"Jane, ayo pindah, jangan tidur dilantai," ujar Jessy sembari menepuk pelan punggung sahabatnya. Akan tetapi, Jane tak mendengar ataupun merespon, membuat Jessy mendengus kesal dengan wajah cemberut.Gadis itu melirik ke arah Terry dan Jake yang masih membahas beberapa hal yang tak ia mengerti. Jessy menggelengkan kepala, lalu segera menggendong Jane untuk memindahkan gadis itu ke kasur yang saat ini sedang di tempati oleh Archer. Gadis itu harus bersusah payah mengangkat Jane karena perbedaan tubuh yang sangat mencolok."Woah, kenapa kau memindahkannya kemari?" Tanya Archer kaget saat melihat Jessy yang meletakkan Jane tepat di samping pria berambut cepak itu. Jessy menoleh pada sumber suara sembari tersenyum kecil."Aku hanya tak ingin sahabatku sakit. Boleh kan dia tidur disini selama beberapa jam?"Mendengar suara halus yang mengalun begitu merdu dari mulut Jessy membuat Archer menganggukkan kepalanya tanpa sadar, seolah terhipnotis oleh pesona Jessy keluarkan. Jessy tersenyum kec
"Kai, bahaya apa yang kau maksud?"Daniel bertanya dengan nada penasaran. Mata cokelat miliknya menatap Kai dengan intens, membuat pria bermata amber itu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan tangan yang mengepal kuat. Daniel bisa melihat jika darah menetes dari sela sela jari pria itu."Aku hanya salah bicara. Maaf,"Alis Daniel terlihat naik dengan kening yang berkerut dalam. Pria berdarah Korea itu tentu saja tak percaya dengan apa yang Kai katakan padanya. Ia merasa tak puas dengan jawaban dari "mantan" sahabatnya itu.Hei, ia sudah mengenal Kai sejak kecil. Daniel tahu jika pria di depannya ini menyembunyikan sesuatu. Terbukti dari gerak geriknya yang tampak gelisah serta tatapan mata yang tak ingin melihat ke arahnya. Daniel menghela napas panjang sembari menyilangkan tangan di depan dada."Kau sangat payah dalam berbohong, Kai. Kau tahu itu kan?" Tanya Daniel dengan wajah mengejeknya, bermaksud memancing Kai untuk bicara. Biasanya, dengan cara ini Kai akan marah dan langsung
Saat Jessy akan membalas pertanyaan Terry, tiba tiba saja ponsel milik pria itu berdering dengan keras hingga menghentikan kegiatan keduanya. Terry menghela napas kasar lalu segera merogoh sakunya untuk melihat siapa orang yang sudah berani mengganggu waktu "istirahatnya" bersama dengan Jessy.Ketika dilihat, layar ponsel miliknya menampilkan nama Daniel. Terry tentu saja merasa aneh karena biaanya Daniel tak akan meneleponnya jika tak ada hal yang penting ataupun mendesak. Dengan malas, Terry segera menggeser layar ponselnya ke atas untuk menjawab panggilan itu."Ya, Daniel. Ada apa meneleponku?" Tanya Terry tak sabaran sembari melirik Jessy yang saat ini menatapnya dengan tatapan penasaran melalui mata hijau bulatnya yang begitu berkilau."Terry, gawat!""Gawat kenapa?" Tanya Terry heran mendengar suara panik dari sahabatnya itu. Apa ada sesuatu yang buruk? Otak Terry kini mulai menciptakan beberapa skenario terburuk. Selain itu, perasaannya mendadak menjadi tak."Gedung biru di man
Terry mengernyitkan keningnya saat Jessy berkata jika ada yang janggal dari ucapannya. Pria berambut pirang itu menatap wajah boneka Jessy dengan intens hingga hidung keduanya saling bersentuhan.Jessy lagi lagi menahan napas saat dalam posisi intim seperti sekarang ini. Dirinya tak bisa mendorong ataupun memukul tubuh Terry. Otaknya seolah kosong dengan pikiran yang mendadak terasa seperti orang linglung, membuat Terry menyeringai kecil.Terry merapatkan tubuhnya dengan menarik pinggang ramping milik Jessy dengan posesif sembari menyatukan keningnya pada kening milik Jessy. Dalam jarak sedekat ini, Terry bisa merasakan napas hangat nan manis yang keluar dari tubuh Jessy, begitu lembut namun memabukkan layaknya whisky yang sering ia minum"Apa yang kau katakan? Apa yang janggal dari ucapanku?"Wajah Jessy memerah sempurna mendengar perkataan yang lembut dan seduktif itu. Jessy menutup matanya secara sekilas saat Terry mencium bibirnya tanpa izin, seolah terhipnotis dengan pesona Terr
Alfred melihat layar tablet yang saat ini berada dalam genggamannya. Pria dengan mata sewarna dengan zamrud itu tersenyum kecil sembari melihat apa yang ditampilkan di layarnya, yakni sebuah susunan rencana yang akan ia lakukan untuk mendapatkan bandul kalung harimau berwarna putih yang saat ini berada di kelompok Black Panther.Alfred mengambil sebuah kalung dengan bandul kalung yang sama persis dengan yang berada di kelompok Black panther, yakni bandul kalung berbentuk harimau putih dengan kode 2508. Selain itu saat bandul itu digosok, akan tertulis nama Alfred Kang di belakangnya. Alfred mengelusnya dengan perlahan dan menciumnya sambil memejamkan mata, melakukan perjalanan ingatan dengan orang yang ia kasihi di masa lalu. Pria dengan mata zamrud itu bernostalgia melihat benda yang menjadi satu satunya petunjuk tentang orang yang ia sayangi. Alfred tampak melamun sebentar, menatap kosong ke arah kalung yang sedang ia pegang. Tanpa sadar bibir pria paruh baya itu melengkung ke at
"Tuan, tolong turunkan aku," ujar Jessy memohon karena merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini.Karena berada dalam pangkuan Terry, Jessy membuat kakinya terbuka lebar dan sehingga duduk di atas paha Terry. Selain itu, entah sejak kapan pria itu melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Jessy, membuat posisi keduanya tampak intim. Jika ada yang melihat, maka mereka akan menyangka Terry dan Jessy tengah berciuman karena posisi ini membuat orang lain salah paham pada mereka berdua."Apa kau punya hipotesa siapa orang yang membakar gedung biru di mansionku itu, sayang?" Tanya Terry dengan suara rendah.Terry mencium leher milik Jessy dengan perlahan dan juga ringan, membuat Jessy mengerang kecil sambil mendongakkan kepala. Mulut gadis itu terus mengeluarkan desahan kecil dengan mata terpejam, seolah tengah menikmati perlakuan tak senonoh yang Terry lakukan padanya.Karena mendapat akses yang lebih banyak, Terry pun makin berani mencium bagian tubuh milik Jessy, bahkan tak segan menggi
Kai memutuskan untuk menyalakan laptopnya setelah sekian lama terdiam di kamarnya setelah melakukan panggilan dengan Emily. Pria itu ingin memenangkan diri setelah lelah berdebat dengan Emily soal pelaku yang membakar gedung biru milik Terry. Bukannya apa, tapi di gedung itu, Kai menyembunyikan sebuah map rahasia yang tak diketahui oleh siapapun sebelum akhirnya ia melakukan kejadian itu, kejadian yang membuatnya tertuduh karena bekerja sama dengan Athena alias Emily.Kai menggelengkan kepalanya saat fokusnya terpecah. Ia kembali memusatkan perhatian pada laptop yang sedang berada di hadapannya. Pria itu ingin mengecek apakah hal yang sudah ia rencanakan untuk menangkap Jessy sudah benar atau belum. Setelah laptop miliknya menyala, Kai segera membuka file khusus dengan sandi unik yang ia rancang sendiri. File itu dengan nama "Plan line". Setelah memasukkan kata sandi yang sudah dihapal diluar kepala, file itupun langsung terbuka.Saat file itu terbuka, Kai bisa melihat beberapa pet
Wajah Jessy memucat sempurna seperti warna kertas begitu Terry berhasil menemukan kertas biru yang tak sengaja keluar dari sakunya. Ia memalingkan wajah ke arah lain saat Terry bertanya padanya. Jessy menggigit bibir karena kebingungan harus bersikap apa sekarang. Apakah ia harus bungkam atau berterus terang pada pria itu? Batinnya bergejolak, saling bertarung satu sama lain. Mau bicara atau tidak, resiko yang akan Jessy hadapi sangatlah besar yang mungkin akan membuat dirinya berada dalam masalah besar."Boneka kecil, aku bertanya padamu. Apa maksud dari kertas biru yang ada di tanganku ini?" Tanya Terry lagi sambil menyodorkan keras biru itu tepat dimata hijau Jessy dengan nada marah karena merasa dicurangi.Jessy menghela napas. Ia menatap Terry sebentar lalu menundukkan kembali kepalanya, hingga poni menutupi wajah cantiknya. Gadis itu memainkan ujung baju yang ia kenakan untuk meredakan rasa takut yang melanda hatinya.Terry gemas. Jessy tak memberikan jawaban apapun yang mengko