Home / CEO / Gadis Lugu Tawanan sang Mafia / 6. Teringat Masa Lalu

Share

6. Teringat Masa Lalu

last update Last Updated: 2024-04-06 00:55:33

Duduk bersama di depan dapur, Lily dan Liza tak sabar menantikan gurami bumbu asam manis buatan Bibi Sartika.

Di samping itu, Liza menoleh pada Lily dengan tangan kanannya yang menopang kepala. Dia menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya.

“Hei.”

“Padahal kamu suka makan, kok gak gendut-gendut, sih?” tanya Liza yang sebenarnya iri. Berat badan gadis itu memang mudah naik.

“Udah gen DNA. Kenapa? Kau Iri?” balas Lily dengan raut menyebalkannya. Tapi dia juga bermaksud bercanda.

“Idih!” cela Liza memutarkan matanya ke samping. Dia mengalihkan pandangan, menurunkan tangan kanannya dan kembali menopang kepala dengan tangan kiri.

“Aku hanya becanda, Liza,” bujuk Lily tertawa ringan padanya. Liza tak memedulikannya, tapi sebenarnya dia tersenyum.

Gurami itu pun sudah siap. Bibi Sartika membawakannya ke atas meja. Kedua gadis itu langsung berebutan mengambil dagingnya, mereka memang sama-sama suka ikan tawar. Sampai akhirnya bagian itu dagingnya habis, Bibi Sartika pun membalik gurami itu.

Kedua gadis itu sangat suka dengan masakan Bibi Sartika ini, terutama Liza. Namun entah kenapa gadis itu tiba-tiba terdiam, muncul rasa khawatir di benaknya.

“Tuan Kendrick gak akan marah, kan? Kalau melihat kita makan seperti ini?”

Liza benar-benar selalu waspada. Namun, dia memang baru dua hari bekerja di sini.

Bibi Sartika tersenyum lembut. “Dia gak akan marah, Nduk. Tenang aja.”

“Para pelayan di sini sudah terbiasa memakan semua makanan yang ada di kulkas. Lagi pula persediaannya juga banyak. Jadi gak masalah.”

Liza sangat senang mengetahui hal itu. Tak sia-sia dia mengikuti saran temannya untuk melamar pekerjaan di sini.

Lily juga sangat menikmati gurami itu. Rasa dagingnya segar dan manis, bumbunya yang asam manis menambah cita rasa. Sebelum berada di rumah ini, Lily sebenarnya tak pernah merasakan masakan orang lain. Dia selalu menikmati masakannya sendiri.

Lily tiba-tiba berwajah murung, sesuatu mengganjal pikiran gadis itu, dia tiba-tiba teringat tentang sesuatu yang ingin sekali dia tanyakan. Yaitu tentang kebenaran ibu tirinya, Rosby Harperwood

“Bibi. Lily boleh tanya?”

Bibi Sartika menoleh padanya.

“Mau tanya apa, sayang?” balasnya tersenyum lembut.

Lily sebenarnya takut tanggapan bibi itu tak baik. Tapi sepertinya dia orang yang sabar.

“Eh ... “

“Tentang Rosby Harperwood, ibu tiriku. Apakah Bibi mengenalnya?”

Bibi Sartika seketika berwajah masam, senyumnya langsung menurun. Wajahnya tampak gelisah, dia benar-benar tak percaya mendengar Lily mengatakan hal itu.

Dia menunduk lesu, rautnya tampak tak nyaman. “Aku mengenalnya.”

“Apa benar ... dia itu adalah pembunuh? Pembunuh yang telah membunuh ibunya Kendrick?” tanya Lily serius.

Bibi Sartika sebenarnya masih memiliki trauma mendalam atas kejadian itu. Nafasnya seketika memberat. Pandangannya menunduk mengingat kejadian itu, tubuhnya seperti membeku.

Dia masih ingat jadian di mana Rosby menusuk perut Marry dan lalu menggorok lehernya. Bibi Sartika tidak habis pikir mengapa wanita bisa tega, dia juga melihat wanita itu membawa kepala Marry kepada seorang pria. Lalu pria itu menggantikannya dengan sekoper uang.

Sartika memejamkan mata dengan menghela nafas.

“Iya. Rosby adalah pembunuh sadis.”

Lily terus menatap wajah bibi Sartika, dia bisa melihat ada trauma mendalam padanya. Gadis itu menundukkan wajah, dia berpikir bagaimana jika Bu Rosby juga telah membunuh ibu kandungnya. Hal itu bisa saja terjadi.

Bibi Sartika mengatur nafasnya dengan baik. Dia berusaha tersenyum pada gadis itu.

“Kenapa? Apakah dia merawatmu dengan baik?”

Lily menoleh padanya. Gadis itu menatapnya heran karena raut Bibi Sartika berubah sangat cepat.

“Dia merawatku dengan baik. Tapi, sepertinya dia punya niat lain.”

“Dia kan bukan orang baik?”

Bibi Sartika tersenyum padanya, tanpa mengetahui jika senyumannya datar.

“Orang-orang pernah bilang. Sejahat apa pun ibu, dia tetap yang merawatmu dari kecil hingga dewasa.”

Alis gadis itu mengerut.

“Tapi gimana kalau dia dulu pernah membunuh ibu kandungku juga? Dia kan pembunuh?” balas Lily tampak kesal.

Bibi Sartika tak membalas apa pun, dia mengerti maksud gadis itu. Dia juga tidak tahu bagaimana Rosby merawatnya dari kecil hingga dewasa.

Lily pun masih was-was, bagaimana jika kecurigaannya itu benar terjadi. Nafas gadis itu sedikit sesak hanya karena ketakutannya yang belum pasti itu.

Berlahan, nafsu makan gadis itu jadi menghilang. Sebelum itu terjadi, dia mempercepat makannya.

Di lain itu, pusat perhatian Liza tertuju pada tingkah Lily yang menurutnya aneh.

“Mau ke mana, sih? Kok buru-buru?”

Liza terus menatapnya, membuat Lily tak nyaman. Dia pun menatapnya balik.

“Kepo kau.”

Bukannya menyantap makanannya, Liza malah fokus menatap Lily.

“Santai hei!”

Lily tak peduli dengan ucapannya. Namun Liza tetap tak mengalihkan pandangan. Sekarang dia mengingat sesuatu tentang orang-orang berambut jahe seperti Lily.

“Kalau dilihat-lihat, kamu itu mirip orang-orang di keluarga Hartberg.”

Lily menoleh padanya dengan tatapan kaget.

“Keluarga Hartberg?” tanya Lily ragu.

“Iya. Keluarga Hartberg,” jawab Liza dengan santainya.

“Itu keluarga dari Perancis yang menetap di sini. Rata-rata semua anggota keluarganya rambutnya jahe sama seperti kamu.”

Lily menjadi penasaran dengan keluarga itu. Jika yang dikatakan Liza itu benar adanya, berarti keluarga itu sangat unik. Lily mungkin akan berusaha mencari semua informasi tentang keluarga itu.

Gadis itu juga berpikir, mungkin bertanya dengan tuan Kendrick tentang keluarga Hartberg akan membantunya lebih mudah mendapatkan informasi. Sebenarnya banyak sekali orang-orang di negara ini yang memiliki rambut ribut sepertinya. Namun, rasa penasarannya seakan sedang mengaung di pikirannya.

“Lily?”

Liza merasa aneh dengan sikap gadis itu.

“Gak apa-apa,” jawab Lily. Dia tersenyum datarnya

Lily tiba-tiba beranjak, dia membawa piringnya. Meletakkannya pada cucian piring.

“Bi, aku letakkan aja, ya?”

Gadis itu langsung pergi meninggalkan mereka. Bibi Sartika dan Liza hanya menatap bingung ke gadis itu. Apakah Lily telah marah karena ucapan mereka? Mereka bingung apa yang terjadi dengannya.

Lily berada di ruang tengah. Di sebuah sofa, dia tiduran dengan kepala yang bersandar pada lengan sofa. Dia menatap pada jam di dinding, tak terasa telah jam 4 sore.

Gadis itu sangat bosan. Entah kapan Kendrick pulang, dia sangat berharap pria itu pulang lebih cepat. Lily ingin bertanya tentang keluarga Hartberg.

Lily masih ingat kejadian di masa kecilnya. Dia tidak dibesarkan sejak masih bayi, tapi saat dia berumur 5 tahun.

Satu-satunya yang dia ingat adalah ibunya tiba-tiba menggendongnya saat bermain, saat itu Lily tak mengerti apa pun, dia melihat ibunya berlari terbirit-birit menuju mobil.

Ibunya mengemudi dengan kecepatan tinggi tanpa memikirkan akibatnya. Dia kemudian menitipkan Lily di panti asuhan dan bilang akan mengambil gadis kecil itu ketika urusan telah selesai. Namun, setelah itu dia tak pernah datang, padahal Lily selalu menunggunya pulang.

Lily terus menunggu sampai dia berusia 7 tahun, tapi ibunya masih tak kunjung datang. Akhirnya dia kesal, Lily berpikir ibunya telah membuangnya. Sehingga saat Rosby datang untuk mengadopsinya, dia langsung mau karena tak ingin melihat wajah ibu kandungnya lagi.

Sekarang Lily cukup menyesal menerima adopsinya. Mungkin saja beberapa tahun yang lalu ibunya datang menjemput, tapi hanya saja Lily tak mau sabar. Lily tak mendapatkan pendidikan yang cukup, dia hanya tamat SD dan kemudian dia langsung bekerja untuk Rosby yang hanya bermalas-malasan di rumah.

Sekarang Lily akan berusaha keras mencari keberadaan ibunya itu. Lily tidak tahu apa masalah yang dia hadapi, tapi Lily yakin ibu kandungnya itu terpaksa memasukkan dia ke panti asuhan. Sekarang apa pun yang terjadi, Lily akan mencari keberadaan ibu kandungnya itu.

Entah kenapa Lily tak ingat dengan nama ibunya kandungnya itu. Namun, Lily masih ingat dengan wajahnya. Dia memiliki hidung kecil dan juga rambut jahe sama sepertinya.

Saat itu di ruangan tengah sedang sepi. Lily mendengar suara derap sepatu yang mendekat, sehingga dia langsung bangun, dia mnoleh pada sumber suara. Ternyata itu adalah salah satu anak buah Kendrick. Dia bernama Dalton, dia pria berkulit hitam yang gagah.

“Dalton?”

Langkah pria itu berhenti di depan sofa.

“Tuan Kendrick memanggil anda ke mobil. Dia telah menunggu di luar.”

Related chapters

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   7. Bertemu Mantan Kendrick

    “Tuan, kau menungguku?” Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil. Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick. “Kita akan ke mana?” Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Kau marah karena aku tak menjawabmu?” Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi. Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum. Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya. Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick

    Last Updated : 2024-04-06
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   8. Pemakaman Marry

    Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti

    Last Updated : 2024-04-09
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   9. Bertemu Amber Kembali

    “Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber

    Last Updated : 2024-04-10
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   10. Lizy Everly Hartberg

    Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t

    Last Updated : 2024-04-11
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   11. Kesibukan Pelayan

    Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak

    Last Updated : 2024-04-14
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   12. Penelepon

    “Halo? Apakah ini Lily?”Lily benar-benar kaget, rautnya seperti membeku dalam sesaat. Entah siapa yang meneleponnya, itu membuat Lily ketakutan.“Halo?”Seketika lamunan Lily bubar dengan terkejut. Dia membuat nafas gadis itu berdegup kencang.“Bukan. Aku bukan Lily.”“Tapi siapa kau? Apakah kau kenal dengan gadis bernama Lily itu?” ucapnya berusaha tenang. Gadis itu menelan salivanya dengan berat.Entah kenapa. Tiba-tiba pria penelepon itu tertawa. Mata Lily langsung membelalak.“Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku sangat hafal dengan suaramu yang manis itu.”Dahi Lily berkerut. Dia sangat penasaran siapa pria itu.“Kau siapa?”“Namaku Revan Narandra. Aku temanmu saat sekolah dulu. Waktu masih SMP,” jelasnya dengan nada lembut.Tentu saja Lily mengenalnya. Dia dahulu sangat akrab dengan Revan Narandra. Tapi dia masih bingung bagaimana Revan mengetahui nomer rumah ini.“Oh, iya! Aku masih ingat,” ucapnya dengan tersenyum lebar. Perasaannya berubah begitu cepat.“Bagaiman

    Last Updated : 2024-04-15
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   13. Kegagalan yang Terasa Melumpuhkan

    “Apakah kau mengenal Revan?” Lily menatapnya dengan datar, tentu saja dia kaget dengan pertanyaan itu. “Kenal. Dia temanku saat sekolah menengah pertama. Memangnya kenapa?” Gadis itu tak langsung menjawab, dia malah memainkan jarinya. Itu membuat Lily semakin penasaran. “Apakah kau pernah memiliki hubungan dengannya? Sepertinya dia sangat perhatian padamu,” ucap Liza dengan malu-malu. Wajahnya tampak muram. Di hari biasanya, Lily tak pernah sedikit pun melihatnya muram. Lily menjadi curiga jika Revan memiliki hubungan spesial dengannya. “Sebentar.” “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Apakah kau menyukainya?” Liza mengangkat wajahnya menatap Lily. Gadis itu begitu malu-malu, seakan-akan ada lem yang merapatkan mulutnya. “Anu.” Gadis itu tak langsung menjawab. Lily semakin la semakin kesal melihatnya seperti itu. Dia berdecak. “Liza, katakan!” Mata Liza seketika membelalak, kedua tangannya ke belakang menopang tubuhnya yang akan terjatuh. “Dia ... dia pacarku,” ucapnya

    Last Updated : 2024-04-18
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   14. Tidur di Kamar Lily

    “Gagal? Apakah kakek Bretton memberimu peta palsu?!”Berdiam di pelukan gadis itu. Kendrick merasakan dadanya terasa panas dengan detak jantung tak karuan.“Iya.”Pria itu pun memejamkan matanya di pelukan Lily. Kendrick benar-benar memeluk Lily seperti anak kecil yang berada di pelukan ibunya. Sejak kecil dia memang memiliki kebiasaan memeluk ibunya ketika dia merasa sangat lelah. Kamar yang Lily tinggali sebenarnya juga kamar bekas almarhum ibunya dulu, sehingga Kendrick mengkhayalkan Lily adalah ibunya.Lily bisa merasakan nafas Kendrick yang hangat di punggungnya. Gadis itu jadi teringat saat memeluk keponakan laki-lakinya yang berumur 6 tahun. Saat anak kecil itu menangis, biasanya dia berlari pada Lily dan tidur di pelukannya. Namun, kali ini Lily memeluk anak kecil raksasa dengan berat dua kali lipat dari tubuhnya.Gadis itu bergerak memeluknya balik. Tangan kanannya menepuk-nepuk ringan punggung pria itu.Mungkin untuk sementara waktu terasa nyaman, namun semakin lama

    Last Updated : 2024-04-18

Latest chapter

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   62. Apa Yang Terjadi?

    Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi.Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan.“Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?”“Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.”Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang.“Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.”Gadis itu beranjak dari

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   61. Akhirnya Alvin memberikannya

    “Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   60. Mencurigai Kebohongan

    Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   59. Efek Pelukan

    Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   58. Pelukan Hangat Perpisahan

    “Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   57. Berat Untuk Melepasnya

    Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   56. Kebahagiaan di Wajah Alexandria

    “Iya. Aku sebenarnya sedih melihat Lily yang dirundung seperti itu. Sebenarnya Lizy sudah memperingatkan Lily untuk tidak curiga jika keluarga Hartberg itu keluarganya.” “Gadis itu seperti tidak ingin jika Lily itu benar-benar adik kandungnya. Dia bahkan sampai meneriaki Lily agar tidak mendekati keluarganya lagi di depan umum.” Darah Nyonya Alexandria sebenarnya memuncak sampai ubun-ubun sampai wajahnya sedikit memerah. Tangannya mengepal begitu erat. Dia menghela nafas, berusaha mengeluarkan udara panas dalam tubuh. “Maafkan dia, Kendrick. Kau pasti juga marah karena Lizy sangat jahat dengan Lily.” “Sifat Lizy memang begitu. Aku tidak tahu mengapa, aku bahkan tidak bisa mengubah sifatnya meskipun aku sendiri sering memarahi anak itu.” “Tapi mungkin setelah lama serumah dengan Lily, mungkin sifatnya akan berubah. Lily sepertinya gadis yang baik dan perhatian. Mungkin dia bisa mengubah sifat anak pertamaku itu.” Alexandria mengembangkan senyumnya, tapi dia tidak bisa

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   55. Menjadi Ikhlas

    Pintu mobil terbuka. Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh indahnya keluar. Sorot pandangnya tertuju pada rumah wanita yang kerap di sapa Nyonya Alexandria. Dia bukanlah sembarang wanita, dia adalah memilik perusahaan brand pakaian terbesar di seluruh negeri.Mulai melangkahkan kaki. Hari ini Kendrick berniat mempermalukan Lizy di hadapan keluarganya langsung, gadis yang pernah menolak cintanya dan menghinanya saat masih kuliah. Mungkin berbalas dendam pada gadis seperti itu adalah tindakan pengecut yang tidak maskulin. Namun, demi memulangkan tawanan kesayangannya itu, Kendrick terpaksa melakukannya dan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.Kendrick tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur mencintai Lily. Terlanjur sayang dan tak ingin kehilangan gadis itu.Dia mungkin bisa saja menikahi Lily setelah gadis itu resmi menjadi anggota keluarga Hartberg. Tapi dia tak bisa, itu semua karena dia telah membuat janji dengan s

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   54. Video Rekaman

    “Maaf, Lizy. Aku tidak menyuruh ibumu untuk menemuiku. Dia sendiri yang tiba-tiba datang.”Tatapan Lizy semakin menajam sinis. “Aku tidak peduli akan itu.”“Di sini aku hanya mengingatkanmu, jika kau mengulangi kesalahan yang sama lagi, maka kau akan lihat sendiri nanti akibatnya!” Gadis tak beradap itu enyah dari hadapannya. Lily melihatnya dari bawah hingga ke atas, seringai licik menghiasi bibirnya.Liza masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Gadis yang tadi itu adalah salah satu pewaris kekayaan keluarga Hartberg. Permasalahan apa yang Lily hingga dia begitu marah?“Kau punya masalah apa dengan anak konglomerat itu?” tanya Liza begitu penasaran. Senyum Lily mengembang. “Masalah kecil. Lagi pula itu juga kesalah pahaman. Nanti dia akan menyadarinya sendiri, kok.”Hal yang mereka tidak ketahui. Di balik itu semua adalah pria dengan hoodie hitam, kacamata bening dan masker yang telah merekam semua kejadian itu. Dia adalah Danielle Perterson, pesuruh sekaligus mata-m

DMCA.com Protection Status