Share

Bab 7. Kejutan Damian

“Mana pelacur itu?”

Pagi-pagi sekali, saat terbangun Elora mendengar suara yang memekakkan telinganya. Elora menggeliat, dan berjalan pelan menuruni tangga. Dia melihat Rini duduk di sofa dengan begitu angkuh.

“Jam segini kau baru bangun?” tanya Rini sinis kepada Elora.

“Iya.”

“Bagaimana suami mau bekerja kalau jam segini baru bangun?”

“Kan sekarang Jonas sedang menganggur,” jawab Elora.

Rini benar-benar emosi mendengar jawaban yang diberikan Elora. Sedangkan Jonas hanya duduk tidak peduli. Dia sibuk menatap layar ponselnya.

“Jonas akan kembali bekerja di perusahaan keluarga Zein! Tapi, dia harus menikah dengan seorang yang bisa membantunya mendapatkan kembali posisinya di Zein Company!” ujar Rini kemudian.

“Mi, aku tidak akan menikah dengan siapapun. Aku sudah memiliki istri,” jawab Jonas.

Elora menyunggingkan senyumannya mendengar jawaban yang diberikan Jonas, dan itu membuat Rini mendelik ke arahnya.

“Jonas, apa yang kau harapkan dari wanita ini? Dia hanyalah wanita malam, dia hanya bisa menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang!” bentak Rini.

“Aku akan usaha sendiri, Mi.”

“Jonas, kau benar-benar telah dipelet wanita ini!”

“Sudahlah, Mi. Sebaiknya, Mami pulang saja, jangan khawatirkan aku. Aku akan segera mendapatkan pekerjaan,” jawab Jonas.

Setelah beberapa saat tidak juga berhasil membujuk Jonas untuk menikah dengan anak dari salah satu pemegang saham yang bisa mengembalikan posisi Jonas di Zein Company, akhirnya Rini memilih pergi meninggalkan rumah Jonas dan Elora.

Jonas masih duduk di tempatnya, hanya Elora yang mengantarkan RIni hingga ke depan pintu. “Kau akan segera ditendang! Lihat saja sampai kapan Jonas akan bertahan menjadi pengangguran, dan Jonas tidak akan bisa diterima dimanapun, selain merengek kembali ke keluarga Zein!”

Rini memberikan ancaman kepada Elora, mungkin dia pikir Elora akan takut dengan semua ancamannya. Tapi, Elora hanya menanggapinya dengan senyuman.

“Kau mengejekku?” tanya Rini tidak terima dengan senyuman Elora.

“Tidak sama sekali.”

Setelah kepergian Rini, Elora kembali duduk di sebelah Jonas. Dia melirik ke arah suaminya itu, terlihat Jonas sedang kacau. Dan satu-satunya cara untuk menaklukkannya adalah dengan tubuhnya. Elora mendekat ke arah Jonas, dia memulai melancarkan aksinya dengan mengelus bagian paling sensitif Jonas. Dan tentu saja, jiwa kelelakian Jonas bergejolak.

Di hari yang masih pagi, keduanya menghabiskan waktu untuk berbagi kehangatan.

“Shiit! Papi memata-mataiku,” ujar Jonas setelah keduanya berbaring bersebelahan.

“Apa yang beliau lakukan?”

“Pembantu itu, melaporkan setiap gerak gerikku.”

Elora terdiam, dan sekarang dia baru sadar kalau memang ada yang berbeda dengan pembantu yang bekerja itu. Mereka jarang terlibat pembicaraan, tapi pembantu wanita paruh baya itu memang lebih sering terlihat sedang berbicara di telepon.

“Atau dia juga mengawasiku?” tanya Elora di dalam hatinya.

“Pecat saja,” usul Elora.

“Tidak bisa! Dia sudah dipekerjakan di rumah ini sejak rumah ini berdiri. Dan dia adalah orang kepercayaan Papi.”

“Hmmm.”

Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.

Tok! Tok!

Dan tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu, Jonas dan Elora saling pandang, mungkin keduanya bingung siapa lagi yang datang. Sedangkan rumah ini adalah rumah persembunyian, yang datang pastinya adalah orang-orang yang dikenal.

“Kau lihat siapa yang datang,” perintah Jonas.

“Kalau penjahat gimana?”

“Kau yang mati,” jawab Jonas santai.

“Kau yang jadi tersangka.”

Akhirnya keduanya berjalan bersama menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

“Mencari siapa?” tanya Jonas saat melihat dua orang lelaki bertubuh tegap berdiri didepan pintu rumah mereka.

Jonas tidak mengenal mereka, dan juga merasa tidak pernah tahu siapa mereka.

“Nona Elora.”

“Aku?” tanya Elora bingung saat mendengar kalau dua orang itu mencari dirinya. Dia tidak tahu siapapun di kota ini kecuali para pelanggannya.

Sedangkan Jonas tampak menatap Elora dengan penuh curiga, di dalam pikirannya pasti mengira kalau mereka adalah pelanggan yang Elora layani selama ini.

“Kau memberikan alamatmu kepada mereka?” tanya Jonas.

“Tidak.”

“Terus, mengapa mereka mencarimu?”

“Aku juga gak tahu.”

Elora menatap kedua orang tersebut dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga akhirnya dia menggelengkan kepalanya. Dia mengenal salah satu dari kedua orang tersebut, orang itu adalah orang-orang suruhan papanya, Damian Yugev.

“Ada keperluan apa?” tanya Elora dan masih pura-pura tidak kenal.

“Untuk memberikan ini,” jawab salah satu dari keduanya.

Kedua lelaki itu menyodorkan sebuah dokumen kepada Elora, namun tidak langsung diterima oleh Elora. “Ini apa?” tanya Elora.

“Tuan Damian meminta Nona untuk membacanya sendiri. Atau Nona punya pilihan, kembali kerumah.”

“Damian siapa?” tanya Jonas yang bahkan tidak ingat siapa nama ayah mertuanya.

“Papa Nona Elora.”

“Hah? Kau punya orang tua?” tanya Jonas.

“Ya kali aku lahir dari labu,” jawab Elora.

Elora segera membuka amplop coklat yang diberikan itu. Dan ternyata disana, Damian memberikan sebuah perusahaan kepada Elora untuk dikelola sang anak di kota New Makala.

‘[Kau bisa mengangkat suamimu menjadi pemimpinnya.]’ Damian mengirimkan pesan kepada Elora.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status