“Mana pelacur itu?”
Pagi-pagi sekali, saat terbangun Elora mendengar suara yang memekakkan telinganya. Elora menggeliat, dan berjalan pelan menuruni tangga. Dia melihat Rini duduk di sofa dengan begitu angkuh.
“Jam segini kau baru bangun?” tanya Rini sinis kepada Elora.
“Iya.”
“Bagaimana suami mau bekerja kalau jam segini baru bangun?”
“Kan sekarang Jonas sedang menganggur,” jawab Elora.
Rini benar-benar emosi mendengar jawaban yang diberikan Elora. Sedangkan Jonas hanya duduk tidak peduli. Dia sibuk menatap layar ponselnya.
“Jonas akan kembali bekerja di perusahaan keluarga Zein! Tapi, dia harus menikah dengan seorang yang bisa membantunya mendapatkan kembali posisinya di Zein Company!” ujar Rini kemudian.
“Mi, aku tidak akan menikah dengan siapapun. Aku sudah memiliki istri,” jawab Jonas.
Elora menyunggingkan senyumannya mendengar jawaban yang diberikan Jonas, dan itu membuat Rini mendelik ke arahnya.
“Jonas, apa yang kau harapkan dari wanita ini? Dia hanyalah wanita malam, dia hanya bisa menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang!” bentak Rini.
“Aku akan usaha sendiri, Mi.”
“Jonas, kau benar-benar telah dipelet wanita ini!”
“Sudahlah, Mi. Sebaiknya, Mami pulang saja, jangan khawatirkan aku. Aku akan segera mendapatkan pekerjaan,” jawab Jonas.
Setelah beberapa saat tidak juga berhasil membujuk Jonas untuk menikah dengan anak dari salah satu pemegang saham yang bisa mengembalikan posisi Jonas di Zein Company, akhirnya Rini memilih pergi meninggalkan rumah Jonas dan Elora.
Jonas masih duduk di tempatnya, hanya Elora yang mengantarkan RIni hingga ke depan pintu. “Kau akan segera ditendang! Lihat saja sampai kapan Jonas akan bertahan menjadi pengangguran, dan Jonas tidak akan bisa diterima dimanapun, selain merengek kembali ke keluarga Zein!”
Rini memberikan ancaman kepada Elora, mungkin dia pikir Elora akan takut dengan semua ancamannya. Tapi, Elora hanya menanggapinya dengan senyuman.
“Kau mengejekku?” tanya Rini tidak terima dengan senyuman Elora.
“Tidak sama sekali.”
Setelah kepergian Rini, Elora kembali duduk di sebelah Jonas. Dia melirik ke arah suaminya itu, terlihat Jonas sedang kacau. Dan satu-satunya cara untuk menaklukkannya adalah dengan tubuhnya. Elora mendekat ke arah Jonas, dia memulai melancarkan aksinya dengan mengelus bagian paling sensitif Jonas. Dan tentu saja, jiwa kelelakian Jonas bergejolak.
Di hari yang masih pagi, keduanya menghabiskan waktu untuk berbagi kehangatan.
“Shiit! Papi memata-mataiku,” ujar Jonas setelah keduanya berbaring bersebelahan.
“Apa yang beliau lakukan?”
“Pembantu itu, melaporkan setiap gerak gerikku.”
Elora terdiam, dan sekarang dia baru sadar kalau memang ada yang berbeda dengan pembantu yang bekerja itu. Mereka jarang terlibat pembicaraan, tapi pembantu wanita paruh baya itu memang lebih sering terlihat sedang berbicara di telepon.
“Atau dia juga mengawasiku?” tanya Elora di dalam hatinya.
“Pecat saja,” usul Elora.
“Tidak bisa! Dia sudah dipekerjakan di rumah ini sejak rumah ini berdiri. Dan dia adalah orang kepercayaan Papi.”
“Hmmm.”
Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.
Tok! Tok!
Dan tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu, Jonas dan Elora saling pandang, mungkin keduanya bingung siapa lagi yang datang. Sedangkan rumah ini adalah rumah persembunyian, yang datang pastinya adalah orang-orang yang dikenal.
“Kau lihat siapa yang datang,” perintah Jonas.
“Kalau penjahat gimana?”
“Kau yang mati,” jawab Jonas santai.
“Kau yang jadi tersangka.”
Akhirnya keduanya berjalan bersama menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
“Mencari siapa?” tanya Jonas saat melihat dua orang lelaki bertubuh tegap berdiri didepan pintu rumah mereka.
Jonas tidak mengenal mereka, dan juga merasa tidak pernah tahu siapa mereka.
“Nona Elora.”
“Aku?” tanya Elora bingung saat mendengar kalau dua orang itu mencari dirinya. Dia tidak tahu siapapun di kota ini kecuali para pelanggannya.
Sedangkan Jonas tampak menatap Elora dengan penuh curiga, di dalam pikirannya pasti mengira kalau mereka adalah pelanggan yang Elora layani selama ini.
“Kau memberikan alamatmu kepada mereka?” tanya Jonas.
“Tidak.”
“Terus, mengapa mereka mencarimu?”
“Aku juga gak tahu.”
Elora menatap kedua orang tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga akhirnya dia menggelengkan kepalanya. Dia mengenal salah satu dari kedua orang tersebut, orang itu adalah orang-orang suruhan papanya, Damian Yugev.
“Ada keperluan apa?” tanya Elora dan masih pura-pura tidak kenal.
“Untuk memberikan ini,” jawab salah satu dari keduanya.
Kedua lelaki itu menyodorkan sebuah dokumen kepada Elora, namun tidak langsung diterima oleh Elora. “Ini apa?” tanya Elora.
“Tuan Damian meminta Nona untuk membacanya sendiri. Atau Nona punya pilihan, kembali kerumah.”
“Damian siapa?” tanya Jonas yang bahkan tidak ingat siapa nama ayah mertuanya.
“Papa Nona Elora.”
“Hah? Kau punya orang tua?” tanya Jonas.
“Ya kali aku lahir dari labu,” jawab Elora.
Elora segera membuka amplop coklat yang diberikan itu. Dan ternyata disana, Damian memberikan sebuah perusahaan kepada Elora untuk dikelola sang anak di kota New Makala.
‘[Kau bisa mengangkat suamimu menjadi pemimpinnya.]’ Damian mengirimkan pesan kepada Elora.
“Mengapa menatapku seperti itu?” tanya Elora kepada Jonas yang tampak melihatnya dengan pandangan intens.“Kau orang kaya?”“Nggak!”“Tapi, orang tuamu memberikan kau perusahaan ini. Terus kalau bukan orang kaya, orang apa? Dimana orang tuamu berada?” tanya Jonas mencecar Elora dengan pertanyaan.Dan sebenarnya lebih banyak lagi pertanyaan yang akan Jonas ajukan kepada Elora, apalagi kalau mengingat bagaimana pertemuan mereka. Jonas mengenal Elora karena dia menjual tubuhnya dan Jonas adalah pelanggannya.Namun, apa yang dia dapatkan sekarang? Orang tua Elora memberikan perusahaan kepadanya, tepat di saat dia di depak dari keluarga Zein.“Mengapa kau bilang kalau kau tidak punya orang tua? Mengapa saat kita menikah mereka tidak hadir?” tanya Jonas lagi.Elora menatap Jonas dengan bibir menganga. Jonas yang selama ini dia tahu sangat pelit dan hemat dalam bicara, sekarang entah pertanyaan yang mana yang harus dia jawab. Setiap kata yang keluar dari mulut Jonas adalah pertanyaan.“Kau m
"EL Company?"Gumam Jonas saat mereka tiba di perusahaan yang diberikan Damian. Iya, dia memilih untuk menerima tawaran Elora."Selamat datang, Pak, Bu." Beberapa karyawan menyambut kedatangan mereka. Hari ini adalah hari pertama Elora dan Jonas bekerja. Entah sebelumnya siapa yang memimpin perusahaan itu."Ini adalah Jonas, CEO baru disini," ujar Elora setelah dia memperkenalkan diri hanya sebagai Komisaris. Dan Jonas lah yang dipercaya untuk memimpin perusahaan."Hai pak Jonas, saya Cindy, sekretaris CEO," sapa seorang perempuan muda dengan gaya centilnya. "Iya, mohon kerjasamanya," jawab Jonas.Sedangkan Elora dia hanya tersenyum miring, dia tahu kalau Cindy sepertinya wanita yang lebih murahan. Jelas-jelas Elora selain mengenalkan Jonas sebagai CEO, dia juga memberitahukan kalau Jonas adalah suaminya. Tapi, Cindy masih saja bersikap genit.Kebetulan, jarak antara rumah mereka ke perusahaan tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit. "Ruanganmu dimana?" tanya
“Siapa yang kau teriakan? Lihatlah tidak ada orang!”“Tadi, ada orang disana. Dia sedang mengawasi rumah ini, Jonas!”“Sekarang lihat, apa ada?” tanya Jonas.Elora berdiri di ambang pintu, matanya menelusuri tanah kosong di sebelah rumahnya. Dia tidak menemukan apa-apa di sana, hanya embusan angin malam yang lembut membelai wajahnya. Sosok yang tadi sempat berlari melewati lahan kosong itu sudah menghilang entah ke mana. Tak ada jejak, hanya kesunyian malam yang menyelimuti.“Elora, masuk sekarang!” Jonas mendekat, suaranya tajam dan tegas, tatapan matanya tak kalah tajam. “Kamu nggak bisa sembarangan keluar di malam seperti ini. Kita nggak tahu apa bahaya yang ada di luar sana. Kau tidak mengenali lingkungan ini.”Elora berbalik dan tertawa kecil, nada suaranya mengejek. “Jonas, kau penakut sekali. Aku cuma penasaran. Siapa kira-kira yang berani mengirim mata-mata ke sini? Apa jangan-jangan kau tahu siapa yang sedang memata-matai kita?” tanya Elora.“Jangan sembarangan berbicara!” uj
Keesokan paginya..."Aku harus memeriksanya lagi," gumam Elora sembari keluar dari kamarnya.Elora masih dihantui perasaan penasaran tentang tanah kosong di samping rumahnya. Dia yakin semalam ada seseorang disana, memantau gerak-geriknya. Dengan langkah hati-hati, dia melangkah keluar rumah dan menuju area tersebut. Matanya menyapu pepohonan yang rindang, mencari tanda-tanda keberadaan manusia. Tepat saat dia melewati semak-semak, pandangannya tertumbuk pada ranting-ranting yang patah—jelas bekas terinjak."Pasti disini," ujar Elora mencoba berdiri di atas ranting itu dan mengedarkan pandangannya.Tepat sekali, tempat dimana dia berdiri sekarang itu mengarah ke kamarnya. Disana, bisa melihat dengan jelas, apalagi kalau dia berdiri di balkon."Shiit! Aku yang dia mata-matai! Siapa sebenarnya? Apakah Papa? Ataukah dari keluarga Zein?" tanya Elora pelan.Jika Jonas mengatakan orang yang bisa masuk ke komplek itu hanyalah yang punya akses. Bagaimana orang suruhan papanya? "Apakah Papa p
Di kantor EL Company...Jonas duduk di ruangannya yang luas, mengamati tumpukan berkas di atas meja. Ternyata EL Company adalah perusahaan yang baru diakuisisi, dan Jonas dipekerjakan untuk memperbaiki operasional dan meningkatkan penjualan. Perusahaan ini memiliki beberapa produk seperti sabun dan sampo, namun selama ini produknya tidak begitu terkenal di pasar."Dan proses akuisisi begitu cepat. Siapa sebenarnya orang tua Elora?" tanya Jonas.Dia menghela nafas panjang, lalu mulai membuka berkas yang berisi detail produk. “Sabun herbal, shampo anti-ketombe... kualitasnya lumayan, tapi branding-nya lemah,” gumamnya sambil mempelajari rincian lebih dalam."Dan melihat dari caranya menatap prospek, sepertinya beliau adalah pebisnis handal. Dia tahu perusahaan ini berpotensi untuk maju."Jonas tahu betul bahwa jika dia ingin membuat EL Company bersaing dengan raksasa seperti Zein Company—perusahaan keluarganya yang terkenal di seluruh negeri—dia harus bekerja ekstra keras. Sambil berpi
"Rasanya aku seperti dalam penjara saja!" kesal Elora saat mereka sedang menghabiskan sarapan."Aku ingin pindah!" sambung Elora ketika Jonas tidak memberikan respon apapun. Lelaki itu malah sibuk dengan ponsel di tangannya."Terserah." Jonas hanya melontarkan kata-kata singkat yang mengambang.Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tanpa terasa sudah enam bulan sejak Jonas dan Elora mengikat janji suci sebagai suami istri. Jonas sibuk dengan pekerjaannya di EL Company, sementara Elora dia lebih banyak dirumah, hanya sesekali datang ke perusahaan."Siang ini aku akan ke kantor!" ujar Elora ketika Jonas baru saja masuk ke mobilnya."Nanti sopir yang jemput.""Oke."Elora menikmati secangkir teh di teras rumah, menikmati keheningan sambil sesekali melihat keluar.Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depan rumah mengganggu lamunannya. Elora menoleh dan mendapati sosok wanita yang tidak asing baginya—Rini Zein, ibu mertuanya."Dia lagi," sungut Elora.Rini datang dengan langkah mantap, wajah
"Selamat ya."Ucapan selamat berdatangan diberikan kepada Elora dan Jonas yang baru saja melangsungkan pernikahan mereka.Keduanya beberapa menit lalu sudah sah menjadi suami istri.Pesta sederhana itu dihadiri oleh keluarga dan juga beberapa orang saja. Dan pastinya tidak satupun dikenal oleh Elora.Tepat saat matahari berada diatas kepala, semua acara berakhir. "Selamat datang di keluarga Zein," ucap Jonas ketika dia dan Elora sudah berada di kamar."Thank you."Elora Amanda Yugev, dia adalah putri tunggal dari pasangan Damian Yugev dan Anita Yugev, pengusaha kaya raya di negeri ini. Namun, dia meninggalkan keluarganya hanya karena menolak dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dia tahu, pernikahan yang diatur orang tuanya itu hanyalah sebuah penyambung transaksi bisnis.Elora pergi dari rumah dan menjalani kehidupan bebas dan bekerja sebagai gadis malam melalui aplikasi pencari jodoh. Di sanalah dia bertemu Jonas Ghavara Zein. Pria 32 tahun yang merupakan pewaris keluarga
Byuur!"Shiiit! Apaan ini?"Guyuran air dingin mengenai wajah Elora, saat dia sedang duduk di depan kolam renang halaman belakang rumah keluarga Zein.Seminggu sudah pernikahannya dengan Jonas, dan saat ini Jonas sudah kembali bekerja seperti biasa. "Air untuk membersihkan tubuhmu yang kotor!" jawab suara dari belakang.Dan seketika Elora melihat ke sumber suara, di belakangnya berdiri Rini dan Marisa sambil bersedekap dada menyunggingkan senyuman sinis.Elora menghela nafas berat, rasanya ingin sekali dia mengobrak abrik kedua manusia itu dengan tanpa hati. Tapi, dia menahan dirinya. Dia ingin menjalani kehidupan normal tanpa tekanan. Itulah alasan dia memilih menerima pinangan Jonas, dia pikir hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Namun, ternyata masalah baru yang muncul."Kenapa? Mau protes? Harusnya itu air lumpur, tapi di rumah ini tidak ada lumpur jadi air es aja," ujar Marisa."Terima kasih, kalian benar-benar peduli," jawab Elora tersenyum miring."Dasar tidak tahu malu!