itu. Mata hijau zamrudnya bersinar penuh minat, bibirnya membentuk seringai kecil, meskipun dalam hati kecilnya ia benar-benar takut berhadapan dengan mafia sekelas Marcus Dexa cruis!!

“Kesempatan emas,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Sasa.

Sasa menoleh dengan ekspresi bingung. “Apa maksudmu, Rea? Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

“Diam saja dan nikmati pertunjukannya,” jawab Rea santai, menyalakan rokoknya dengan satu gerakan mulus. Kepulan asap pertama ia tiupkan keluar jendela, matanya tak pernah lepas dari pria dingin yang duduk di mobil sport itu.

Di depan mereka, pertarungan berlangsung brutal. Anak buah pria dingin itu, meskipun terlatih dan bersenjata lengkap, mulai kewalahan menghadapi jumlah musuh yang jauh lebih besar.

Salah satu dari mereka tersungkur ke tanah setelah menerima pukulan keras di kepala dengan tongkat besi.

Yang lain berteriak kesakitan ketika peluru bersarang di bahunya. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka terus melawan dengan semangat gigih, seolah tahu bahwa kegagalan bukanlah pilihan.

Rea memerhatikan semuanya dengan tenang, menghisap rokoknya perlahan, menikmati setiap detiknya.

“Lihat itu, Sasa. Betapa indahnya kehancuran yang terencana,” katanya dengan nada genit.

“Indah?” Sasa hampir tercekik mendengar kata itu. “Rea, mereka saling membunuh! Ini mengerikan!”

“Tentu saja, Sayang,” jawab Rea santai.

“Tapi dari kehancuran, selalu ada peluang. Dan aku adalah orang yang tahu bagaimana memanfaatkan peluang itu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 2

    Sasa menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia hanya bisa duduk diam, menyaksikan pertumpahan darah di depannya sambil berharap situasinya tidak menjadi lebih buruk. Di tengah kekacauan itu, salah satu pria dari kelompok musuh berteriak, memberi aba-aba untuk melancarkan serangan terakhir. Anak buah pria dingin itu mulai mundur, beberapa dari mereka terluka parah, tetapi masih berusaha melindungi diri dengan posisi bertahan. Pria dingin di mobil sport tetap tak bergerak, ekspresinya sedingin es, seperti seorang raja yang mengamati bidak-bidaknya di medan perang.Ia tidak suka bergerak ke tengah-tengah pertarungan Jika menurutnya lawannya tidak seimbang. Rea menyeringai, mematikan rokoknya di asbak kecil di mobil. “Saatnya bersenang-senang.” “Apa maksudmu? Rea, kau tidak serius, kan?” Sasa bertanya panik, tetapi Rea tidak menjawab. Ia sudah keluar dari mobil, sepatu botnya menginjak genangan air dengan suara pelan. “Rea! Tunggu!” Sasa bergegas mengejarnya, tetapi

    Last Updated : 2025-02-25
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 3

    Di Northbridge Enterprises Gedung pencakar langit itu berdiri megah di pusat kota, dengan logo "N" besar yang bersinar di puncaknya. Di lantai tertinggi, Marcus Dexa Cruz baru saja keluar dari ruang rapat, mengenakan setelan jas hitam sempurna yang melekat di tubuhnya dengan elegan. Langkahnya panjang dan tegas, menunjukkan dominasi tanpa perlu usaha. Semua orang yang ia lewati menundukkan kepala, bahkan menahan napas, takut mengganggu pria yang dikenal tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan. Marcus tidak memperhatikan mereka sedikit pun. Ia terus berjalan menuju ruangannya, pintu besar dengan panel kayu ek gelap yang hanya dapat diakses oleh segelintir orang. Di depan pintu itu, Dean sudah menunggu. Ia berdiri tegap, tetapi hatinya berdebar-debar saat Marcus mendekat. Ketika pintu terbuka, Marcus melangkah masuk tanpa berkata apa-apa. Isyarat kecil dari tangannya sudah cukup bagi Dean untuk mengikutinya ke dalam. Marcus duduk di kursinya yang besar, melipat tangan di atas

    Last Updated : 2025-02-25
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 4

    Rea mengangkat bahu kecil sambil membuka pintu mobil. “Aku perlu tidur sedikit.” Sasa menatapnya dengan mata membelalak, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Tidur? Kau tidur? Selama rapat penting itu?” Rea melirik ke arahnya sambil menurunkan kacamata hitamnya sedikit, matanya yang hijau bersinar penuh dengan rasa tidak peduli. “Kau tahu aku tidak suka rapat, Sayang. Terlalu banyak bicara, terlalu sedikit aksi.” Sasa menggelengkan kepala sambil masuk ke dalam mobil. “Kau benar-benar berbeda dari manusia normal, Rea. Bagaimana bisa kau begitu santai di tengah tekanan seperti itu?” Rea terkekeh kecil sambil menyalakan mesin mobil. “Rahasia sukses, Sasa, adalah tidak peduli pada hal-hal yang tidak penting. Dan rapat itu, menurutku, tidak penting!" Sasa hanya bisa mendesah panjang. Dia sudah terbiasa dengan tingkah bosnya ini, tetapi tetap saja, ada saat-saat di mana ia merasa seperti ingin melemparkan sesuatu ke kepala Rea. “Jadi, apa rencanamu sekarang?” t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 5

    Rea mendongak dengan begitu angkuh hingga matanya sejajar dengan mata Marcus. Seringai percaya dirinya sama sekali tak goyah. "Oh, tidak sesederhana itu, Marcus sayang," ujarnya dengan nada meremehkan. "Kau belum mengerti seberapa dalam genggamanku atas dirimu." Dengan gerakan tiba-tiba, Rea merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Jemarinya mulai menari di atas layar. "Dengan satu perintah dariku, seluruh informasi tentang aktivitas terlarangmu bisa menyebar ke publik dalam sekejap. Bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi dengan reputasi, kekayaan, bahkan kemerdekaanmu?" Marcus menaikan satu alis tebalnya. Wajahnya mengeras dengan amarah, namun tetap tampak terkendali. Matanya mengawasi ponsel Rea dengan awas bagai seekor elang yang siap menyambar. Rea menatap pria di depannya itu dengan tatapan menantang. Jemarinya masih bermain di atas layar ponsel. "Kau bisa menghilangkan nyawaku saat ini juga, Marcus. Tapi jika kau melakukannya, semua rahasia terburukmu akan seger

    Last Updated : 2025-02-25
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 6

    “Sudah selesai bicara, sayang?” kata Rea dengan nada rendah tetapi penuh ancaman, seringai iblis menghiasi wajahnya.Pria Italia itu mencoba berbicara, tetapi sebelum ia sempat mengeluarkan satu kata pun, Rea sudah bergerak cepat. Dengan gerakan yang sangat terlatih, ia mencengkeram kerah jas pria itu dan membantingnya keras ke lantai.BRAK!Suara tubuh pria itu menghantam lantai memecah keheningan. Semua karyawan yang menyaksikan adegan itu terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.Pria Italia itu mengerang kesakitan, tetapi Rea tidak memberinya waktu untuk pulih. Ia menunduk, wajahnya hanya beberapa inci dari pria itu, seringainya semakin lebar.“Kau bilang aku tidak berpendidikan?” desisnya pelan, tetapi suaranya penuh dengan ancaman mematikan. “Dengar baik-baik, Tuan. Aku tidak peduli dengan pendapatmu. Tapi kalau kau berani menghina ku lagi di tempatku sendiri…” Rea berhenti sejenak, memberi waktu bagi pria itu untuk mencerna ancamannya. “…aku akan pastika

    Last Updated : 2025-03-11
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 7

    Rea berbalik, mantel panjangnya melambai saat ia mulai melangkah pergi. Namun, langkahnya baru saja dimulai ketika Marcus dengan gerakan cepat menarik pinggangnya. “Ah!” seru Rea pelan saat tubuhnya mendadak menabrak dada Marcus yang keras. Napasnya sejenak tertahan, tetapi ia segera mendapatkan kembali kendalinya. Marcus memiringkan kepalanya sedikit, menatap langsung ke matanya dengan intensitas yang membuat udara di sekitar mereka terasa lebih berat. “Aku tidak suka didorong, Nona Alexander,” desisnya pelan, tetapi suaranya penuh peringatan yang sangat dingin dan tajam. Sasa hampir melompat dari tempatnya, tetapi tatapan tajam Dean membuatnya tetap diam. “Sasa, kita tidak akan campur tangan,” kata Dean dengan nada tegas. “Tapi—” “Percayalah,” potong Dean dengan suara pelan. “Kalau kita ikut campur, itu hanya akan memperburuk keadaan.” Kembali ke pusat ketegangan, Rea menatap Marcus tanpa gentar. Tubuh mereka masih sangat dekat, tetapi Rea tidak menunjukkan tanda-tanda menye

    Last Updated : 2025-03-11
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 8

    Marcus menatap Rea dengan sorot menantang, seolah ingin membuktikan kata-katanya. Senyum mengerikan terbentuk di bibirnya, menggambarkan bahaya yang terselubung.Tanpa aba-aba, tangannya meraih pinggang ramping Rea dan dalam satu tarikan kuat, tubuh wanita itu telah terduduk di pangkuannya.Rea terkesiap, hendak bangkit namun lengan kekar Marcus menguncinya erat. Napasnya memburu saat merasakan dada bidang pria itu menempel di punggungnya.Wajahnya memucat sejenak sebelum rona merah panas menghiasi pipinya."Lepaskan aku!" desis Rea berbahaya, meronta tanpa hasil.Marcus tidak mengindahkan, malah semakin mengeratkan dekapannya. Kepalanya condong ke samping hingga bibirnya sejajar dengan telinga Rea yang merona merah.Dengan gerakan menggoda, Marcus meniup pelan cuping telinga Rea, membuat wanita itu tersentak dengan tubuh menegang."Jangan berpura-pura, Rea," bisik Marcus rendah dengan nada sensual yang sarat ancaman. "Kita sama-sama tahu aliran panas apa yang mengalir di pembuluh dar

    Last Updated : 2025-03-11
  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 9

    Marcus hanya menyeringai kecil, tetapi seringainya lebih menyerupai ancaman daripada senyuman.“Dia sudah cukup lama bermain-main. Sekarang waktunya dia menerima apa yang pantas untuknya!" Desisnya dingin.Markas Marcus terletak di luar kota, di sebuah gudang tua yang tampak tidak mencurigakan dari luar tetapi sebenarnya adalah benteng keamanan dengan teknologi tinggi.Di dalamnya, ruang bawah tanah yang gelap dan dingin menjadi tempat eksekusi keadilan ala Marcus.Marcus melangkah masuk ke ruang utama markas dengan langkah tenang. Anak buahnya segera berdiri tegak, membungkuk hormat ketika ia lewat.Namun, semua orang di ruangan itu tahu bahwa kehadiran Marcus hari ini bukan untuk berbasa-basi.Di tengah ruangan, seorang pria terikat di kursi dengan wajah penuh luka. Tubuhnya kurus dan terlihat lemah, tetapi matanya yang gelisah menunjukkan bahwa ia tahu apa yang akan terjadi.“Tuan,” salah satu anak buah Marcus melapor.“Dia sudah mengakui segalanya. Kami menemukan jejaknya di lokas

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 11

    Dapur di mansion keluarga Cruz sudah sangat sepi di tengah malam. Cahaya lampu gantung berwarna kekuningan menyinari marmer putih yang mengilap, menciptakan bayangan panjang yang menghiasi lantai. Denting halus gelas kaca terdengar ketika Rea membuka lemari pendingin, mencari sebotol air dingin untuk meredakan tenggorokannya yang terasa kering setelah pertunjukan ‘perang kecil’ dengan Daddy Edward tadi pagi. Langkahnya ringan. Kaki telanjangnya menyentuh lantai dingin. Gaun tidur hitamnya membalut tubuh ramping itu dengan menggoda, transparan di bagian tertentu seolah tak berniat menyembunyikan apa pun. Rambut hitam panjangnya digerai, jatuh begitu saja di bahu, liar namun anggun. Ia membuka tutup botol, meneguknya pelan… lalu— SREKK! Suara logam beradu dengan kulit terdengar begitu halus, tapi dinginnya menyentuh kulitnya secara tiba-tiba. Belati tajam kini bersandar tepat di sisi lehernya. Rea membeku. Tidak karena takut—lebih karena takjub akan keberanian seseorang me

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 10

    Marcus menatap istrinya itu dengan tatapan predator yang telah menemukan mangsanya.Tanpa membuang waktu lagi, ia bersiap menyambar bibir Rea, namun terhenti ketika Rea mengambil alih pistol Marcus dan langsung menodongkan balik ke kening Marcus."Aku juga tidak semurahan itu baby, aku akan membiarkan mu menyentuhku ketika kau sudah mencintaiku!!" Desis Rea semakin menekan pistol di kening Marcus."Aku juga bisa menjadikan mu debu detik ini juga!! Tapi aku tidak mau..., karena kau mempunyai sesuatu yang tidak aku punya!' desis Rea tersenyum miring sebelum akhirnya ia menarik keras kerah baju Marcus dan tanpa banyak basa-basi langsung mengecup singkat bibir seksi milik suaminya itu."Selamat malam, Sayang!" Desis Rea mengambil tangan kekar Marcus dan menaruh pistol pria itu di Sana.Marcus terpaku sesaat, sebelum akhirnya berbalik dan melangkah keluar dari ruang makan dengan langkah lebar dan tegas. Ia tidak mengatakan apa pun, namun aura kemarahannya terasa menguar di setiap jejak lan

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 9

    Marcus hanya menyeringai kecil, tetapi seringainya lebih menyerupai ancaman daripada senyuman.“Dia sudah cukup lama bermain-main. Sekarang waktunya dia menerima apa yang pantas untuknya!" Desisnya dingin.Markas Marcus terletak di luar kota, di sebuah gudang tua yang tampak tidak mencurigakan dari luar tetapi sebenarnya adalah benteng keamanan dengan teknologi tinggi.Di dalamnya, ruang bawah tanah yang gelap dan dingin menjadi tempat eksekusi keadilan ala Marcus.Marcus melangkah masuk ke ruang utama markas dengan langkah tenang. Anak buahnya segera berdiri tegak, membungkuk hormat ketika ia lewat.Namun, semua orang di ruangan itu tahu bahwa kehadiran Marcus hari ini bukan untuk berbasa-basi.Di tengah ruangan, seorang pria terikat di kursi dengan wajah penuh luka. Tubuhnya kurus dan terlihat lemah, tetapi matanya yang gelisah menunjukkan bahwa ia tahu apa yang akan terjadi.“Tuan,” salah satu anak buah Marcus melapor.“Dia sudah mengakui segalanya. Kami menemukan jejaknya di lokas

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 8

    Marcus menatap Rea dengan sorot menantang, seolah ingin membuktikan kata-katanya. Senyum mengerikan terbentuk di bibirnya, menggambarkan bahaya yang terselubung.Tanpa aba-aba, tangannya meraih pinggang ramping Rea dan dalam satu tarikan kuat, tubuh wanita itu telah terduduk di pangkuannya.Rea terkesiap, hendak bangkit namun lengan kekar Marcus menguncinya erat. Napasnya memburu saat merasakan dada bidang pria itu menempel di punggungnya.Wajahnya memucat sejenak sebelum rona merah panas menghiasi pipinya."Lepaskan aku!" desis Rea berbahaya, meronta tanpa hasil.Marcus tidak mengindahkan, malah semakin mengeratkan dekapannya. Kepalanya condong ke samping hingga bibirnya sejajar dengan telinga Rea yang merona merah.Dengan gerakan menggoda, Marcus meniup pelan cuping telinga Rea, membuat wanita itu tersentak dengan tubuh menegang."Jangan berpura-pura, Rea," bisik Marcus rendah dengan nada sensual yang sarat ancaman. "Kita sama-sama tahu aliran panas apa yang mengalir di pembuluh dar

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 7

    Rea berbalik, mantel panjangnya melambai saat ia mulai melangkah pergi. Namun, langkahnya baru saja dimulai ketika Marcus dengan gerakan cepat menarik pinggangnya. “Ah!” seru Rea pelan saat tubuhnya mendadak menabrak dada Marcus yang keras. Napasnya sejenak tertahan, tetapi ia segera mendapatkan kembali kendalinya. Marcus memiringkan kepalanya sedikit, menatap langsung ke matanya dengan intensitas yang membuat udara di sekitar mereka terasa lebih berat. “Aku tidak suka didorong, Nona Alexander,” desisnya pelan, tetapi suaranya penuh peringatan yang sangat dingin dan tajam. Sasa hampir melompat dari tempatnya, tetapi tatapan tajam Dean membuatnya tetap diam. “Sasa, kita tidak akan campur tangan,” kata Dean dengan nada tegas. “Tapi—” “Percayalah,” potong Dean dengan suara pelan. “Kalau kita ikut campur, itu hanya akan memperburuk keadaan.” Kembali ke pusat ketegangan, Rea menatap Marcus tanpa gentar. Tubuh mereka masih sangat dekat, tetapi Rea tidak menunjukkan tanda-tanda menye

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 6

    “Sudah selesai bicara, sayang?” kata Rea dengan nada rendah tetapi penuh ancaman, seringai iblis menghiasi wajahnya.Pria Italia itu mencoba berbicara, tetapi sebelum ia sempat mengeluarkan satu kata pun, Rea sudah bergerak cepat. Dengan gerakan yang sangat terlatih, ia mencengkeram kerah jas pria itu dan membantingnya keras ke lantai.BRAK!Suara tubuh pria itu menghantam lantai memecah keheningan. Semua karyawan yang menyaksikan adegan itu terbelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.Pria Italia itu mengerang kesakitan, tetapi Rea tidak memberinya waktu untuk pulih. Ia menunduk, wajahnya hanya beberapa inci dari pria itu, seringainya semakin lebar.“Kau bilang aku tidak berpendidikan?” desisnya pelan, tetapi suaranya penuh dengan ancaman mematikan. “Dengar baik-baik, Tuan. Aku tidak peduli dengan pendapatmu. Tapi kalau kau berani menghina ku lagi di tempatku sendiri…” Rea berhenti sejenak, memberi waktu bagi pria itu untuk mencerna ancamannya. “…aku akan pastika

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 5

    Rea mendongak dengan begitu angkuh hingga matanya sejajar dengan mata Marcus. Seringai percaya dirinya sama sekali tak goyah. "Oh, tidak sesederhana itu, Marcus sayang," ujarnya dengan nada meremehkan. "Kau belum mengerti seberapa dalam genggamanku atas dirimu." Dengan gerakan tiba-tiba, Rea merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel miliknya. Jemarinya mulai menari di atas layar. "Dengan satu perintah dariku, seluruh informasi tentang aktivitas terlarangmu bisa menyebar ke publik dalam sekejap. Bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi dengan reputasi, kekayaan, bahkan kemerdekaanmu?" Marcus menaikan satu alis tebalnya. Wajahnya mengeras dengan amarah, namun tetap tampak terkendali. Matanya mengawasi ponsel Rea dengan awas bagai seekor elang yang siap menyambar. Rea menatap pria di depannya itu dengan tatapan menantang. Jemarinya masih bermain di atas layar ponsel. "Kau bisa menghilangkan nyawaku saat ini juga, Marcus. Tapi jika kau melakukannya, semua rahasia terburukmu akan seger

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 4

    Rea mengangkat bahu kecil sambil membuka pintu mobil. “Aku perlu tidur sedikit.” Sasa menatapnya dengan mata membelalak, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Tidur? Kau tidur? Selama rapat penting itu?” Rea melirik ke arahnya sambil menurunkan kacamata hitamnya sedikit, matanya yang hijau bersinar penuh dengan rasa tidak peduli. “Kau tahu aku tidak suka rapat, Sayang. Terlalu banyak bicara, terlalu sedikit aksi.” Sasa menggelengkan kepala sambil masuk ke dalam mobil. “Kau benar-benar berbeda dari manusia normal, Rea. Bagaimana bisa kau begitu santai di tengah tekanan seperti itu?” Rea terkekeh kecil sambil menyalakan mesin mobil. “Rahasia sukses, Sasa, adalah tidak peduli pada hal-hal yang tidak penting. Dan rapat itu, menurutku, tidak penting!" Sasa hanya bisa mendesah panjang. Dia sudah terbiasa dengan tingkah bosnya ini, tetapi tetap saja, ada saat-saat di mana ia merasa seperti ingin melemparkan sesuatu ke kepala Rea. “Jadi, apa rencanamu sekarang?” t

  • Gadis Nakal itu Istriku    bab 3

    Di Northbridge Enterprises Gedung pencakar langit itu berdiri megah di pusat kota, dengan logo "N" besar yang bersinar di puncaknya. Di lantai tertinggi, Marcus Dexa Cruz baru saja keluar dari ruang rapat, mengenakan setelan jas hitam sempurna yang melekat di tubuhnya dengan elegan. Langkahnya panjang dan tegas, menunjukkan dominasi tanpa perlu usaha. Semua orang yang ia lewati menundukkan kepala, bahkan menahan napas, takut mengganggu pria yang dikenal tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan. Marcus tidak memperhatikan mereka sedikit pun. Ia terus berjalan menuju ruangannya, pintu besar dengan panel kayu ek gelap yang hanya dapat diakses oleh segelintir orang. Di depan pintu itu, Dean sudah menunggu. Ia berdiri tegap, tetapi hatinya berdebar-debar saat Marcus mendekat. Ketika pintu terbuka, Marcus melangkah masuk tanpa berkata apa-apa. Isyarat kecil dari tangannya sudah cukup bagi Dean untuk mengikutinya ke dalam. Marcus duduk di kursinya yang besar, melipat tangan di atas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status