Share

2. Alasan Kendrick

Penulis: Gabrilia Viola
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 20:56:27

“Tuan! Tolong jangan lakukan itu. Aku tidak punya salah apa pun,” mohon gadis itu tanpa menolehnya.

Tuan Kendrick tersenyum tipis. “Akan melakukan apa, hm?”

“Tangannya,” ucap gadis itu dengan air mata yang menetes. Kali ini dia menatapnya.

Sudut bibir Kendrick terangkat tipis.

“Oh, maaf,” ucapnya melepaskan pundak gadis itu.

Kendrick menghela nafas. Tiba-tiba dia teringat dengan masa-masa indah bersama wanita yang paling dicintainya, Marry Jasmine Bahesmana. Dia adalah ibu pria itu sekaligus dunianya.

“Siapa namamu?”

“Li-Lily,” jawab gadis itu malu-malu.

Kendrick menatap padanya. Sehingga kedua mata saling bertemu.

“Nama yang cantik,” puji Kendrick dengan lembut. Dia mengalihkan pandangannya lagi ke depan. Senyumnya mengembang.

Lagi-lagi, dia mengingat momentum indah itu.

“Lily. Bagaimana perasaanmu ketika ibumu dibunuh secara sadis di depan matamu?”

Air mata gadis itu mulai menetes. Dia gemetar saat mengingat kejadian sadis itu. Dengusannya mulai terdengar, tangisan sekarang semakin menjadi.

“Nah, itu yang aku rasakan dulu saat berumur sepuluh tahun.”

“Aku harap kau tidak menganggapku jahat karena melakukan itu.”

“aku melakukannya hanya untuk memberi keadilan pada Rosby karena telah membunuh ibuku.”

Tubuh gadis itu seakan membeku saat mendengarnya. Lily tau jika sifat asli wanita tua itu memang sangat buruk, tapi dia seakan tak percaya karena ibu Rosby itu sangat takut dengan darah.

Gadis itu menatap Kendrick dengan curiga. Lily tak bisa mempercayai ucapan orang yang tak pernah dia kenal sebelumnya.

Kendrick tersenyum melihat ekspresi gadis itu. Sebagai orang yang ahli membaca psikologi seseorang, Kendrick sudah mengetahui isi pikiran gadis itu.

“Kenapa? Kau tak percaya jika wanita itu bajingan berkelas yang tak punya hati?”

Lagi-lagi Lily tak menjawab. Perasaan gadis itu masih bimbang. Menelan saliva, Lily masih berusaha tak mempercayainya.

“Besok aku akan pergi ke makam ibuku. Kau ikutlah besok.”

Pria itu tiba-tiba beranjak. Lily langsung menoleh padanya. Sekarang pria itu meninggalkannya. Saat dia menutup pintu, seseorang langsung mengunci ruangan itu kembali.

Sekarang Lily kembali sendirian. Gadis itu memeluk lututnya dengan wajah yang muram. Dia menghela nafas berat. Kembali berbaring di ranjangnya.

Gadis itu menyamping kanan, mengubah posisi tidurnya. Nafasnya terasa berat, dia masih terus memikirkan apa yang telah dikatakan Kendrick, jika ibunya adalah seorang pembunuh. Hal yang sulit dia percaya, walaupun logikanya mengatakan pria itu telah jujur.

Dia mulai memejamkan mata. Melupakan semua kegilaan ini.

...

“Apa dia sudah makan?”

“Belum, Tuan. Piringnya hanya dibiarkan saja,” jawab seorang wanita berwajah khas Jawa dengan rambut yang digulung ke belakang.

Pria tua dengan penampilan lusuh itu terus menatap ke arah mereka dengan tenang. Tatapannya tak teralihkan sedikit pun dari Kendrick semenjak dia masuk ke ruangan itu.

Sudut bibir Kendrick terangkat.

“Pria tua bodoh! Seharusnya dia lebih mementingkan kesehatannya dibandingkan seseorang yang bahkan tak peduli dia hidup atau mati.”

Mata pria tua lusuh itu berkaca-kaca menatap Kendrick. Dia mulai meneteskan air matanya dengan menundukkan kepala.

Perlahan, dia menggerakkan tubuhnya dengan menyeret. Meraih piring makanannya, dia memakan nasinya sedikit demi sedikit.

Namanya adalah Robin Hood Edward. Dia sebenarnya adalah kakek Kendrick dari ibunya.

Kendrick sebenarnya sangat menyayangi Kakek Robin. Namun, bagaimana pun juga pria tua itu telah menyembunyikan ayahnya dan tidak mau memberitahukannya pada Kendrick walaupun Kendrick menyiksanya.

Orang-orang tak bertanggungjawab itu telah membuat Kendrick seperti monster yang sangat jahat. Padahal Kendrick melakukan semua itu hanya demi memberi keadilan atas kedua orang tuanya. Dia bukanlah tokoh jahat di cerita ini.

“Bagus. Kau harus tetap hidup sampai aku menemukan ayahku.”

Pria itu berbalik badan. Namun, Langkahnya berhenti. Sejak tadi, Matanya terus berkaca-kaca. Mau tak mau, air matanya menetes.

“Tolong mandikan dia dengan baik. Lalu pakaikan baju baru.”

Dia pun melangkah mengeluarkan ruangan itu. Apa pun yang sekarang dia lakukan, itu bukan keinginan Kendrick sendiri. Namun, Dia harus melakukannya untuk menyelamatkan ayahnya yang juga sedang disiksa.

Sebenarnya dahulu Kendrick dan kakek Robin sangat dekat. Pria malang itu selalu dinyanyikan oleh kakeknya sebelum tidur. Siapa yang menyangka akhirnya akan seperti ini, hanya karena orang jahat yang tak bertanggungjawab.

Lyly Harperwood, gadis itu terbaring lemah bisa menangkap gelombang suara di tidurnya. Matanya masih terpejam, namun dia bisa tau jika seseorang membuka pintu ruangannya.

Lily bisa mendengar derap kaki wanita yang memasuki ruangannya. Gadis itu menghitung derap kakinya. Saat derap kaki ke lima terdengar, gadis itu langsung terbangun dengan menodongkan pisau. Nafasnya terengah-engah.

“Apa yang kau lakukan!”

Wanita itu mengangkat kedua tangannya.

“Tenanglah, Nona. Aku hanya menjalani perintah tuan Kendrick.”

“Apa yang dia perintahkan!” tanya gadis itu membentak.

“Dia hanya memerintahku untuk membantumu bersiap-siap. Kau akan dipindahkan ke rumah utamanya.”

“Mungkin dia akan menjadikanmu pembantunya. Kau bisa dapat banyak uang dan hidup enak di sana.”

Gadis polos itu mempercayai ucapan wanita itu. Dia menurunkan pisaunya perlahan. Menunduk memikirkan apa yang diucapkan wanita itu.

Karena kelembutan ucapan dan rautnya. Lily pun berpikir wanita itu mungkin bukan orang yang jahat.

“Kau serius?” tanyanya polos.

Wanita berwajah khas Jawa itu mulai berani melangkah dengan perlahan. Dia tersenyum kebutuhan pada Lily.

“Iya. Untuk apa aku berbohong?”

Dengan berlahan dia mengambil pisau di tangan Lily. Gadis yang telah terpengaruh kelembutannya itu sudah tak melawan. Dia kemudian memberikan pisau itu pada asistennya.

Wanita bergaun biru itu bukanlah wanita biasa. Dia adalah ahli hipnotis terhebat yang Kendrick bayar untuk menghipnotis para tahanannya. Tak heran jika gadis itu langsung patuh padanya.

Tiba-tiba gadis itu tersadar dari hipnotisnya. Raut wanita bergaun itu seketika muram, biasanya korban-korbannya yang lain tak bisa sadar secepat itu.

“Kau pembohong! Pria jahat itu tak mungkin—“

Kepalanya seketika pusing. Tangan wanita licik itu sangat cepat menyuntikkan obat bius di leher Lily. Gadis itu seketika tersungkur begitu saja.

Sekarang dia benar-benar tak sadarkan diri. Dengan bangganya, sudut bibir wanita itu terangkat sebelah.

“Bawa dia ke mobil.”

Dua pria bertubuh besar mengangkat tubuh gadis yang tergeletak itu. Mereka sebenarnya telah melakukan kesalahan fatal, namun hanya saja mereka belum menyadarinya. Kalung permata gadis itu tampak lebih berkilau.

Seorang pria berkepala botak menatap Lily dengan kagum. Wajahnya yang sangat cantik dan tubuhnya yang sangat indah membuat pria itu menelan ludah. Pikirannya terus membayangkan betapa nikmatnya gadis itu.

“Nanti di tengah jalan kita berhenti dulu, ya? Aku pingin nyicipi gadis ini sedikit.”

Seketika tangan temannya itu melayang, menghantam kepala si botak.

“Dasar tolol!”

“Nanti kalau tuan Kendrick tau, tamat riwayatmu!”

Pria botak itu bergidik ngeri. Dia merinding membayangkan tuan Kendrick akan menghukumnya sangat sadis seperti korbannya yang lain. Semua orang di kota ini takut kepadanya.

Perjalanan pun di mulai. Mata pria botak itu tak teralihkan sedikit pun dari Lily. Dia terus meraba tubuh gadis itu kecuali bagian sensitifnya.

Bab terkait

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   3. DiBawa Paksa Ke Rumah Utama

    Perlahan mata Lily terbuka. Entah mengapa tatapannya buram, gadis itu menggosok matanya. Dia kemudian membukanya perlahan.Gadis itu menatap ke seluruh penjuru kamar, dia sangat bingung. Lily tak mengingat apa pun yang terjadi. Dia tak mengerti mengapa dia bisa berada di kamar ini.Kamar yang mewah nan megah. Lily tak pernah melihat kamar sebesar ini kecuali di televisi. Desain kamar itu sangat modern dengan bernuansa alam, putih dan coklat kayu.Lily menyentuh kepalanya. Rasanya kepala seperti berdenyut-denyut. Sekujur tubuhnya juga terasa sakit semua.“Apa yang telah terjadi?”Derap kaki seseorang mulai terdengar. Lily kembali ketakutan, dengan cepat dia menutup tubuhnya dengan selimut. Semakin lama suara itu semakin mendekat.Sorot matanya terus menatap ke arah pintu. Sekarang tubuh gadis itu bergetar. Namun, dia juga seperti tak bisa menggerakkan tubuhnya.Benar saja, yang datang adalah Tuan Kendrick. Dia memegang jas hitamnya di lengan kiri. Dasinya tampak berantakan, deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   4. Sebuah Ancaman

    “Sudah siap!”Aroma masakannya tercium sangat kuat. Lily sampai menelan ludah, saat Kendrick membawa makanannya di depan Lily. Tumis daging iris bumbu kecap dengan beberapa sayuran kukus membuatnya tak sabar ingin makan.Gadis itu tersenyum menatap makanannya, dia lalu menatap Kendrick dengan sangat senang. Kendrick memberikan sepiring nasi pada gadis itu. “Terima kasih, Tuan.”Kendrick menatapnya lembut dengan sedikit senyuman. Dia suka melihat gadis itu tersenyum. Rasanya tak sampai hati jika dia menyakiti gadis polos yang tak tahu apa pun itu.Gadis itu makan sangat lahap. Tampaknya dia sangat menyukai sayuran hijau.“Bagaimana?”“Ini makanan terenak yang pernah ada!” ucap Lily dengan mulut terisi.Kendrick hanya tersenyum. Dia mencicipi makanannya sendiri. Rasanya memang enak, tapi tidak terlalu spesial bagi dia.“Lebih enak dari pada masakan Rosby?”Gadis itu langsung terdiam dengan wajah muram. Dia langsung teringat kejadian memilukan itu.“Dia tak bisa memasak.”“A

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   5. Peta yang Aneh

    Melangkah dengan terus memerhatikan peta. Kendrick masih sangat bingung dengan peta itu. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu di mana tempat itu berada meskipun dia sering berkeliling ke semua tempat di negaranya dan dia juga telah mengunjungi semua negara.Dia masuk ke kamar Lily. Gadis itu sedikit terkejut atas kedatangan Kendrick. Pria itu menuju ranjang, duduk di samping Lily.Perhatian Kendrick terus tertuju pada peta itu. Wajahnya tampak resah serta muram. Itu membuat Lily penasaran dengan apa yang Tuan Kendrick lihat.Dia mendekat dengan perlahan. Gadis itu berusaha mencuri pandang pada petanya.“Apa itu?” gumam Lily penasaran karena pandangannya tak jelas.Kendrick tiba-tiba menoleh padanya. Secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangan. Saat itu jantung Lily berdebar-debar.“Kau Penasaran?”Lily hanya menggeleng. Dia tak berani menatap Kendrick.“Mendekatlah. Aku ingin tanya sesuatu.”Barulah Lily berani menatap. Tatapan mata gadis itu terlihat polos dan lugu, apalag

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   6. Teringat Masa Lalu

    Duduk bersama di depan dapur, Lily dan Liza tak sabar menantikan gurami bumbu asam manis buatan Bibi Sartika.Di samping itu, Liza menoleh pada Lily dengan tangan kanannya yang menopang kepala. Dia menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya. “Hei.”“Padahal kamu suka makan, kok gak gendut-gendut, sih?” tanya Liza yang sebenarnya iri. Berat badan gadis itu memang mudah naik.“Udah gen DNA. Kenapa? Kau Iri?” balas Lily dengan raut menyebalkannya. Tapi dia juga bermaksud bercanda.“Idih!” cela Liza memutarkan matanya ke samping. Dia mengalihkan pandangan, menurunkan tangan kanannya dan kembali menopang kepala dengan tangan kiri.“Aku hanya becanda, Liza,” bujuk Lily tertawa ringan padanya. Liza tak memedulikannya, tapi sebenarnya dia tersenyum.Gurami itu pun sudah siap. Bibi Sartika membawakannya ke atas meja. Kedua gadis itu langsung berebutan mengambil dagingnya, mereka memang sama-sama suka ikan tawar. Sampai akhirnya bagian itu dagingnya habis, Bibi Sartika pun membalik g

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   7. Bertemu Mantan Kendrick

    “Tuan, kau menungguku?” Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil. Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick. “Kita akan ke mana?” Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Kau marah karena aku tak menjawabmu?” Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi. Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum. Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya. Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   8. Pemakaman Marry

    Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   9. Bertemu Amber Kembali

    “Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-10
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   10. Lizy Everly Hartberg

    Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11

Bab terbaru

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   62. Apa Yang Terjadi?

    Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi.Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan.“Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?”“Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.”Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang.“Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.”Gadis itu beranjak dari

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   61. Akhirnya Alvin memberikannya

    “Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   60. Mencurigai Kebohongan

    Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   59. Efek Pelukan

    Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   58. Pelukan Hangat Perpisahan

    “Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   57. Berat Untuk Melepasnya

    Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   56. Kebahagiaan di Wajah Alexandria

    “Iya. Aku sebenarnya sedih melihat Lily yang dirundung seperti itu. Sebenarnya Lizy sudah memperingatkan Lily untuk tidak curiga jika keluarga Hartberg itu keluarganya.” “Gadis itu seperti tidak ingin jika Lily itu benar-benar adik kandungnya. Dia bahkan sampai meneriaki Lily agar tidak mendekati keluarganya lagi di depan umum.” Darah Nyonya Alexandria sebenarnya memuncak sampai ubun-ubun sampai wajahnya sedikit memerah. Tangannya mengepal begitu erat. Dia menghela nafas, berusaha mengeluarkan udara panas dalam tubuh. “Maafkan dia, Kendrick. Kau pasti juga marah karena Lizy sangat jahat dengan Lily.” “Sifat Lizy memang begitu. Aku tidak tahu mengapa, aku bahkan tidak bisa mengubah sifatnya meskipun aku sendiri sering memarahi anak itu.” “Tapi mungkin setelah lama serumah dengan Lily, mungkin sifatnya akan berubah. Lily sepertinya gadis yang baik dan perhatian. Mungkin dia bisa mengubah sifat anak pertamaku itu.” Alexandria mengembangkan senyumnya, tapi dia tidak bisa

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   55. Menjadi Ikhlas

    Pintu mobil terbuka. Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh indahnya keluar. Sorot pandangnya tertuju pada rumah wanita yang kerap di sapa Nyonya Alexandria. Dia bukanlah sembarang wanita, dia adalah memilik perusahaan brand pakaian terbesar di seluruh negeri.Mulai melangkahkan kaki. Hari ini Kendrick berniat mempermalukan Lizy di hadapan keluarganya langsung, gadis yang pernah menolak cintanya dan menghinanya saat masih kuliah. Mungkin berbalas dendam pada gadis seperti itu adalah tindakan pengecut yang tidak maskulin. Namun, demi memulangkan tawanan kesayangannya itu, Kendrick terpaksa melakukannya dan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.Kendrick tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur mencintai Lily. Terlanjur sayang dan tak ingin kehilangan gadis itu.Dia mungkin bisa saja menikahi Lily setelah gadis itu resmi menjadi anggota keluarga Hartberg. Tapi dia tak bisa, itu semua karena dia telah membuat janji dengan s

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   54. Video Rekaman

    “Maaf, Lizy. Aku tidak menyuruh ibumu untuk menemuiku. Dia sendiri yang tiba-tiba datang.”Tatapan Lizy semakin menajam sinis. “Aku tidak peduli akan itu.”“Di sini aku hanya mengingatkanmu, jika kau mengulangi kesalahan yang sama lagi, maka kau akan lihat sendiri nanti akibatnya!” Gadis tak beradap itu enyah dari hadapannya. Lily melihatnya dari bawah hingga ke atas, seringai licik menghiasi bibirnya.Liza masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Gadis yang tadi itu adalah salah satu pewaris kekayaan keluarga Hartberg. Permasalahan apa yang Lily hingga dia begitu marah?“Kau punya masalah apa dengan anak konglomerat itu?” tanya Liza begitu penasaran. Senyum Lily mengembang. “Masalah kecil. Lagi pula itu juga kesalah pahaman. Nanti dia akan menyadarinya sendiri, kok.”Hal yang mereka tidak ketahui. Di balik itu semua adalah pria dengan hoodie hitam, kacamata bening dan masker yang telah merekam semua kejadian itu. Dia adalah Danielle Perterson, pesuruh sekaligus mata-m

DMCA.com Protection Status