Hari-hari berlalu dengan tenang di rumah besar milik Matheo Zein ini. Elora masih bertahan di sana, mengisi waktu dengan rutinitas harian yang terkadang membosankan. Rumah besar itu selalu terasa sepi, dia benar-benar seperti hidup dalam pengasingan. Namun, rasa penasaran Elora tak pernah padam, terutama tentang apa yang sebenarnya direncanakan Matheo, atau yang biasa dipanggil Theo, memiliki rumah ini.Lantai tiga di rumah itu menjadi area terlarang. Tak seorang pun, termasuk Jonas, pernah membicarakannya. Sejak awal kedatangannya disana, Jonas dengan tegas mengatakan larangan Elora kesana."Papa datang?""Iya."Malam itu, tiba-tiba Theo datang ke rumah bersama dengan sekretarisnya, Erina. Elora mengamati mereka dari kejauhan ketika mereka berjalan masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Theo dan Erina langsung menuju ke lantai tiga, seolah-olah lantai itu adalah tempat khusus yang hanya mereka berdua yang tahu. "Ada apa sebenarnya disana?" tanya Elora.Rasa ingin tahu Elora sem
"Baru hari ini rasanya begitu cerah selama tinggal disini," gumam Elora.Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui jendela ruang tamu rumah besar yang ditempati Elora dan Jonas. Elora masih terduduk di sofa, senyum tipis menghiasi bibirnya. Pikirannya berputar cepat, merencanakan langkah-langkah berikutnya. “Apa yang kau lakukan pagi-pagi disini dan senyum sendiri. Kau sudah gila?” suara Jonas tiba-tiba terdengar di belakangnya. Elora mendongak, menatap suaminya yang berdiri dengan wajah bingung. Dia menggeleng pelan. "Hanya sedang mau tersenyum.""Dasar gila."“Papamu sudah pergi lagi?” tanya Elora, meskipun sudah tahu jawabannya. Jonas hanya menghela nafas panjang dan mengangguk.“Ya, seperti biasa. Dia selalu datang dan pergi tanpa memberitahu kita. Dan kau tidak perlu pikirkan itu,” jawab Jonas datar. "Aku hanya takut dikatakan menantu durhaka.""Sejak kapan kau peduli?""Sejak malam ini."Jonas menatap Elora penuh selidik. "Jangan macam-macam."Elora hanya tersenyum simpul
"Siapa dia sebenarnya? Kok dia bisa terjun ke perusahaan selihai ini?" tanya Jonas lebih kepada dirinya sendiri.Jonas masih berdiri di ambang pintu kantornya, memandangi punggung Elora yang baru saja pergi setelah memberikan instruksi yang tegas. "Kenapa dia begitu terburu-buru?" gumam Jonas, sambil melangkah menuju mejanya. Elora memang keras kepala dan ambisius, tapi Jonas tahu istrinya punya rencana yang lebih besar daripada sekadar mencari investor untuk EL Company. Jonas tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa Elora menyembunyikan sesuatu.Di satu sisi, Jonas mengakui bahwa perusahaan mereka memang membutuhkan dana segar untuk pengembangan produk sabun dan sampo. Kompetisi semakin ketat, dan jika EL Company tidak segera melakukan inovasi besar-besaran, mereka akan tertinggal jauh. Tapi kenapa harus Cess Company?Jonas tahu perusahaan itu memiliki sejarah panjang dalam bisnis yang sama, tapi ada reputasi yang kelam di balik kekuasaan Cess. Anthony, CEO mereka, terkenal sebagai
Disisi lain..."Bukankah itu putranya Matheo?" tanya Anthony kepada Raymond."Iya, Pak.""Hahaha. Sepertinya wanita itu menjebakku, dia menantunya Matheo. Dia ingin menghancurkanku," kekeh Anthony.Raymond tampak sibuk dengan tab di tangannya. "Tapi, menurut info hubungan Matheo dan anaknya sedang kacau. Karena mereka tidak merestui wanita itu menjadi menantunya.""Kenapa?""Dia seorang wanita malam," bisik Raymond.Anthony Cess hanya tersenyum dan melangkah dengan santai keluar dari EL Company.Elora dan Jonas sudah tiba dirumah mereka."Elora, kita perlu bicara," kata Jonas dengan nada dingin saat istrinya melepas sepatunya.Elora mengangkat alis, sedikit terkejut dengan nada suara Jonas. "Ada apa? Kau terlihat tegang."Tanpa menjawab, Jonas berdiri dan melangkah mendekat. Dia meraih pergelangan tangan Elora dengan cepat, membuat wanita itu tersentak."Ikut aku ke kamar," katanya dengan nada tegas.Elora tidak melawan, hanya mengikuti langkah suaminya yang penuh tekanan. Mereka berd
Dirumah keluarga Zein...Malam itu suasana terasa tegang. Di dalam ruang kerjanya, Matheo Zein duduk dengan wajah memerah, matanya tajam menatap layar laptop di depannya. Di sana, terbuka sebuah laporan yang baru saja ia terima dari Kevin."Jonas..." gumamnya.Kevin melaporkan kalau Cess Company akan berinvestasi di perusahaan yang dipimpin Jonas. Sebuah keputusan yang dianggap Matheo sebagai ancaman serius. Dengan marah, ia mengepalkan tinjunya di atas meja kayu besar yang sudah bertahun-tahun menjadi saksi segala rencananya."Jonas berani menentangku?" gumam Matheo dengan nada rendah namun penuh amarah. "Apa dia mau menyaingiku? Apa dia pikir bisa mengalahkanku dengan bantuan Cess Company?"Matheo berdiri dan berjalan dengan langkah berat ke arah jendela besar yang menghadap taman belakang. Malam yang biasanya memberikan ketenangan, kini tak bisa meredam emosi yang bergejolak di dadanya. Pikirannya penuh dengan rasa dikhianati dan frustasi.Di saat itulah, tanpa disadari, Rini, istr
"Mami!" panggilnya."Miiii!"Bunyi tubuh yang jatuh berguling di tangga membuat Matheo Zein terperanjat. Matanya melebar saat melihat Rini, istrinya, menggelinding tak terkendali menyusuri tangga rumah mereka.Tubuh Rini menghantam setiap anak tangga dengan bunyi yang memekakkan telinga. Matheo bergegas maju, mencoba meraih istrinya, namun tangannya tak cukup cepat untuk menangkap tubuh yang terjatuh dengan begitu cepat."Rini!" teriaknya, suaranya serak dan penuh ketakutan.Namun, sebelum ia bisa menghentikan kejadian itu, tubuh Rini sudah tergeletak di dasar tangga, tidak bergerak. Darah mulai terlihat merembes dari kepala Rini, mengalir dengan cepat ke lantai. Matheo berdiri membeku, wajahnya pucat. Nafasnya tersengal-sengal. Ia baru saja menyaksikan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi."Tidak... Tidak!" desisnya pelan, kepanikannya semakin memuncak. "Ini tidak mungkin! Aku tidak sengaja!"Dengan tubuh yang gemetar, Matheo berlari menuruni tangga, mendekati Rini. Tang
Kring! Kring!Ponsel Jonas menjerit-jerit di pagi buta. Dia meraihnya dari atas nakas dengan malas."Mami dirumah sakit jatuh dari tangga!"Tut!Suara Matheo tanpa basa basi setelah Jonas menjawab panggilan itu."Hah?"Akhirnya Jonas dan Elora tiba di rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Mereka berjalan cepat menuju ruang rawat perawatan Rini setelah menerima kabar dari Matheo. "Kau yakin dia akan baik-baik saja?" tanya Elora, suaranya penuh kekhawatiran meski hubungannya tidak baik, tapi Elora belum memulai tidak ada yang boleh mati, itu pikiran Elora.Jonas, yang wajahnya tegang, mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pikirannya bercampur aduk. Meski hubungan antara dirinya dan ibunya sering kali tidak harmonis, dia tidak bisa memungkiri bahwa dia tetap peduli. Rini adalah ibunya—orang yang membesarkannya meskipun dengan segala kekerasan hati dan kontrol yang seringkali membuatnya frustasi.Mereka tiba di lantai ruang perawatan tempat Rini yang sudah dipindahkan ke kam
Di ruang rawat rumah sakit yang tenang, suasana berubah menjadi tegang ketika Rini berbaring di ranjang, senyum sinis tersungging di bibirnya. Matanya tajam memperhatikan reaksi Jonas yang berdiri di sisi ranjang, terpaku. “Kenapa? Kau terkejut?"Amarah Jonas perlahan mulai mendidih. “Apa yang Mami katakan?” tanyanya dengan suara rendah namun penuh kemarahan yang tertahan."Ulangi sekali lagi, Mi."Rini menatap anaknya, matanya berbinar penuh kemenangan, seperti menikmati setiap detik dari reaksi putranya. “Dia marah padaku, dan aku tersungkur dari tangga. Untung saja aku masih hidup.”Jonas menggeram, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin ayahnya melakukan hal sekeji itu? Meskipun hubungan antara dia dan Matheo selalu tegang, tak pernah terpikirkan bahwa ayahnya bisa melakukan tindakan sebrutal itu terhadap istrinya sendiri.Ceklek!Saat itu, pintu kamar terbuka dan Matheo masuk ke dalam ruangan. Wajahnya terlihat santai, tapi belum sempat dia membuk
Jonas tak pernah menyerah untuk mendekati Elora. Setelah membantunya melawan Raymond, ia sadar bahwa cintanya pada Elora tak pernah padam. Namun, ia tahu bahwa memperbaiki kepercayaan yang telah hancur tidaklah mudah.Setiap minggu, Jonas menyempatkan diri mengunjungi EL Company, tidak dengan niat mengganggu, tetapi untuk menunjukkan dukungannya. Ia datang dengan membawa ide-ide baru untuk bisnis, atau sekadar menawarkan bantuan jika Elora membutuhkan.“Aku tidak meminta kau untuk langsung menerimaku kembali, Elora,” kata Jonas suatu hari saat mereka sedang berdiskusi di ruang rapat. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada disini, siap membuktikan bahwa aku bukan seperti Papi.”Elora menatapnya, matanya penuh keraguan namun juga kehangatan yang ia coba sembunyikan. “Aku tidak tahu, Jonas. Luka ini terlalu dalam. Butuh waktu untuk menyembuhkannya.”“Aku punya seumur hidup untuk menunggu,” balas Jonas dengan senyum kecil.Hubungan mereka mulai membaik, meski perlahan. Elora tidak lagi m
Elora menatap Jonas yang berdiri di depannya. Wajah pria itu penuh tekad, meskipun garis-garis kelelahan terlihat jelas. Jonas masih pria yang sama, penuh semangat melindungi orang-orang yang ia sayangi.“Aku tahu kau mungkin membenciku sekarang, Elora,” ujar Jonas perlahan, suaranya bergetar. “Tapi aku tidak bisa hanya diam melihat kau dihancurkan seperti ini.”Elora menghela nafas panjang. Ia ingin menolak, ingin mengatakan bahwa ia cukup kuat untuk mengatasi semuanya sendiri. Namun, ia tahu kenyataannya berbeda. Ia tidak mengenal Raymond sedalam Jonas, dan ancaman dari lelaki itu semakin nyata.“Aku tidak membencimu, Jonas,” akhirnya Elora menjawab. “Aku hanya tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi.”Jonas tersenyum tipis. “Aku tidak meminta kepercayaanmu. Aku hanya ingin membantumu. Kau tahu aku bisa.”Setelah beberapa detik hening, Elora mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi ini tidak berarti aku melupakan masa lalu.”Jonas segera mengambil langkah. Ia menggunakan jaringan lama
Kehidupan Elora yang semula berjalan stabil kembali diusik oleh kejahatan tak terduga. Setelah penolakan tegasnya terhadap Raymond, sebuah video tak senonoh tiba-tiba muncul di media sosial. Video itu diklaim sebagai bukti bahwa Elora pernah bekerja sebagai gadis malam, sesuai rumor yang selama ini mengintainya. Elora mendapati video itu saat sedang berada di kantor. Damian, yang mengetahui berita tersebut lebih dulu, langsung bergegas ke kantornya. "Elora, kau harus melihat ini," ujar Damian dengan wajah serius, menunjukkan ponselnya. Elora menatap layar ponsel itu dengan alis berkerut. Ia melihat video seorang wanita yang wajahnya sengaja disamarkan, tetapi dengan narasi dan bukti palsu yang membuatnya terlihat seperti dirinya. “Itu bukan aku!” tegas Elora, suaranya bergetar. Damian menggenggam bahu Elora. “Aku tahu itu bukan kau. Tapi kita harus bertindak cepat. Ini fitnah yang serius.” Video itu menyebar seperti api. Media-media gosip segera mengambilnya sebagai bahan berita
Kerjasama antara Elora Yugev dan Mr. Donovan membawa EL Company ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan investasi besar dan pengalaman Donovan di dunia bisnis, Elora berhasil mengimplementasikan strategi-strategi inovatif yang membuat perusahaannya menjadi sorotan di pasar. EL Company kini tidak hanya dikenal di dalam negeri tetapi juga mulai menarik perhatian internasional."Kerja kerasmu luar biasa, Elora," ujar Donovan suatu pagi di ruang rapat. "Aku jarang melihat seseorang dengan dedikasi seperti ini. Kau benar-benar mengubah arah perusahaan ini.""Terima kasih, Mr. Donovan," jawab Elora sambil tersenyum. "Namun, ini semua tidak mungkin tanpa dukungan Anda."Donovan tersenyum tipis. "Aku hanya membuka jalan, sisanya adalah hasil usahamu."Sementara itu, Damian Yugev kembali membuktikan kapasitasnya sebagai seorang pemimpin. Setelah beberapa bulan membangun kembali jaringan dan memanfaatkan nama baiknya, ia berhasil mendirikan sebuah perusahaan baru yang mulai mencuri perhatian."Sia
Kehidupan keluarga Yugev perlahan kembali berjalan normal setelah badai panjang yang mereka hadapi. Damian Yugev memulai kembali dari nol. Meskipun pernah menjadi salah satu pebisnis terbesar di masanya, ia kini harus menata ulang segalanya sebagai pebisnis pemula. Tidak mudah, tetapi Damian adalah sosok yang pantang menyerah."Papa, Papa pernah di atas," kata Elora saat makan malam bersama Damian dan Anita di rumah mereka yang sederhana namun nyaman. "Aku yakin Papa bisa kembali ke sana."Damian tersenyum, menatap putrinya dengan penuh haru. "Papa sudah pernah merasakan kehilangan segalanya, Nak. Kalau sekarang harus memulai dari nol, itu tidak masalah. Yang penting, kita masih punya keluarga."Anita Yugev, meskipun masih trauma dengan apa yang mereka alami, perlahan mulai menemukan ketenangan. Ia tidak lagi hidup dalam bayang-bayang ketakutan akan keluarga Zein. Kehancuran Matheo dan keluarganya menjadi akhir dari mimpi buruk yang selama ini menghantui mereka.Elora kini menjadi sor
Dunia bisnis kembali digemparkan. Setelah bertahun-tahun penuh dengan intrik dan manipulasi, akhirnya kejahatan yang dilakukan Matheo Zein terhadap keluarga Yugev terungkap ke publik. Penyidikan panjang, didukung oleh bukti-bukti yang Elora bawa, mengungkapkan bahwa kebangkrutan dan kecelakaan yang menimpa Damian Yugev bukanlah kecelakaan biasa. Semua itu adalah hasil dari rencana kejam Matheo untuk merebut kekayaan keluarga Yugev dan menghapus jejak mereka dari dunia bisnis.Damian Yugev, yang dulu dihancurkan namanya, kini mendapatkan keadilan. Pengadilan memutuskan Matheo bersalah atas serangkaian kejahatan, termasuk penggelapan, pemalsuan dokumen, dan percobaan pembunuhan. Hukuman berat dijatuhkan, dan reputasi keluarga Zein yang selama ini dijaga dengan penuh manipulasi hancur dalam sekejap.Keputusan pengadilan memicu reaksi berantai. Para investor yang sebelumnya percaya pada keluarga Zein mulai menarik diri dari perusahaan mereka, tak ingin terlibat dalam skandal besar ini. S
Kantor EL Company dipenuhi dengan hiruk-pikuk aktivitas. Elora duduk di kursi eksekutifnya, tampak tenang meski banyak yang tahu betapa sibuknya pikirannya. Kemenangan yang baru diraih masih menjadi perbincangan hangat di media, tetapi bagi Elora, itu hanyalah salah satu langkah dari rencana panjangnya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Jonas muncul, wajahnya penuh dengan campuran rasa bersalah dan tekad. Ia tampak lebih tua dari terakhir kali Elora melihatnya, seolah-olah beban hidup mulai menghancurkan pria yang dulu begitu percaya diri itu.“Elora,” katanya dengan suara parau. Ia berdiri di ambang pintu, tak berani melangkah lebih jauh. “Bisakah kita bicara?”Elora memandangi Jonas dengan tatapan datar. “Kalau kau datang untuk memohon, aku rasa kau membuang waktumu. Kau sudah membuat pilihan, Jonas. Dan aku bukan pilihan itu.”Tapi Jonas tidak menyerah. Ia masuk lebih dalam ke ruangan itu, menutup pintu di belakangnya. “Aku salah, Elora. Semua yang aku lakukan adalah kesalahan.
Kehebohan yang ditimbulkan oleh kembalinya Elora ke dunia bisnis bukan hanya mengguncang dunia usaha, tetapi juga mengguncang kehidupan pribadi keluarga Zein. Dalam sekejap, kehidupan mereka berubah menjadi sorotan media. Wartawan mengepung rumah dan kantor mereka, sementara berita tentang pengembalian Elora ke EL Company membuat judul-judul utama di surat kabar.Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Jonas telah menikah lagi dengan Bianca setelah mengumumkan kematian Elora, semakin memperburuk citra keluarga Zein.Elora, di sisi lain, tampaknya menikmati setiap momen dari kehebohan ini. Dia berdiri tegak di depan layar televisi, menyaksikan pemberitaan tentang dirinya, sambil tersenyum lebar. Di matanya, semuanya berjalan sesuai rencana. Setelah bertahun-tahun berada dalam bayang-bayang, akhirnya dia mendapatkan kembali apa yang menjadi haknya.Namun, kemenangan Elora tidak hanya terbatas pada kembali ke perusahaan yang telah dirampas darinya, melainkan juga pada sesuatu yang lebih besar
Matheo duduk di kursi kepala meja dengan wajah memerah, sementara Rini berjalan mondar-mandir sambil melontarkan makian kepada Elora.“Kita harus bertindak sekarang!” seru Rini. “Wanita itu mempermalukan kita di depan dunia!”“Kita sudah menyiapkan gugatan hukum,” jawab Matheo dengan nada datar. “Tim legal kita akan menuduhnya melakukan pencemaran nama baik dan penyelewengan dokumen perusahaan.”Rini mengangguk setuju. “Bagus. Ini akan membuatnya sadar bahwa dia tidak bisa seenaknya merampas apa yang bukan miliknya.”“Jonas, kau akan mendukung langkah ini, kan?” tanya Matheo, menatap putranya.Jonas mengangkat bahu, wajahnya tampak tanpa emosi. “Kalian lakukan saja apa yang menurut kalian benar. Aku tidak peduli.”Rini membanting tangannya ke meja. “Kau benar-benar tidak berguna, Jonas! Ini semua salahmu! Jika kau tidak menikahi wanita itu, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini!”Jonas tidak menjawab, hanya berdiri dari kursinya dan meninggalkan ruangan.Berita tentang gugatan ya