“Mengapa menatapku seperti itu?” tanya Elora kepada Jonas yang tampak melihatnya dengan pandangan intens.
“Kau orang kaya?”
“Nggak!”
“Tapi, orang tuamu memberikan kau perusahaan ini. Terus kalau bukan orang kaya, orang apa? Dimana orang tuamu berada?” tanya Jonas mencecar Elora dengan pertanyaan.
Dan sebenarnya lebih banyak lagi pertanyaan yang akan Jonas ajukan kepada Elora, apalagi kalau mengingat bagaimana pertemuan mereka. Jonas mengenal Elora karena dia menjual tubuhnya dan Jonas adalah pelanggannya.
Namun, apa yang dia dapatkan sekarang? Orang tua Elora memberikan perusahaan kepadanya, tepat di saat dia di depak dari keluarga Zein.
“Mengapa kau bilang kalau kau tidak punya orang tua? Mengapa saat kita menikah mereka tidak hadir?” tanya Jonas lagi.
Elora menatap Jonas dengan bibir menganga. Jonas yang selama ini dia tahu sangat pelit dan hemat dalam bicara, sekarang entah pertanyaan yang mana yang harus dia jawab. Setiap kata yang keluar dari mulut Jonas adalah pertanyaan.
“Kau mau aku jawab yang mana?” tanya Elora santai dan menyimpan kembali dokumen itu ke dalam amplop dan meletakkannya di atas meja.
Setelah dia pikir-pikir, Damian selama ini tidak lagi memiliki aset di New Makala, itu artinya Damian baru saja membeli atau mengakuisisi perusahaan itu. Dan Elora merasa sekarang kalau Damian mendukung rencananya.
“Jawab semuanya.”
“Aku bahkan lupa apa yang kau pertanyakan.”
“Jangan mengelak, jawab saja aku!”
“Aku pergi dari rumah, aku berasal dari Cappoda. Dan orang tuaku baru tahu kalau aku disini, mungkin mereka kasihan melihat anaknya menderita memiliki suami pengangguran maka diberilah sebuah perusahaan,” jawab Elora.
Elora menatap kearah Jonas sambil tersenyum. “Apakah jawaban itu memuaskan?”
“Aku tidak percaya,” ujar Jonas sambil menggeleng.
Jonas merasa jawaban itu terlalu di buat-buat. Dan sedikit janggal rasanya kalau orang tua tahu keberadaan anaknya dan dibiarkan menikah dengan mengakui tidak memiliki orang tua.
“Hubunganku dengan Papa dan Mama tidak baik. Mereka memaksaku menikah dengan lelaki pilihannya yang tidak aku cintai. Aku tidak menginginkan pernikahan dengan orang yang tidak aku cintai, apalagi itu pilihan orang tuaku,” sambung Elora.
“Apa kau mencintaiku?” tanya Jonas.
“Hah?”
“Kau bilang, kau tidak mau menikah dengan orang yang tidak kau cintai. Mengapa kau menikah denganku? Itu artinya kau mencintaiku?”
Elora menghela nafas berat. “Denganmu itu berbeda, aku mendapatkan keuntungan meskipun tidak mencintaimu. Dan juga, meskipun aku tidak mencintaimu, tapi ini adalah pilihanku sendiri bukan pilihan orang tua.”
“Kau berbohong.”
“Tidak ada kebohongan dari semua yang aku katakan. Ais, seharusnya aku tidak menceritakan ini, kalau begini artinya kita sudah melanggar perjanjian, terutama kau. Karena kau terus mendesak dan ingin tahu!” kesal Elora.
Jonas tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Elora, baginya jawaban Elora itu sama sekali belum memberikan dia kepuasan. Dia masih merasakan ada yang janggal dari setiap kata yang diucapkan oleh Elora.
Padahal semua yang Elora katakan itu benar, dia memang sengaja ingin menikah dengan Jonas. Bukan karena dia mencintainya, tapi karena dia ingin membalas dendam sakit yang dirasakan keluarganya atas perbuatan keluarga Zein.
“Sejak tadi kau tidak pernah menyebutkan siapa orang tuamu.”
“Di dokumen pernikahan juga sudah ada, nama papaku Damian, dan Mamaku Anita,” jawab Elora.
Kembali lagi Jonas menggelengkan kepalanya. “Bukan itu yang aku maksud, siapa sebenarnya orang tuamu? Apakah mereka pengusaha yang aku kenal?”
Jonas menyelidik, dia ingin tahu siapa orang tua Elora. Apalagi perusahaan yang diberikan oleh Damian itu adalah perusahaan yang memproduksi kebutuhan sehari-hari, seperti sabun mandi, shampo, deterjen dan lain-lain. Dan produk tersebut dimiliki oleh salah satu anak perusahaan dibawah naungan Zein Company, itu artinya mereka akan bersaing dengan Zein.
“Orang tuaku hanyalah orang biasa, mungkin secara kebetulan saja mereka memiliki modal. Di Cappoda, orang tuaku hanyalah penjual kebutuhan rumah tangga. Dan kau pasti tahu, setiap rumah tangga memiliki kebutuhan, itulah makanya orang tuaku memiliki uang. Orang tuaku tidak terkenal, kau tidak mungkin mengenalnya,” jawab Elora.
Jonas menghela nafas berat, masih sulit dipercaya. Namun, dia juga merasa mereka butuh pekerjaan, karena jika tidak maka dia akan dipaksa kembali ke Zein dan harus menikah dengan pilihan orang tuanya.
“Terserah kau mau percaya atau tidak. Yang pasti jika kau mau, kau bisa bergabung denganku untuk membuat perusahaan ini maju,” ucap Elora yang segera pergi meninggalkan Jonas yang masih terdiam di tempat duduknya.
"EL Company?"Gumam Jonas saat mereka tiba di perusahaan yang diberikan Damian. Iya, dia memilih untuk menerima tawaran Elora."Selamat datang, Pak, Bu." Beberapa karyawan menyambut kedatangan mereka. Hari ini adalah hari pertama Elora dan Jonas bekerja. Entah sebelumnya siapa yang memimpin perusahaan itu."Ini adalah Jonas, CEO baru disini," ujar Elora setelah dia memperkenalkan diri hanya sebagai Komisaris. Dan Jonas lah yang dipercaya untuk memimpin perusahaan."Hai pak Jonas, saya Cindy, sekretaris CEO," sapa seorang perempuan muda dengan gaya centilnya. "Iya, mohon kerjasamanya," jawab Jonas.Sedangkan Elora dia hanya tersenyum miring, dia tahu kalau Cindy sepertinya wanita yang lebih murahan. Jelas-jelas Elora selain mengenalkan Jonas sebagai CEO, dia juga memberitahukan kalau Jonas adalah suaminya. Tapi, Cindy masih saja bersikap genit.Kebetulan, jarak antara rumah mereka ke perusahaan tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit. "Ruanganmu dimana?" tanya
“Siapa yang kau teriakan? Lihatlah tidak ada orang!”“Tadi, ada orang disana. Dia sedang mengawasi rumah ini, Jonas!”“Sekarang lihat, apa ada?” tanya Jonas.Elora berdiri di ambang pintu, matanya menelusuri tanah kosong di sebelah rumahnya. Dia tidak menemukan apa-apa di sana, hanya embusan angin malam yang lembut membelai wajahnya. Sosok yang tadi sempat berlari melewati lahan kosong itu sudah menghilang entah ke mana. Tak ada jejak, hanya kesunyian malam yang menyelimuti.“Elora, masuk sekarang!” Jonas mendekat, suaranya tajam dan tegas, tatapan matanya tak kalah tajam. “Kamu nggak bisa sembarangan keluar di malam seperti ini. Kita nggak tahu apa bahaya yang ada di luar sana. Kau tidak mengenali lingkungan ini.”Elora berbalik dan tertawa kecil, nada suaranya mengejek. “Jonas, kau penakut sekali. Aku cuma penasaran. Siapa kira-kira yang berani mengirim mata-mata ke sini? Apa jangan-jangan kau tahu siapa yang sedang memata-matai kita?” tanya Elora.“Jangan sembarangan berbicara!” uj
Keesokan paginya..."Aku harus memeriksanya lagi," gumam Elora sembari keluar dari kamarnya.Elora masih dihantui perasaan penasaran tentang tanah kosong di samping rumahnya. Dia yakin semalam ada seseorang disana, memantau gerak-geriknya. Dengan langkah hati-hati, dia melangkah keluar rumah dan menuju area tersebut. Matanya menyapu pepohonan yang rindang, mencari tanda-tanda keberadaan manusia. Tepat saat dia melewati semak-semak, pandangannya tertumbuk pada ranting-ranting yang patah—jelas bekas terinjak."Pasti disini," ujar Elora mencoba berdiri di atas ranting itu dan mengedarkan pandangannya.Tepat sekali, tempat dimana dia berdiri sekarang itu mengarah ke kamarnya. Disana, bisa melihat dengan jelas, apalagi kalau dia berdiri di balkon."Shiit! Aku yang dia mata-matai! Siapa sebenarnya? Apakah Papa? Ataukah dari keluarga Zein?" tanya Elora pelan.Jika Jonas mengatakan orang yang bisa masuk ke komplek itu hanyalah yang punya akses. Bagaimana orang suruhan papanya? "Apakah Papa p
Di kantor EL Company...Jonas duduk di ruangannya yang luas, mengamati tumpukan berkas di atas meja. Ternyata EL Company adalah perusahaan yang baru diakuisisi, dan Jonas dipekerjakan untuk memperbaiki operasional dan meningkatkan penjualan. Perusahaan ini memiliki beberapa produk seperti sabun dan sampo, namun selama ini produknya tidak begitu terkenal di pasar."Dan proses akuisisi begitu cepat. Siapa sebenarnya orang tua Elora?" tanya Jonas.Dia menghela nafas panjang, lalu mulai membuka berkas yang berisi detail produk. “Sabun herbal, shampo anti-ketombe... kualitasnya lumayan, tapi branding-nya lemah,” gumamnya sambil mempelajari rincian lebih dalam."Dan melihat dari caranya menatap prospek, sepertinya beliau adalah pebisnis handal. Dia tahu perusahaan ini berpotensi untuk maju."Jonas tahu betul bahwa jika dia ingin membuat EL Company bersaing dengan raksasa seperti Zein Company—perusahaan keluarganya yang terkenal di seluruh negeri—dia harus bekerja ekstra keras. Sambil berpi
"Rasanya aku seperti dalam penjara saja!" kesal Elora saat mereka sedang menghabiskan sarapan."Aku ingin pindah!" sambung Elora ketika Jonas tidak memberikan respon apapun. Lelaki itu malah sibuk dengan ponsel di tangannya."Terserah." Jonas hanya melontarkan kata-kata singkat yang mengambang.Hari-hari berlalu dengan cepat, dan tanpa terasa sudah enam bulan sejak Jonas dan Elora mengikat janji suci sebagai suami istri. Jonas sibuk dengan pekerjaannya di EL Company, sementara Elora dia lebih banyak dirumah, hanya sesekali datang ke perusahaan."Siang ini aku akan ke kantor!" ujar Elora ketika Jonas baru saja masuk ke mobilnya."Nanti sopir yang jemput.""Oke."Elora menikmati secangkir teh di teras rumah, menikmati keheningan sambil sesekali melihat keluar.Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di depan rumah mengganggu lamunannya. Elora menoleh dan mendapati sosok wanita yang tidak asing baginya—Rini Zein, ibu mertuanya."Dia lagi," sungut Elora.Rini datang dengan langkah mantap, wajah
"Selamat ya."Ucapan selamat berdatangan diberikan kepada Elora dan Jonas yang baru saja melangsungkan pernikahan mereka.Keduanya beberapa menit lalu sudah sah menjadi suami istri.Pesta sederhana itu dihadiri oleh keluarga dan juga beberapa orang saja. Dan pastinya tidak satupun dikenal oleh Elora.Tepat saat matahari berada diatas kepala, semua acara berakhir. "Selamat datang di keluarga Zein," ucap Jonas ketika dia dan Elora sudah berada di kamar."Thank you."Elora Amanda Yugev, dia adalah putri tunggal dari pasangan Damian Yugev dan Anita Yugev, pengusaha kaya raya di negeri ini. Namun, dia meninggalkan keluarganya hanya karena menolak dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dia tahu, pernikahan yang diatur orang tuanya itu hanyalah sebuah penyambung transaksi bisnis.Elora pergi dari rumah dan menjalani kehidupan bebas dan bekerja sebagai gadis malam melalui aplikasi pencari jodoh. Di sanalah dia bertemu Jonas Ghavara Zein. Pria 32 tahun yang merupakan pewaris keluarga
Byuur!"Shiiit! Apaan ini?"Guyuran air dingin mengenai wajah Elora, saat dia sedang duduk di depan kolam renang halaman belakang rumah keluarga Zein.Seminggu sudah pernikahannya dengan Jonas, dan saat ini Jonas sudah kembali bekerja seperti biasa. "Air untuk membersihkan tubuhmu yang kotor!" jawab suara dari belakang.Dan seketika Elora melihat ke sumber suara, di belakangnya berdiri Rini dan Marisa sambil bersedekap dada menyunggingkan senyuman sinis.Elora menghela nafas berat, rasanya ingin sekali dia mengobrak abrik kedua manusia itu dengan tanpa hati. Tapi, dia menahan dirinya. Dia ingin menjalani kehidupan normal tanpa tekanan. Itulah alasan dia memilih menerima pinangan Jonas, dia pikir hidupnya akan berubah menjadi lebih baik. Namun, ternyata masalah baru yang muncul."Kenapa? Mau protes? Harusnya itu air lumpur, tapi di rumah ini tidak ada lumpur jadi air es aja," ujar Marisa."Terima kasih, kalian benar-benar peduli," jawab Elora tersenyum miring."Dasar tidak tahu malu!
“Siapa yang Mami usir?”Sontak saja semua mata melihat ke sumber suara, dan disana berdiri Jonas dengan tatapan menyelidik. Dia yang tadinya sudah pergi ke kantor, harus kembali lagi ke rumah karena ada sesuatu yang tertinggal. Namun, dia malah mendengar Rini mengusir istrinya.Meskipun pernikahan Jonas dan Elora hanyalah sebuah pernikahan kontrak, tapi tidak ada yang tahu akan hal itu. Hanya mereka berdua yang tahu. Dan jika Rini mengusir Elora, itu artinya Jonas harus ikut. Bagaimanapun dia tidak mau menunjukkan di depan orang tuanya tentang status mereka, karena itu akan membuat orang tuanya kembali mencarikan jodoh untuknya. “Jonas, kenapa kau kembali?”tanya Rini dengan kikuk. “Ada yang ketinggalan. Jadi, siapa yang Mami usir?” Jonas mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh Rini.“Elora merusak tanaman Mami, Jonas. Lihatlah, tanaman itu sangat mahal dan dia menghabiskan daunnya,” jawab Rini sambil menunjuk tanaman yang tadi habis di pruning oleh Elora.“Kan Mami yang suruh