Share

Bab 3. Keputusan Jonas

“Siapa yang Mami usir?”

Sontak saja semua mata melihat ke sumber suara, dan disana berdiri Jonas dengan tatapan menyelidik. Dia yang tadinya sudah pergi ke kantor, harus kembali lagi ke rumah karena ada sesuatu yang tertinggal. Namun, dia malah mendengar Rini mengusir istrinya.

Meskipun pernikahan Jonas dan Elora hanyalah sebuah pernikahan kontrak, tapi tidak ada yang tahu akan hal itu. Hanya mereka berdua yang tahu. Dan jika Rini mengusir Elora, itu artinya Jonas harus ikut. Bagaimanapun dia tidak mau menunjukkan di depan orang tuanya tentang status mereka, karena itu akan membuat orang tuanya kembali mencarikan jodoh untuknya. 

“Jonas, kenapa kau kembali?”tanya Rini dengan kikuk. 

“Ada yang ketinggalan. Jadi, siapa yang Mami usir?” Jonas mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh Rini.

“Elora merusak tanaman Mami, Jonas. Lihatlah, tanaman itu sangat mahal dan dia menghabiskan daunnya,” jawab Rini sambil menunjuk tanaman yang tadi habis di pruning oleh Elora.

“Kan Mami yang suruh aku kerja.” Elora tidak mau kalah, dia menjawab dengan cepat agar Jonas juga tahu bagaimana tingkah ibunya saat dia tidak ada.

Jonas menyugar kasar rambutnya, dia tahu kalau ibunya sangat menyukai tanaman-tanaman itu. Ibunya rela merogoh kantong dalam-dalam hanya untuk membeli sebuah tanaman kesukaannya. Tapi, dia juga yakin kalau Elora tidak akan mungkin berani selancang itu kalau tidak ada yang menyuruhnya.

“Aku akan menggantinya, Mi,” jawab Jonas akhirnya.

“Kenapa kau yang harus ganti? Wanita jalang ini yang merusaknya!”

“Jadi, Mami mau mengusir Elora? Kalau begitu, aku juga akan keluar dari rumah ini,” jawab Jonas.

“Kau tidak boleh pergi dari sini, Jonas!”

“Kita bicarakan nanti, Mi. Aku ada meeting diluar, nanti setelah aku pulang kita bahas ini.”

Setelah mengatakan demikian, Jonas segera berlalu masuk ke dalam rumah dan tidak lama dia kembali keluar langsung pergi lagi meninggalkan rumah. 

“Jonas!” panggil Rini yang masih merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil oleh Jonas.

Namun, Jonas sudah pergi meninggalkan rumah. Sementara Elora hanya menatap tanaman di depannya dalam diam. Dia tahu, sepertinya peperangan sebentar lagi akan pecah di keluarga Zein.

“Heh pelacur, mau apa lagi kau disana!” ujar Rini saat melihat Elora masih disana, bahkan tangannya sudah ingin meraih tanaman lainnya.

“Kerja, Nyonya.”

“Kau sengaja ya?” tanya Rini emosi, seketika dia menarik rambut Elora saking kesalnya. Dan Elora tidak memberikan perlawanan. Meskipun kulit kepala rasanya mau lepas, Elora menahan dirinya. Ini belum saatnya dia melawan.

“Kau mau menghasut Jonas? Kau tidak akan berhasil, Jonas akan segera menceraikanmu!” 

“Lalu, kenapa dia menikahiku?” tanya Elora.

“Karena kau telah mengguna-gunainya!”

“Nyonya, kau adalah manusia yang hidup di zaman ini. Kau masih percaya dengan hal magis?” 

“Diam!”

Rini melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, dan segera berlalu meninggalkan Elora yang merapikan rambutnya dengan senyuman di wajahnya.

“Non, tidak apa-apa?” tanya Pak Ujang yang sejak tadi masih berdiri di posisinya.

“Gapapa, Pak. Hanya sakit sedikit,” jawab Elora tersenyum.

Pak Ujang, lelaki paruh baya yang hampir senja itu tampak memandang Elora dengan sedih. Sorot matanya menunjukkan kalau dia orang baik. Dia merasa kasihan melihat Elora mendapat perlakuan buruk dari Rini, apalagi Elora ternyata cukup baik, dia begitu riang bercerita banyak hal.

“Sudahlah, Non Elora masuk saja. Nanti Nyonya marah lagi,” ujar Pak Ujang lagi.

“Yaudah, ini Pak Ujang saja yang kerjakan ya. Tapi, aku akan tetap disini, merasakan embusan angin disini jauh lebih tenang daripada di dalam rumah, Pak. Hawanya sangat panas seperti kurang keberkahan,” jawab Elora terkekeh.

“Yang sabar, Non.”

“Iya, Pak.”

Elora akhirnya hanya duduk sambil memperhatikan tangan pak Ujang yang dengan lincah merawat tanaman-tanaman mahal itu.

“Hidup itu tidak bisa ditebak, ya Pak? Dan mengapa orang-orang hanya memandang sesama manusia dari status sosial?” tanya Elora.

“Itu hukum alam, Non. Tanpa ada yang mengaturnya, tapi kebanyakan orang menjalani kehidupan seperti itu.”

“Menyedihkan.”

Malam harinya, setelah makan malam Jonas ingin menyelesaikan permasalahan pagi tadi, dia meminta seluruh anggota keluarga untuk berkumpul di ruang keluarga.

“Ada apa?” tanya Matheo keheranan karena tidak biasanya Jonas meminta mereka berkumpul.

"Aku ingin pindah dari rumah ini," jawab Jonas tegas. "Ini permintaan Mami."

Rini langsung memotong. "Bukan begitu, Jonas."

"Aku dan Elora adalah suami istri. Kalau Mami mengusir Elora, maka aku juga akan pergi!" Jonas berkata tanpa ragu.

Matheo yang duduk di kursi sebelah Rini, langsung menatap putranya dengan dingin. "Sekali kau melangkahkan kaki dari rumah ini, kau tidak akan mendapatkan warisan dari keluarga Zein! Sepertinya kau masih tidak puas membuat masalah!" ujarnya tegas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status