Share

5. Peta yang Aneh

last update Last Updated: 2024-03-29 20:57:47

Melangkah dengan terus memerhatikan peta. Kendrick masih sangat bingung dengan peta itu. Entahlah, dia benar-benar tidak tahu di mana tempat itu berada meskipun dia sering berkeliling ke semua tempat di negaranya dan dia juga telah mengunjungi semua negara.

Dia masuk ke kamar Lily. Gadis itu sedikit terkejut atas kedatangan Kendrick. Pria itu menuju ranjang, duduk di samping Lily.

Perhatian Kendrick terus tertuju pada peta itu. Wajahnya tampak resah serta muram. Itu membuat Lily penasaran dengan apa yang Tuan Kendrick lihat.

Dia mendekat dengan perlahan. Gadis itu berusaha mencuri pandang pada petanya.

“Apa itu?” gumam Lily penasaran karena pandangannya tak jelas.

Kendrick tiba-tiba menoleh padanya. Secepat kilat gadis itu mengalihkan pandangan. Saat itu jantung Lily berdebar-debar.

“Kau Penasaran?”

Lily hanya menggeleng. Dia tak berani menatap Kendrick.

“Mendekatlah. Aku ingin tanya sesuatu.”

Barulah Lily berani menatap. Tatapan mata gadis itu terlihat polos dan lugu, apalagi dia mempunyai mata besar yang mendukung rautnya itu. Gadis itu mulai mendekat padanya.

“Tanya apa?”

“Ini,” ucap Kendrick menatap pada Peta. Gadis itu mulai memerhatikan seluk beluk petanya.

Entah mengapa, dia merasa pernah melihat peta itu.

“Dari mana Tuan mendapatkannya?”

“Dari kakekmu.”

Jawaban singkat Kendrick membuat gadis itu sedikit kaget. Pantas saja dia merasa pernah melihatnya. Tapi entah kapan dia tidak tau.

“Aku jarang keluar rumah. Jadi aku tidak tau apa pun.”

Kendrick sedikit mengangguk. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari peta.

“Tapi aku merasa pernah melihatnya,” lanjut gadis itu.

Kendrick langsung menoleh padanya dengan ekspresi terkejut.

“Serius?”

“Iya. Aku seperti pernah melihat peta itu,” balas Lily tanpa merasa bersalah.

Kendrick menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Wajahnya datar kembali. Tadi saja dia kira Lily mengetahui tempat di mana mereka menyembunyikan ayahnya. Dia mengalihkan perhatiannya pada peta itu lagi.

“Memangnya itu peta apa?” tanya gadis itu dengan polos.

“harta karun,” jawab Kendrick masih kesal.

Mata gadis itu langsung berbinar. Saking takjubnya, dia langsung menutup mulutnya yang terbuka. Kendrick menahan tawanya saat menatap kepolosan gadis itu.

“Tuan serius?”

Kendrick menatapnya sebentar. Karena tak tahan, dia mengalihkan pandnagan. Pria itu tertawa ringan, dia sedikit menggelengkan kepala.

“Bukan, sayang. Itu peta di mana mereka menyembunyikan ayahku.”

Kendrick tiba-tiba beranjak. Dia melangkah pergi meninggalkan gadis itu. Lily terus memerhatikannya sampai menghilang dari pandangan.

“Dia bilang apa tadi?”

“Sayang?” ucapnya bertanya-tanya dalam hati. Wajah gadis itu memerah dia tersenyum.

Rintikan air membasahi tubuh Kendrick yang kekar berotot. Dia membilas rambutnya yang ditutupi busa. Gerakan tangannya tiba-tiba terhenti, dia teringat akan sesuatu. Pria itu berusaha menenangkan diri.

Keluar dari toilet dengan kimononya. Langkah pria itu tertuju pada ranjang, perhatiannya tertuju pada sebuah foto keluarganya di atas lemari kecil di samping ranjang.

Dia duduk, mengambil foto kenangan itu. Foto kenangan di mana ayah ibunya sedang berbahagia bersama Kendrick yang masih kecil. Dia termenung, rasanya ingin sekali kembali ke masa-masa menyenangkan itu.

Kendrick beranjak, dia meletakkannya.

Hari ini dia akan kembali bekerja di perusahaannya. Perusahaan yang dahulunya dibangun susah payah oleh ayahnya. Sehingga saat ini Kendrick terus berusaha membangun perusahaan itu hingga membuka pabrik di luar negeri.

Dengan terburu-buru, pria itu memakai dasinya dengan terus melangkah. Sekarang dia berada di depan pintu masuk. Di sana ada seorang penjaga bernama Danielle yang juga pesuruh Kendrick yang cerdas.

“Danielle. Aku punya tugas untukmu.”

“Apa, Tuan?” tanya Danielle penasaran.

Kendrick mengeluarkan peta dari jasnya. Dia memberikannya langsung ditangan Danielle. Danielle tampak bingung menatap kertas ditangannya itu.

“Bolehkah aku buka, Tuan?”

Kendrick mengangguk pelan. Seperti tak peduli, dia kembali merapikan dasinya.

Danielle membaca petanya dengan begitu teliti. Pria itu sampai memicingkan mata, tapi dia tetap tak mengerti. Ada beberapa kalimat yang dia tak paham, seperti bahasa aneh yang tak pernah diketahui.

“Kau tau ahli peta dan hacker yang pernah terkenal itu?”

Danielle mengingatnya. “Oh, iya! Aku tahu, Tuan.”

“Berikan peta itu padanya. Minta dia memeriksa di mana keberadaan tanda silang itu.”

“Jika dia berhasil menemukannya, maka aku akan memberikan gocek seratus juta. Namun, kalau tidak, cukup seratus ribu aja. Yang terpenting aku membayar usahanya.”

“Baik,” balas Danielle lembut.

“Oh, iya. Jangan lupa menghubungiku jika hacker itu mendapatkan alamatnya.”

Kendrick pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. Danielle memerhatikanya seakan akan ingin bertanya sesuatu. Pria itu masuk ke dalam mobil Rolls-Royce, dia pergi begitu saja.

Danielle menatap peta itu penuh penasaran. Dia ingin tahu itu peta tentang apa. Tapi dia pikir sepertinya dia harus diam dan hanya melakukan perintah Tuan Kendrick.

Merasa bosan berada di kamar seharian, gadis itu ingin sekali menyapa para pelayan yang lewat di depan kamarnya. Tapi dia masih merasa malu. Dia beranjak dari ranjang, melangkah menuju luar kamar.

Gadis itu celingak-celinguk. Dia bingung ingin ke mana. Saat itu seorang pelayan yang masih muda melewatinya.

“Hai! Namamu siapa?”

Langkah pelayan itu terhenti, dia membalikkan tubuhnya menatap Lily. Pelayan itu menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut, tatapannya tak mengenakkan. Membuat Lily yang awalnya ramah menjadi canggung.

“Namaku Liza.”

“Memang ada apa? Kau butuh bantuan?”

Tatapan sinisnya membuat Lily menunduk. Gadis itu merasa dia telah memanggil orang yang salah.

“Tidak. Aku merasa bosan di kamar, jadi aku ingin punya teman,” Lily tersenyum malu. Alis gadis itu mengerut, sehingga membuat Lily tak nyaman.

“Kamar?”

Langkahnya gadis berambut gelap itu mendekat. Dahinya mengerut menatap Lily. Lily tak paham ada apa dengan gadis itu.

“Kau ... “

“Kau gadis yang tadi pagi tidur sekamar dengan Tuan Kendrick, kan?”

Gadis yang dia maksud itu memang benar. Tapi Lily tak terima dengan ucapannya itu. Itu terdengar melecehkannya sebagai perempuan.

“Aku tidak tidur dengan dia! Dia saja yang masuk ke kamarku!” ucap Lily tak terima.

Wajah gadis itu bahkan tak merasa bersalah sedikit pun. Tapi jujur saja, pelayan itu sebenarnya terpesona dengan kecantikan Lily. Dia tak pernah melihat gadis secantik itu seumur hidupnya.

“Dari mana kamu berasal? Kacantikanmu seperti peri di film dogeng.”

Lily mulai tak suka kepadanya. Dahinya memgerut menatap gadis itu.

“Aku berasa dari kota ini?”

“Mengapa kau lancang sekali menuduhku telah tidur dengan tuan Kendrick?!” tanya Lily yang masih kesal.

“Ya karena tuan Kendrick masuk ke dalam kamarmu cukup lama,” jawab pelayan itu sangat ringan, tanpa merasa bersalah.

Dia menatap Lily aneh, dia terlihat sedang memikirkan yang tidak-tidak.

“Kau kekasihnya tuan Kendrick?” tanya pelayan itu masih penasaran.

“Aku hanya tawanannya. Dia masuk ke kamarku hanya untuk menanyakan tentang kehidupanku dann dia juga menjelaskan mengapa dia menahanku!” jelas Lily sangat kesal padanya.

Tapi untung saja pelayan menyebalkan itu adalah gadis muda. Jadi Lily berusaha sabar karena menyadari terkadang dirinya juga seperti itu.

“Kau tawanan?”

“Wow. Berarti kau tawanan paling spesial baginya.”

Lily mengerutkan alisnya menatap gadis itu. “Terserah.

Aroma harum masakan mengalihkan perhatian kedua gadis itu. Aroma itu tercium seperti gurami panggang dengan bumbu asam manis sedap.

Tanpa berbasa-basi mereka melangkah kepada sumber aroma. Tentu saja Liza tau itu masakan siapa. Itu adalah masakan Bibi Sartika. Dia biasanya juga memasak untuk para pelayan yang bekerja.

Kedua gadis itu pengantin dari balik tembok.

“Siapa yang memasak itu?” tanya Lily.

“Dia itu namanya bibi Sartika. Tukang masak di sini. Tuan Kendrick juga sering memuji masakannya, loh!”

“Tuan Kendrick pernah bilang masakannya mirip dengan masakan ibunya,” jelas Liza berbisik di telinga Lily.

Suara perut keroncongan tiba-tiba terdengar. Lily malah mengira suara itu adalah suara kentut. Dia menutup hidungnya.

“Kamu kentut?”

“Bukan, itu suara perutku. Sekarang aku jadi sangat lapar.” Liza mengelus-ngelus perutnya dengan raut cemberut.

“Aku juga ingin makan,” balas Lily juga memegang perutnya.

Liza seketika menatapnya heran.

“Hei?”

“Bukannya kau tadi sudah makan bersama tuan Kendrick?”

Related chapters

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   6. Teringat Masa Lalu

    Duduk bersama di depan dapur, Lily dan Liza tak sabar menantikan gurami bumbu asam manis buatan Bibi Sartika.Di samping itu, Liza menoleh pada Lily dengan tangan kanannya yang menopang kepala. Dia menatapnya dengan pikiran yang bertanya-tanya. “Hei.”“Padahal kamu suka makan, kok gak gendut-gendut, sih?” tanya Liza yang sebenarnya iri. Berat badan gadis itu memang mudah naik.“Udah gen DNA. Kenapa? Kau Iri?” balas Lily dengan raut menyebalkannya. Tapi dia juga bermaksud bercanda.“Idih!” cela Liza memutarkan matanya ke samping. Dia mengalihkan pandangan, menurunkan tangan kanannya dan kembali menopang kepala dengan tangan kiri.“Aku hanya becanda, Liza,” bujuk Lily tertawa ringan padanya. Liza tak memedulikannya, tapi sebenarnya dia tersenyum.Gurami itu pun sudah siap. Bibi Sartika membawakannya ke atas meja. Kedua gadis itu langsung berebutan mengambil dagingnya, mereka memang sama-sama suka ikan tawar. Sampai akhirnya bagian itu dagingnya habis, Bibi Sartika pun membalik g

    Last Updated : 2024-04-06
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   7. Bertemu Mantan Kendrick

    “Tuan, kau menungguku?” Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil. Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick. “Kita akan ke mana?” Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Kau marah karena aku tak menjawabmu?” Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi. Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum. Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya. Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick

    Last Updated : 2024-04-06
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   8. Pemakaman Marry

    Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti

    Last Updated : 2024-04-09
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   9. Bertemu Amber Kembali

    “Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber

    Last Updated : 2024-04-10
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   10. Lizy Everly Hartberg

    Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t

    Last Updated : 2024-04-11
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   11. Kesibukan Pelayan

    Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak

    Last Updated : 2024-04-14
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   12. Penelepon

    “Halo? Apakah ini Lily?”Lily benar-benar kaget, rautnya seperti membeku dalam sesaat. Entah siapa yang meneleponnya, itu membuat Lily ketakutan.“Halo?”Seketika lamunan Lily bubar dengan terkejut. Dia membuat nafas gadis itu berdegup kencang.“Bukan. Aku bukan Lily.”“Tapi siapa kau? Apakah kau kenal dengan gadis bernama Lily itu?” ucapnya berusaha tenang. Gadis itu menelan salivanya dengan berat.Entah kenapa. Tiba-tiba pria penelepon itu tertawa. Mata Lily langsung membelalak.“Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku sangat hafal dengan suaramu yang manis itu.”Dahi Lily berkerut. Dia sangat penasaran siapa pria itu.“Kau siapa?”“Namaku Revan Narandra. Aku temanmu saat sekolah dulu. Waktu masih SMP,” jelasnya dengan nada lembut.Tentu saja Lily mengenalnya. Dia dahulu sangat akrab dengan Revan Narandra. Tapi dia masih bingung bagaimana Revan mengetahui nomer rumah ini.“Oh, iya! Aku masih ingat,” ucapnya dengan tersenyum lebar. Perasaannya berubah begitu cepat.“Bagaiman

    Last Updated : 2024-04-15
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   13. Kegagalan yang Terasa Melumpuhkan

    “Apakah kau mengenal Revan?” Lily menatapnya dengan datar, tentu saja dia kaget dengan pertanyaan itu. “Kenal. Dia temanku saat sekolah menengah pertama. Memangnya kenapa?” Gadis itu tak langsung menjawab, dia malah memainkan jarinya. Itu membuat Lily semakin penasaran. “Apakah kau pernah memiliki hubungan dengannya? Sepertinya dia sangat perhatian padamu,” ucap Liza dengan malu-malu. Wajahnya tampak muram. Di hari biasanya, Lily tak pernah sedikit pun melihatnya muram. Lily menjadi curiga jika Revan memiliki hubungan spesial dengannya. “Sebentar.” “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Apakah kau menyukainya?” Liza mengangkat wajahnya menatap Lily. Gadis itu begitu malu-malu, seakan-akan ada lem yang merapatkan mulutnya. “Anu.” Gadis itu tak langsung menjawab. Lily semakin la semakin kesal melihatnya seperti itu. Dia berdecak. “Liza, katakan!” Mata Liza seketika membelalak, kedua tangannya ke belakang menopang tubuhnya yang akan terjatuh. “Dia ... dia pacarku,” ucapnya

    Last Updated : 2024-04-18

Latest chapter

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   62. Apa Yang Terjadi?

    Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi.Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan.“Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?”“Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.”Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang.“Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.”Gadis itu beranjak dari

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   61. Akhirnya Alvin memberikannya

    “Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   60. Mencurigai Kebohongan

    Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   59. Efek Pelukan

    Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   58. Pelukan Hangat Perpisahan

    “Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   57. Berat Untuk Melepasnya

    Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   56. Kebahagiaan di Wajah Alexandria

    “Iya. Aku sebenarnya sedih melihat Lily yang dirundung seperti itu. Sebenarnya Lizy sudah memperingatkan Lily untuk tidak curiga jika keluarga Hartberg itu keluarganya.” “Gadis itu seperti tidak ingin jika Lily itu benar-benar adik kandungnya. Dia bahkan sampai meneriaki Lily agar tidak mendekati keluarganya lagi di depan umum.” Darah Nyonya Alexandria sebenarnya memuncak sampai ubun-ubun sampai wajahnya sedikit memerah. Tangannya mengepal begitu erat. Dia menghela nafas, berusaha mengeluarkan udara panas dalam tubuh. “Maafkan dia, Kendrick. Kau pasti juga marah karena Lizy sangat jahat dengan Lily.” “Sifat Lizy memang begitu. Aku tidak tahu mengapa, aku bahkan tidak bisa mengubah sifatnya meskipun aku sendiri sering memarahi anak itu.” “Tapi mungkin setelah lama serumah dengan Lily, mungkin sifatnya akan berubah. Lily sepertinya gadis yang baik dan perhatian. Mungkin dia bisa mengubah sifat anak pertamaku itu.” Alexandria mengembangkan senyumnya, tapi dia tidak bisa

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   55. Menjadi Ikhlas

    Pintu mobil terbuka. Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh indahnya keluar. Sorot pandangnya tertuju pada rumah wanita yang kerap di sapa Nyonya Alexandria. Dia bukanlah sembarang wanita, dia adalah memilik perusahaan brand pakaian terbesar di seluruh negeri.Mulai melangkahkan kaki. Hari ini Kendrick berniat mempermalukan Lizy di hadapan keluarganya langsung, gadis yang pernah menolak cintanya dan menghinanya saat masih kuliah. Mungkin berbalas dendam pada gadis seperti itu adalah tindakan pengecut yang tidak maskulin. Namun, demi memulangkan tawanan kesayangannya itu, Kendrick terpaksa melakukannya dan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.Kendrick tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur mencintai Lily. Terlanjur sayang dan tak ingin kehilangan gadis itu.Dia mungkin bisa saja menikahi Lily setelah gadis itu resmi menjadi anggota keluarga Hartberg. Tapi dia tak bisa, itu semua karena dia telah membuat janji dengan s

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   54. Video Rekaman

    “Maaf, Lizy. Aku tidak menyuruh ibumu untuk menemuiku. Dia sendiri yang tiba-tiba datang.”Tatapan Lizy semakin menajam sinis. “Aku tidak peduli akan itu.”“Di sini aku hanya mengingatkanmu, jika kau mengulangi kesalahan yang sama lagi, maka kau akan lihat sendiri nanti akibatnya!” Gadis tak beradap itu enyah dari hadapannya. Lily melihatnya dari bawah hingga ke atas, seringai licik menghiasi bibirnya.Liza masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Gadis yang tadi itu adalah salah satu pewaris kekayaan keluarga Hartberg. Permasalahan apa yang Lily hingga dia begitu marah?“Kau punya masalah apa dengan anak konglomerat itu?” tanya Liza begitu penasaran. Senyum Lily mengembang. “Masalah kecil. Lagi pula itu juga kesalah pahaman. Nanti dia akan menyadarinya sendiri, kok.”Hal yang mereka tidak ketahui. Di balik itu semua adalah pria dengan hoodie hitam, kacamata bening dan masker yang telah merekam semua kejadian itu. Dia adalah Danielle Perterson, pesuruh sekaligus mata-m

DMCA.com Protection Status