Share

Bab 5. Elora Amanda Yugev

"Berapa lama perjalanannya?"

"Jangan banyak tanya, nikmati saja!"

Elora heran, mereka sudah berjalan hampir satu jam, tapi belum ada tanda-tanda kalau mereka akan tiba. Entah, kemana Jonas akan membawanya.

"Baiklah."

Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah yang cukup mewah. Namun, itu seperti tempat terpencil. Perumahan, tapi suasananya sangat sepi dan seperti tidak ada penghuni.

"Ini rumahnya?" tanya Elora.

"Iya."

"Rumah atau tempat jin buang anak? Seram banget," gumam Elora saat turun dari mobil. Apalagi rumah mereka berada di blok paling belakang dan sudut. Sebelah kanannya, tidak ada lagi rumah lainnya, hanya pagar tembok yang tinggi. Sebelah kiri? Ada rumah tapi jaraknya cukup jauh, ada tanah kosong yang mungkin bisa di bangun dua rumah lagi. Ditambah lagi rumah itu tidak ada pagarnya. Karena pagar sekaligus seluruh perumahan, di gerbang depan, ada sekuriti yang berjaga.

Ceklek!

Pintu dibuka, aroma rumah kosong begitu kental. Meskipun semua perlengkapan di dalamnya sudah ada. 

"Ini rumah siapa?" tanya Elora lagi.

"Rumah pengasingan bagi keluarga Zein jika mau menenangkan diri."

"Mengapa kita kesini?"

"Papi yang minta!"

"Anak Papi," kekeh Elora.

"Diam!"

Elora hanya merengut dan mengikuti langkah kaki Jonas memasuki rumah tersebut. Benar saja, di dalamnya sudah lengkap dengan semua perlengkapan, juga rumah ini terlihat sangat terawat.

"Kita akan tidur di kamar terpisah. Terserah kau mau dikamar yang mana. Tapi, kamar itu milikku," ujar Jonas sambil menunjuk sebuah kamar di samping kirinya. Mungkin itu adalah kamar utama rumah tersebut.

"Aku diatas," jawab Elora.

Jonas tidak melarang ketika melihat Elora membawa kopernya naik ke atas. Dia merasa terbebas dari pernikahan palsu itu. Sekarang, mereka menjadi diri sendiri.

Elora menatap ke sekeliling dari jendela kamarnya, perumahan itu seperti tidak berpenghuni. Tidak ada orang yang lalu lalang disana, entah untuk apa mereka membeli rumah disana. Apakah benar untuk mengasingkan diri?

“Mengapa mereka membeli rumah disini? Apakah ini benar-benar untuk menenangkan diri, atau untuk bersembunyi?” tanya Elora pada dirinya sendiri.

Hari-hari berlalu, hidup Elora seperti sedang terisolasi. Hidup di dalam perumahan mewah, tapi tidak ada seorangpun yang dia kenal, kecuali seorang pembantu yang datang dan pergi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Kring! Kring!

Suara deringan ponsel mengagetkan Elora, dia melirik layar ponselnya heran siapa yang menelponnya. Yang dia tahu, dia sudah memblokir semua nomor pelanggannya ketika dia bertemu dengan Jonas dan sudah membuang nomor yang dia gunakan untuk pekerjaan singkatnya itu. Dan juga, ponselnya sudah diatur hanya nomor yang dikenal yang bisa menelponnya.

“Papa?” tanya Elora mengernyitkan keningnya saat melihat kalau Damian Yugev, ayahnya, yang menelpon.

Sejak setahun kepergiannya, Damian tidak pernah menghubunginya. Seperti yang Damian katakan ketika Elora pergi, “Jangan pernah kembali jika kau memang merasa hebat. Anggap saja kami sudah mati.” Tapi, kini Damian sendirilah yang menelponnya.

“Halo,” sapa Elora.

“Dimana kau? Apa yang kau lakukan?” tanya Damian memberondongnya dengan pertanyaan.

“Dirumah suamiku,” jawab Elora santai.

“Apa yang kau lakukan? Apa kau tahu keluarga yang kau masuki?”

“Tahu. Ini adalah keluarga Zein, salah satu orang terkaya di New Makala. Kok papa bisa tahu aku disini?” tanya Elora menyelidik.

“Jangan gila, Elora! Pulanglah ke rumah di Cappoda! Kau dalam bahaya!”

Suara Damian terdengar panik, dia mengkhawatirkan anak semata wayangnya itu. Dia yang baru saja menerima sebuah foto dan juga link sebuah berita pagi ini. Itu adalah foto pernikahan Elora dan berita yang memuat tentang pernikahan anak lelaki satu-satunya keluarga Zein. Tidak salah lagi, Elora menikah dengan salah satu dari keluarga Zein.

Itulah yang membuat Damian menghubungi Elora, karena sebenarnya ada kisah kelam antara keluarga Zein dan keluarga Yugev. Dimana dulunya, kedua keluarga memiliki hubungan yang cukup dekat. Namun, dua puluh lima tahun lalu, Theo Zein mengkhianati Damian Yugev, tidak sampai disitu, Theo juga merebut semua harta yang dimiliki keluarga Yugev, bahkan berniat membunuhnya. Namun, Theo beserta istri dan anaknya, Elora, berhasil kabur dari New Makala, hingga akhirnya memilih menetap dan perlahan bangkit di Kota Cappoda.

“Aku baru saja memulainya, Pa,” jawab Elora santai.

“Apa yang akan kau lakukan? Jangan nekad, Elora!”

“Aku akan merebut kembali apa yang menjadi milik kita selama ini! Mereka harus mengembalikan yang bukan haknya.”

“Elora, jangan lakukan apapun. Biarlah itu menjadi tugas Papa, kau pulang saja ke rumah. Papa tidak akam memaksa kau menikah lagi,” ujar Damian melunakkan suaranya, Damian mengalah demi membujuk Elora agar pulang.

Elora menggeleng. "Belum saatnya, Pa."

"Elora, pulang!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status