Share

Bab 6. Ingin Balas Dendam

“Tidak akan, Pa! Nanti aku akan pulang kalau sudah waktunya. Tapi, beneran Papa gak akan memaksaku menikah lagi, kan? Sekarang aku sudah memiliki suami.”

‘Papa tidak akan pernah merestui hubungan kau dengannya! Kau tidak boleh menikah dengan keluarga penjahat, Elora!’

‘Kau bilang pergi dari rumah akan menemukan jodoh yang baik, tapi apa yang kau dapatkan? Kau hanyalah mendapatkan seorang yang tidak berguna,’ sambung Damian.

“Pa, aku tutup dulu teleponnya.”

Tut!

Elora mematikan panggilannya, dia hanya menggelengkan kepalanya. Sekarang dia tahu, orang tuanya masih peduli kepadanya. Meskipun mereka bilang tidak peduli, nyatanya mereka masih peduli.

“Aku pasti akan kembali, Pa. Tapi, tidak sekarang. Aku akan membuat Jonas berlutut dan jatuh cinta kepadaku. Keluarga Zein, mereka harus tahu siapa lawannya kali ini,” gumam Elora pelan.

“Aku yakin, Jonas akan berlutut di kakiku. Dia hanyalah lelaki kesepian, dan aku akan menemaninya. Aku akan membuatnya ketergantungan kepadaku.” Elora tersenyum. Dia yakin akan bisa menaklukkan Jonas dan membuat lelaki itu merasa membutuhkannya.

Jelas sudah, tujuan Elora masuk ke dalam keluarga Zein adalah untuk membalas dendam. Dia ingin membuat keluarga Zein hancur, seperti yang mereka lakukan dulu kepada keluarganya.

Waktu itu, Elora memang masih sangat kecil dan tidak tahu apa-apa. Dia baru berusia satu tahun ketika keluarganya diburu seperti binatang oleh keluarga Zein, mereka harus melarikan diri dari kematian, hanya karena Theo ingin menghilangkan jejak atas kejahatan yang dia lakukan pada perusahaan milik Damian Yugev.

Mengapa Elora tahu ceritanya? Suatu hari, ketika SMA, dia menyelusup ke ruang kerja Damian untuk mencuri kartu kreditnya yang disita oleh Damian karena dia menghabiskan uang untuk berfoya-foya. Tanpa sengaja dia menemukan dokumen lama, kepemilikan sebuah perusahaan minuman di New Makala. Dan saat Elora pelajari lebih jauh, perusahaan itu sudah berubah nama dan berada dibawah Zein Company. Dia mendesak orang tuanya, dan akhirnya Damian dan Anita Yugev menceritakan semuanya.

Kedua orang tuanya sudah tidak lagi peduli dengan semua itu, toh sekarang mereka sudah membangun beberapa perusahaan di Kota Cappoda, seperti perusahaan makanan beku dan alat-alat rumah tangga. Tapi, Elora masih sempat merasakan hidup mereka begitu menderita, terutama sampai dia tamat SD. Dan itulah mengapa Elora bertekad untuk merebut kembali apa yang menjadi milik orang tuanya.

Pertemuannya dengan Jonas memang hal yang dinantikannya. Dia mencari cara untuk masuk ke keluarga Zein, dia ingin mereka tahu apa yang telah dirasakan keluarganya selama ini. Malam itu, dia berhasil membuat Jonas terkesan dan memilihnya untuk menikah. Ternyata, semuanya tidak begitu sulit.

“Langkah pertama, memisahkan Jonas dari keluarganya. Dan ini sudah berhasil, mari kita lanjut langkah berikutnya, Elora,” ujar Elora berjalan keluar dari kamarnya menuju balkon, mulutnya menyunggingkan senyuman penuh kemenangan.

Cess!

Dia menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam, lalu membuang asap putih itu secara sembarangan. Dan seketika, asap itu menghilang terbawa angin yang berembus dengan tenang.

“Seperti asap ini, dia akan menghilang segera dan tidak terlihat oleh mata, tapi baunya masih menyengat dan menimbulkan sakit tenggorokan. Inilah yang dirasakan Papaku. Mulutnya mengatakan sudah ikhlas dan tidak lagi peduli, tapi hatinya pasti merasa sakit melihat Matheo yang selalu wara wiri di televisi dengan keberhasilan perusahaannya, padahal semua itu hasil merampok.”

“Pa, jangan khawatirkan aku. Aku akan mengembalikan semua milik Papa selama ini,” ujar Elora pelan.

Uhuk!

Elora terbatuk, mungkin karena saking banyaknya asap rokok masuk ke dalam tenggorokannya. Dia menepuk-nepuk dadanya agar nafasnya lebih leluasa.

Dan pada saat itu, Elora melihat mobil Jonas masuk ke halaman rumah. Jonas sudah kembali ke rumah, seharusnya dia pulang sore hari. Tapi hari ini pulang begitu cepat.

Braaak!

Tidak berapa lama, terdengar suara pintu dibanting dengan keras. Lelaki dingin dan cuek itu masuk ke dalam rumah sambil membanting pintu. Elora dengan pergerakan cepatnya, sudah duduk di sofa depan televisi dengan santai, tangannya bermain dengan remote. Dia melirik Jonas yang masuk ke dalam rumah sambil menghela nafas berat.

“Kok cepat sekali pulangnya? Apa kau libur?” tanya Elora basa basi.

“Aku berhenti,” jawab Jonas.

Elora membulatkan matanya. “Berhenti bekerja? Kau dipecat?”

“Iya, Papiku tidak mau menerimaku lagi. Hari ini, dia mengumumkan kalau Marisa yang akan menggantikan posisiku,” jawab Jonas dan memilih duduk di sebelah Elora.

“Brengsek!”

Elora menyodorkan satu botol air mineral kepada Jonas. “Terus apa rencanamu?”

Jonas menggeleng. “Aku tidak memiliki rencana apapun. Saat ini pikiranku kacau, aku tidak pernah mencoba hal lain, sejak tamat kuliah aku hanya fokus di perusahaan Papi.”

Elora mengangguk pelan. Pikirannya tiba-tiba berniat mengajak Jonas pulang ke rumah keluarga Yugev, dengan begitu dia bisa dengan mudah mengatur Jonas.

“Mami akan memohon kepada Papi, agar aku kembali ke perusahaan. Tapi, Mami memintaku menikahi anak temannya,” sambung Jonas.

Elora mendongak, dia tersenyum sinis, ternyata Rini masih saja menggunakan kesempatan itu. Dia benar-benar ingin Jonas menikah dengan wanita pilihannya. “Kau mau?” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status