“Siapa yang Mami usir?”
Sontak saja semua mata melihat ke sumber suara, dan disana berdiri Jonas dengan tatapan menyelidik. Dia yang tadinya sudah pergi ke kantor, harus kembali lagi ke rumah karena ada sesuatu yang tertinggal. Namun, dia malah mendengar Rini mengusir istrinya.
Meskipun pernikahan Jonas dan Elora hanyalah sebuah pernikahan kontrak, tapi tidak ada yang tahu akan hal itu. Hanya mereka berdua yang tahu. Dan jika Rini mengusir Elora, itu artinya Jonas harus ikut. Bagaimanapun dia tidak mau menunjukkan di depan orang tuanya tentang status mereka, karena itu akan membuat orang tuanya kembali mencarikan jodoh untuknya.
“Jonas, kenapa kau kembali?”tanya Rini dengan kikuk.
“Ada yang ketinggalan. Jadi, siapa yang Mami usir?” Jonas mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh Rini.
“Elora merusak tanaman Mami, Jonas. Lihatlah, tanaman itu sangat mahal dan dia menghabiskan daunnya,” jawab Rini sambil menunjuk tanaman yang tadi habis di pruning oleh Elora.
“Kan Mami yang suruh aku kerja.” Elora tidak mau kalah, dia menjawab dengan cepat agar Jonas juga tahu bagaimana tingkah ibunya saat dia tidak ada.
Jonas menyugar kasar rambutnya, dia tahu kalau ibunya sangat menyukai tanaman-tanaman itu. Ibunya rela merogoh kantong dalam-dalam hanya untuk membeli sebuah tanaman kesukaannya. Tapi, dia juga yakin kalau Elora tidak akan mungkin berani selancang itu kalau tidak ada yang menyuruhnya.
“Aku akan menggantinya, Mi,” jawab Jonas akhirnya.
“Kenapa kau yang harus ganti? Wanita jalang ini yang merusaknya!”
“Jadi, Mami mau mengusir Elora? Kalau begitu, aku juga akan keluar dari rumah ini,” jawab Jonas.
“Kau tidak boleh pergi dari sini, Jonas!”
“Kita bicarakan nanti, Mi. Aku ada meeting diluar, nanti setelah aku pulang kita bahas ini.”
Setelah mengatakan demikian, Jonas segera berlalu masuk ke dalam rumah dan tidak lama dia kembali keluar langsung pergi lagi meninggalkan rumah.
“Jonas!” panggil Rini yang masih merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil oleh Jonas.
Namun, Jonas sudah pergi meninggalkan rumah. Sementara Elora hanya menatap tanaman di depannya dalam diam. Dia tahu, sepertinya peperangan sebentar lagi akan pecah di keluarga Zein.
“Heh pelacur, mau apa lagi kau disana!” ujar Rini saat melihat Elora masih disana, bahkan tangannya sudah ingin meraih tanaman lainnya.
“Kerja, Nyonya.”
“Kau sengaja ya?” tanya Rini emosi, seketika dia menarik rambut Elora saking kesalnya. Dan Elora tidak memberikan perlawanan. Meskipun kulit kepala rasanya mau lepas, Elora menahan dirinya. Ini belum saatnya dia melawan.
“Kau mau menghasut Jonas? Kau tidak akan berhasil, Jonas akan segera menceraikanmu!”
“Lalu, kenapa dia menikahiku?” tanya Elora.
“Karena kau telah mengguna-gunainya!”
“Nyonya, kau adalah manusia yang hidup di zaman ini. Kau masih percaya dengan hal magis?”
“Diam!”
Rini melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, dan segera berlalu meninggalkan Elora yang merapikan rambutnya dengan senyuman di wajahnya.
“Non, tidak apa-apa?” tanya Pak Ujang yang sejak tadi masih berdiri di posisinya.
“Gapapa, Pak. Hanya sakit sedikit,” jawab Elora tersenyum.
Pak Ujang, lelaki paruh baya yang hampir senja itu tampak memandang Elora dengan sedih. Sorot matanya menunjukkan kalau dia orang baik. Dia merasa kasihan melihat Elora mendapat perlakuan buruk dari Rini, apalagi Elora ternyata cukup baik, dia begitu riang bercerita banyak hal.
“Sudahlah, Non Elora masuk saja. Nanti Nyonya marah lagi,” ujar Pak Ujang lagi.
“Yaudah, ini Pak Ujang saja yang kerjakan ya. Tapi, aku akan tetap disini, merasakan embusan angin disini jauh lebih tenang daripada di dalam rumah, Pak. Hawanya sangat panas seperti kurang keberkahan,” jawab Elora terkekeh.
“Yang sabar, Non.”
“Iya, Pak.”
Elora akhirnya hanya duduk sambil memperhatikan tangan pak Ujang yang dengan lincah merawat tanaman-tanaman mahal itu.
“Hidup itu tidak bisa ditebak, ya Pak? Dan mengapa orang-orang hanya memandang sesama manusia dari status sosial?” tanya Elora.
“Itu hukum alam, Non. Tanpa ada yang mengaturnya, tapi kebanyakan orang menjalani kehidupan seperti itu.”
“Menyedihkan.”
Malam harinya, setelah makan malam Jonas ingin menyelesaikan permasalahan pagi tadi, dia meminta seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di ruang keluarga.
“Ada apa?” tanya Matheo keheranan karena tidak biasanya Jonas meminta mereka berkumpul.
"Aku ingin pindah dari rumah ini," jawab Jonas tegas. "Ini permintaan Mami."
Rini langsung memotong. "Bukan begitu, Jonas."
"Aku dan Elora adalah suami istri. Kalau Mami mengusir Elora, maka aku juga akan pergi!" Jonas berkata tanpa ragu.
Matheo yang duduk di kursi sebelah Rini, langsung menatap putranya dengan dingin. "Sekali kau melangkahkan kaki dari rumah ini, kau tidak akan mendapatkan warisan dari keluarga Zein! Sepertinya kau masih tidak puas membuat masalah!" ujarnya tegas.
“Sudah! Sudah, tidak ada yang boleh pergi dari rumah ini. Biarkan saja dia masih disini,” ujar Rini akhirnya sambil menatap Elora dengan penuh kebencian.Rini semakin membenci Elora, karena wanita itu Jonas selalu melawannya. Mulai dari memilih menikahinya, bahkan sekarang sudah berani mau pergi dari rumah.“Dia sudah membuat keputusan, Mi,” ucap Matheo dingin.“Jadi?” tanya Rini.“Jonas akan tetap pergi meninggalkan rumah ini. Dan setelah ini, aku harap dia akan menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia menganggap dia sudah mampu dan kita tidak boleh menahannya!” jawab Matheo.“Tinggalkan rumah ini besok, terserah kalian mau kemana! Tapi, itu artinya kau juga dipecat dari Zein Company!” sambung Matheo dan segera meninggalkan ruangan itu. Tidak ada yang bisa membantantahnya, semuanya hanya bisa terdiam, termasuk Jonas yang hanya bisa menatap punggung sang ayah dengan tatapan sulit diartikan.“Semua karena kau, jalang!” teriak Rini menunjuk ke arah Elora.“Ini keputusanku, Mi,” jawab Jonas
"Berapa lama perjalanannya?""Jangan banyak tanya, nikmati saja!"Elora heran, mereka sudah berjalan hampir satu jam, tapi belum ada tanda-tanda kalau mereka akan tiba. Entah, kemana Jonas akan membawanya."Baiklah."Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang cukup mewah. Namun, itu seperti tempat terpencil. Perumahan, tapi suasananya sangat sepi dan seperti tidak ada penghuni."Ini rumahnya?" tanya Elora."Iya.""Rumah atau tempat jin buang anak? Seram banget," gumam Elora saat turun dari mobil. Apalagi rumah mereka berada di blok paling belakang dan sudut. Sebelah kanannya, tidak ada lagi rumah lainnya, hanya pagar tembok yang tinggi. Sebelah kiri? Ada rumah tapi jaraknya cukup jauh, ada tanah kosong yang mungkin bisa di bangun dua rumah lagi. Ditambah lagi rumah itu tidak ada pagarnya. Karena pagar sekaligus seluruh perumahan, di gerbang depan, ada sekuriti yang berjaga.Ceklek!Pintu dibuka, aroma rumah kosong begitu ke
“Tidak akan, Pa! Nanti aku akan pulang kalau sudah waktunya. Tapi, beneran Papa gak akan memaksaku menikah lagi, kan? Sekarang aku sudah memiliki suami.”‘Papa tidak akan pernah merestui hubungan kau dengannya! Kau tidak boleh menikah dengan keluarga penjahat, Elora!’‘Kau bilang pergi dari rumah akan menemukan jodoh yang baik, tapi apa yang kau dapatkan? Kau hanyalah mendapatkan seorang yang tidak berguna,’ sambung Damian.“Pa, aku tutup dulu teleponnya.”Tut!Elora mematikan panggilannya, dia hanya menggelengkan kepalanya. Sekarang dia tahu, orang tuanya masih peduli kepadanya. Meskipun mereka bilang tidak peduli, nyatanya mereka masih peduli.“Aku pasti akan kembali, Pa. Tapi, tidak sekarang. Aku akan membuat Jonas berlutut dan jatuh cinta kepadaku. Keluarga Zein, mereka harus tahu siapa lawannya kali ini,” gumam Elora pelan.“Aku yakin, Jonas akan berlutut di kakiku. Dia hanyalah lelaki kesepian, dan aku akan menemaninya. Aku akan membuatnya ketergantungan kepadaku.” Elora terseny
“Mana pelacur itu?”Pagi-pagi sekali, saat terbangun Elora mendengar suara yang memekakkan telinganya. Elora menggeliat, dan berjalan pelan menuruni tangga. Dia melihat Rini duduk di sofa dengan begitu angkuh.“Jam segini kau baru bangun?” tanya Rini sinis kepada Elora.“Iya.”“Bagaimana suami mau bekerja kalau jam segini baru bangun?”“Kan sekarang Jonas sedang menganggur,” jawab Elora.Rini benar-benar emosi mendengar jawaban yang diberikan Elora. Sedangkan Jonas hanya duduk tidak peduli. Dia sibuk menatap layar ponselnya.“Jonas akan kembali bekerja di perusahaan keluarga Zein! Tapi, dia harus menikah dengan seorang yang bisa membantunya mendapatkan kembali posisinya di Zein Company!” ujar Rini kemudian.“Mi, aku tidak akan menikah dengan siapapun. Aku sudah memiliki istri,” jawab Jonas.Elora menyunggingkan senyumannya mendengar jawaban yang diberikan Jonas, dan itu membuat Rini mendelik ke arahnya.“Jonas, apa yang kau harapkan dari wanita ini? Dia hanyalah wanita malam, dia hany
“Mengapa menatapku seperti itu?” tanya Elora kepada Jonas yang tampak melihatnya dengan pandangan intens.“Kau orang kaya?”“Nggak!”“Tapi, orang tuamu memberikan kau perusahaan ini. Terus kalau bukan orang kaya, orang apa? Dimana orang tuamu berada?” tanya Jonas mencecar Elora dengan pertanyaan.Dan sebenarnya lebih banyak lagi pertanyaan yang akan Jonas ajukan kepada Elora, apalagi kalau mengingat bagaimana pertemuan mereka. Jonas mengenal Elora karena dia menjual tubuhnya dan Jonas adalah pelanggannya.Namun, apa yang dia dapatkan sekarang? Orang tua Elora memberikan perusahaan kepadanya, tepat di saat dia di depak dari keluarga Zein.“Mengapa kau bilang kalau kau tidak punya orang tua? Mengapa saat kita menikah mereka tidak hadir?” tanya Jonas lagi.Elora menatap Jonas dengan bibir menganga. Jonas yang selama ini dia tahu sangat pelit dan hemat dalam bicara, sekarang entah pertanyaan yang mana yang harus dia jawab. Setiap kata yang keluar dari mulut Jonas adalah pertanyaan.“Kau m
"EL Company?"Gumam Jonas saat mereka tiba di perusahaan yang diberikan Damian. Iya, dia memilih untuk menerima tawaran Elora."Selamat datang, Pak, Bu." Beberapa karyawan menyambut kedatangan mereka. Hari ini adalah hari pertama Elora dan Jonas bekerja. Entah sebelumnya siapa yang memimpin perusahaan itu."Ini adalah Jonas, CEO baru disini," ujar Elora setelah dia memperkenalkan diri hanya sebagai Komisaris. Dan Jonas lah yang dipercaya untuk memimpin perusahaan."Hai pak Jonas, saya Cindy, sekretaris CEO," sapa seorang perempuan muda dengan gaya centilnya. "Iya, mohon kerjasamanya," jawab Jonas.Sedangkan Elora dia hanya tersenyum miring, dia tahu kalau Cindy sepertinya wanita yang lebih murahan. Jelas-jelas Elora selain mengenalkan Jonas sebagai CEO, dia juga memberitahukan kalau Jonas adalah suaminya. Tapi, Cindy masih saja bersikap genit.Kebetulan, jarak antara rumah mereka ke perusahaan tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit. "Ruanganmu dimana?" tanya
“Siapa yang kau teriakan? Lihatlah tidak ada orang!”“Tadi, ada orang disana. Dia sedang mengawasi rumah ini, Jonas!”“Sekarang lihat, apa ada?” tanya Jonas.Elora berdiri di ambang pintu, matanya menelusuri tanah kosong di sebelah rumahnya. Dia tidak menemukan apa-apa di sana, hanya embusan angin malam yang lembut membelai wajahnya. Sosok yang tadi sempat berlari melewati lahan kosong itu sudah menghilang entah ke mana. Tak ada jejak, hanya kesunyian malam yang menyelimuti.“Elora, masuk sekarang!” Jonas mendekat, suaranya tajam dan tegas, tatapan matanya tak kalah tajam. “Kamu nggak bisa sembarangan keluar di malam seperti ini. Kita nggak tahu apa bahaya yang ada di luar sana. Kau tidak mengenali lingkungan ini.”Elora berbalik dan tertawa kecil, nada suaranya mengejek. “Jonas, kau penakut sekali. Aku cuma penasaran. Siapa kira-kira yang berani mengirim mata-mata ke sini? Apa jangan-jangan kau tahu siapa yang sedang memata-matai kita?” tanya Elora.“Jangan sembarangan berbicara!” uj
Keesokan paginya..."Aku harus memeriksanya lagi," gumam Elora sembari keluar dari kamarnya.Elora masih dihantui perasaan penasaran tentang tanah kosong di samping rumahnya. Dia yakin semalam ada seseorang disana, memantau gerak-geriknya. Dengan langkah hati-hati, dia melangkah keluar rumah dan menuju area tersebut. Matanya menyapu pepohonan yang rindang, mencari tanda-tanda keberadaan manusia. Tepat saat dia melewati semak-semak, pandangannya tertumbuk pada ranting-ranting yang patah—jelas bekas terinjak."Pasti disini," ujar Elora mencoba berdiri di atas ranting itu dan mengedarkan pandangannya.Tepat sekali, tempat dimana dia berdiri sekarang itu mengarah ke kamarnya. Disana, bisa melihat dengan jelas, apalagi kalau dia berdiri di balkon."Shiit! Aku yang dia mata-matai! Siapa sebenarnya? Apakah Papa? Ataukah dari keluarga Zein?" tanya Elora pelan.Jika Jonas mengatakan orang yang bisa masuk ke komplek itu hanyalah yang punya akses. Bagaimana orang suruhan papanya? "Apakah Papa p
Jonas tak pernah menyerah untuk mendekati Elora. Setelah membantunya melawan Raymond, ia sadar bahwa cintanya pada Elora tak pernah padam. Namun, ia tahu bahwa memperbaiki kepercayaan yang telah hancur tidaklah mudah.Setiap minggu, Jonas menyempatkan diri mengunjungi EL Company, tidak dengan niat mengganggu, tetapi untuk menunjukkan dukungannya. Ia datang dengan membawa ide-ide baru untuk bisnis, atau sekadar menawarkan bantuan jika Elora membutuhkan.“Aku tidak meminta kau untuk langsung menerimaku kembali, Elora,” kata Jonas suatu hari saat mereka sedang berdiskusi di ruang rapat. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada disini, siap membuktikan bahwa aku bukan seperti Papi.”Elora menatapnya, matanya penuh keraguan namun juga kehangatan yang ia coba sembunyikan. “Aku tidak tahu, Jonas. Luka ini terlalu dalam. Butuh waktu untuk menyembuhkannya.”“Aku punya seumur hidup untuk menunggu,” balas Jonas dengan senyum kecil.Hubungan mereka mulai membaik, meski perlahan. Elora tidak lagi m
Elora menatap Jonas yang berdiri di depannya. Wajah pria itu penuh tekad, meskipun garis-garis kelelahan terlihat jelas. Jonas masih pria yang sama, penuh semangat melindungi orang-orang yang ia sayangi.“Aku tahu kau mungkin membenciku sekarang, Elora,” ujar Jonas perlahan, suaranya bergetar. “Tapi aku tidak bisa hanya diam melihat kau dihancurkan seperti ini.”Elora menghela nafas panjang. Ia ingin menolak, ingin mengatakan bahwa ia cukup kuat untuk mengatasi semuanya sendiri. Namun, ia tahu kenyataannya berbeda. Ia tidak mengenal Raymond sedalam Jonas, dan ancaman dari lelaki itu semakin nyata.“Aku tidak membencimu, Jonas,” akhirnya Elora menjawab. “Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi.”Jonas tersenyum tipis. “Aku tidak meminta kepercayaanmu. Aku hanya ingin membantumu. Kau tahu aku bisa.”Setelah beberapa detik hening, Elora mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi ini tidak berarti aku melupakan masa lalu.”Jonas segera mengambil langkah. Ia menggunakan jaringan lama
Kehidupan Elora yang semula berjalan stabil kembali diusik oleh kejahatan tak terduga. Setelah penolakan tegasnya terhadap Raymond, sebuah video tak senonoh tiba-tiba muncul di media sosial. Video itu diklaim sebagai bukti bahwa Elora pernah bekerja sebagai gadis malam, sesuai rumor yang selama ini mengintainya. Elora mendapati video itu saat sedang berada di kantor. Damian, yang mengetahui berita tersebut lebih dulu, langsung bergegas ke kantornya. "Elora, kau harus melihat ini," ujar Damian dengan wajah serius, menunjukkan ponselnya. Elora menatap layar ponsel itu dengan alis berkerut. Ia melihat video seorang wanita yang wajahnya sengaja disamarkan, tetapi dengan narasi dan bukti palsu yang membuatnya terlihat seperti dirinya. “Itu bukan aku!” tegas Elora, suaranya bergetar. Damian menggenggam bahu Elora. “Aku tahu itu bukan kau. Tapi kita harus bertindak cepat. Ini fitnah yang serius.” Video itu menyebar seperti api. Media-media gosip segera mengambilnya sebagai bahan berita
Kerjasama antara Elora Yugev dan Mr. Donovan membawa EL Company ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan investasi besar dan pengalaman Donovan di dunia bisnis, Elora berhasil mengimplementasikan strategi-strategi inovatif yang membuat perusahaannya menjadi sorotan di pasar. EL Company kini tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga mulai menarik perhatian internasional."Kerja kerasmu luar biasa, Elora," ujar Donovan suatu pagi di ruang rapat. "Aku jarang melihat seseorang dengan dedikasi seperti ini. Kau benar-benar mengubah arah perusahaan ini.""Terima kasih, Mr. Donovan," jawab Elora sambil tersenyum. "Namun, ini semua tidak mungkin tanpa dukungan Anda."Donovan tersenyum tipis. "Aku hanya membuka jalan, sisanya adalah hasil usahamu."Sementara itu, Damian Yugev kembali membuktikan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Setelah beberapa bulan membangun kembali jaringan dan memanfaatkan nama baiknya, ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan baru yang mulai mencuri perhatian."Sia
Kehidupan keluarga Yugev perlahan kembali berjalan normal setelah badai panjang yang mereka hadapi. Damian Yugev memulai kembali dari nol. Meskipun pernah menjadi salah satu pebisnis terbesar di masanya, ia kini harus menata ulang segalanya sebagai pebisnis pemula. Tidak mudah, tetapi Damian adalah sosok yang pantang menyerah."Papa, Papa pernah di atas," kata Elora saat makan malam bersama Damian dan Anita di rumah mereka yang sederhana namun nyaman. "Aku yakin Papa bisa kembali ke sana."Damian tersenyum, menatap putrinya dengan penuh haru. "Papa sudah pernah merasakan kehilangan segalanya, Nak. Kalau sekarang harus memulai dari nol, itu tidak masalah. Yang penting, kita masih punya keluarga."Anita Yugev, meskipun masih trauma dengan apa yang mereka alami, perlahan mulai menemukan ketenangan. Ia tidak lagi hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan keluarga Zein. Kehancuran Matheo dan keluarganya menjadi akhir dari mimpi buruk yang selama ini menghantui mereka.Elora kini menjadi sor
Dunia bisnis kembali digemparkan. Setelah bertahun-tahun penuh dengan intrik dan manipulasi, akhirnya kejahatan yang dilakukan Matheo Zein terhadap keluarga Yugev terungkap ke publik. Penyidikan panjang, didukung oleh bukti-bukti yang Elora bawa, mengungkapkan bahwa kebangkrutan dan kecelakaan yang menimpa Damian Yugev bukanlah kecelakaan biasa. Semua itu adalah hasil dari rencana kejam Matheo untuk merebut kekayaan keluarga Yugev dan menghapus jejak mereka dari dunia bisnis.Damian Yugev, yang dulu dihancurkan namanya, kini mendapatkan keadilan. Pengadilan memutuskan Matheo bersalah atas serangkaian kejahatan, termasuk penggelapan, pemalsuan dokumen, dan percobaan pembunuhan. Hukuman berat dijatuhkan, dan reputasi keluarga Zein yang selama ini dijaga dengan penuh manipulasi hancur dalam sekejap.Keputusan pengadilan memicu reaksi berantai. Para investor yang sebelumnya percaya pada keluarga Zein mulai menarik diri dari perusahaan mereka, tak ingin terlibat dalam skandal besar ini. S
Kantor EL Company dipenuhi dengan hiruk-pikuk aktivitas. Elora duduk di kursi eksekutifnya, tampak tenang meski banyak yang tahu betapa sibuknya pikirannya. Kemenangan yang baru diraih masih menjadi perbincangan hangat di media, tetapi bagi Elora, itu hanyalah salah satu langkah dari rencana panjangnya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Jonas muncul, wajahnya penuh dengan campuran rasa bersalah dan tekad. Ia tampak lebih tua dari terakhir kali Elora melihatnya, seolah-olah beban hidup mulai menghancurkan pria yang dulu begitu percaya diri itu.“Elora,” katanya dengan suara parau. Ia berdiri di ambang pintu, tak berani melangkah lebih jauh. “Bisakah kita bicara?”Elora memandangi Jonas dengan tatapan datar. “Kalau kau datang untuk memohon, aku rasa kau membuang waktumu. Kau sudah membuat pilihan, Jonas. Dan aku bukan pilihan itu.”Tapi Jonas tidak menyerah. Ia masuk lebih dalam ke ruangan itu, menutup pintu di belakangnya. “Aku salah, Elora. Semua yang aku lakukan adalah kesalahan.
Kehebohan yang ditimbulkan oleh kembalinya Elora ke dunia bisnis bukan hanya mengguncang dunia usaha, tetapi juga mengguncang kehidupan pribadi keluarga Zein. Dalam sekejap, kehidupan mereka berubah menjadi sorotan media. Wartawan mengepung rumah dan kantor mereka, sementara berita tentang pengembalian Elora ke EL Company membuat judul-judul utama di surat kabar.Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Jonas telah menikah lagi dengan Bianca setelah mengumumkan kematian Elora, semakin memperburuk citra keluarga Zein.Elora, di sisi lain, tampaknya menikmati setiap momen dari kehebohan ini. Dia berdiri tegak di depan layar televisi, menyaksikan pemberitaan tentang dirinya, sambil tersenyum lebar. Di matanya, semuanya berjalan sesuai rencana. Setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang, akhirnya dia mendapatkan kembali apa yang menjadi haknya.Namun, kemenangan Elora tidak hanya terbatas pada kembali ke perusahaan yang telah dirampas darinya, melainkan juga pada sesuatu yang lebih besar
Matheo duduk di kursi kepala meja dengan wajah memerah, sementara Rini berjalan mondar-mandir sambil melontarkan makian kepada Elora.“Kita harus bertindak sekarang!” seru Rini. “Wanita itu mempermalukan kita di depan dunia!”“Kita sudah menyiapkan gugatan hukum,” jawab Matheo dengan nada datar. “Tim legal kita akan menuduhnya melakukan pencemaran nama baik dan penyelewengan dokumen perusahaan.”Rini mengangguk setuju. “Bagus. Ini akan membuatnya sadar bahwa dia tidak bisa seenaknya merampas apa yang bukan miliknya.”“Jonas, kau akan mendukung langkah ini, kan?” tanya Matheo, menatap putranya.Jonas mengangkat bahu, wajahnya tampak tanpa emosi. “Kalian lakukan saja apa yang menurut kalian benar. Aku tidak peduli.”Rini membanting tangannya ke meja. “Kau benar-benar tidak berguna, Jonas! Ini semua salahmu! Jika kau tidak menikahi wanita itu, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini!”Jonas tidak menjawab, hanya berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruangan.Berita tentang gugatan ya