Home / Romansa / Gadis Lugu Tawanan sang Mafia / 7. Bertemu Mantan Kendrick

Share

7. Bertemu Mantan Kendrick

last update Last Updated: 2024-04-06 15:01:36

“Tuan, kau menungguku?”

Saat itu Kendrick membakar rokoknya, tatapannya tajam pada Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaannya, tiba-tiba dia beranjak. Pria itu masuk ke dalam mobil.

Lily menghela nafas berat. Dia melangkah memasuki mobil, mengambil posisi duduk di samping Kendrick.

“Kita akan ke mana?”

Pria itu tak menjawab, dia tetap fokus pada setirnya. Lily lelah dengannya, gadis itu pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

“Kau marah karena aku tak menjawabmu?”

Lily itu tak memedulikannya. Dia hanya menoleh sebentar, lalu mengabaikannya lagi.

Pria itu melirik padanya. Dia tersenyum.

Sebuah kafe out door yang berdampingan dengan laut lepas. Saat itu udaranya sejuk dan anginnya bertiup tak terlalu kencang. Kendrick sering berkunjung ke kafe ini karena menyukai pemandangannya.

Duduk bersama sambil menikmati pemandangan laut, Kendrick melirik pada gadis yang masih marah itu. Wajahnya tetap murung, dia bahkan tak mau menoleh sedikit pun pada Kendrick. Padahal tadi Kendrick hanya berniat mengetes sifatnya.

“Kalau marah jangan terlalu lama.”

“Ibuku bilang itu bisa membuat wajah cepat keriput.”

Lily pun akhirnya menoleh padanya, namun dengan dengan tatapan tajam nan sinis.

“Aku malas berinteraksi denganmu,” balas Lily yang kemudian mengalihkan wajahnya.

Kendrick terus menatap gadis itu dengan senyum manisnya. Walau pun sedang marah, gadis itu tetap menggemaskan di matanya.

Dia memerhatikan bibir Lily. Sudut bibirnya semakin lama semakin menurun, alisnya juga mengerut.

“Hei, aku melihat ada yang menurun di wajahmu.”

Mata Lily langsung membelalak menatapnya. Dia tampak sangat panik, gadis itu memegang wajahnya.

“Aku pinjam ponselmu.”

Dengan cepat Kendrick menyembunyikan ponselnya.

“Untuk apa? Hm?”

“Aku ingin melihat wajahku,” balas gadis itu tetap memegang wajahnya.

Kendrick menghembuskan nafas berat.

“Maksudku sudut bibirmu yang menurun, bukan kulitmu. Tapi jika kau terus-menerus marah, maka semakin lama kulitmu juga akan kendur.”

Lily pun menurunkan tangannya, dia mengalihkan wajahnya ke samping, gadis itu sebenarnya merasa malu.

“Eh ... maaf.”

Kedua pelayan yang mengantarkan pesanan datang. Mereka saat itu memesan dua jus jeruk dan dua spageti.

“Terima kasih,” ucap Kendrick lembut.

Pria itu meminum jus jeruknya, matanya menatap burung-burung yang beterbangan. Sekumpulan burung-burung itu tampak indah beterbangan ke sana ke mari dengan kompak. Pemandangan seperti itu biasanya jarang terlihat karena adanya para pemburu yang tak bertanggungjawab.

“Lihat burung-burung itu.”

Lily sedikit bingung dengan pria itu, tapi dia menoleh. Matanya berbinar menatap pemandangan indah itu. Dia jarang melihat gerombolan burung-burung seperti walau pun rumahnya dulu berada di dekat hutan.

“Kau tahu? Yang di depan itu ketuanya. Para anggotanya mengikuti ke mana pun dia pergi.”

Lily menoleh padanya dengan wajah datar. “Lalu?”

Kendrick menoleh padanya dengan sedikit tertawa. “Kau tak paham?”

“Maksudku mereka itu seperti sebuah gangster yang sibuk menjalankan misinya.”

“Sepertimu?” ucap Lily refleks.

Gadis itu menyantap spagetinya. Di udara seperti ini, makanan hangat akan cepat dingin. Apalagi mendengarkan Kendrick yang tak ada habis-habisnya.

“Apa kau tidak kenyang makan dua kali seperti itu?”

Lily mengunyah makanannya sambil menatap datar pria itu. “Tidak.”

Dia pun lanjut makan, tanpa memedulikannya.

“Aku mengajakmu ke sini karena aku ingin bersantai sambil berbincang-bincang denganmu. Kau tahu? Selama kau ada di sini, aku jadi merasa punya teman.”

“Aku rasa kau pasti mengerti apa yang aku rasa. Aku kehilangan orang tuaku dan kau juga kehilangan orang tuamu.”

Lily bernafas berat. Tubuhnya seakan melemas mengingat hal itu kembali.

“Jangan bilang begitu.”

“Entah kenapa, aku sangat yakin suatu hari nanti kau akan bertemu dengan ayahmu dan aku akan bertemu kedua orang tuaku. Yakin saja, mungkin sekarang memang belum waktunya.”

Kedua sudut bibir Lily terangkat dengan manis. Itu membuat Kendrick merasa tenang.

“Aku harap Bretton tidak memberiku peta palsu. Aku telah menyerahkan peta itu ke ahlinya untuk melacaknya.”

“Aku sudah berjuang kira-kira selama enam tahun. Tapi ... aku tetap tak menemukannya. Aku gak paham bagaimana cara mereka menyembunyikan ayahku.”

Kendrick kemudian menyantap spagetinya. Dia begitu agar tak terlalu sedih.

Lily menatapnya sendu. Siapa yang menyangka jika mafia terkejam di kota ini punya masalah seburuk itu. Tak heran jika dia tak punya belas kasihan pada musuhnya.

Gadis itu terus merenung menatapnya yang sedang makan.

“Aku mengerti perasaanmu. Sebenarnya aku juga memiliki masalah yang sama persis. Bedanya kau masih tau bagaimana caranya mencari ayahmu, tapi aku gak tau gimana caranya mencari kedua orang tuaku.”

“Aku hanya bisa berharap bertemu mereka dengan usaha do’a saja.”

Gadis itu tersenyum datar, wajahnya menunduk. Dia telah pasrah atas semuanya.

“Tenang saja, aku akan membantumu. Kau tinggal kasih tahu aku tentang nama orang tuamu. Aku memiliki banyak kenalan detektif, hacker dan juga ahli geografis,” balas Kendrick membuat Lily sedikit tertawa.

Kendrick tersenyum ringan padanya. Gadis itu tak merasa putus asa lagi.

“Terima kasih banyak,” ucap Lily tersenyum manis.

“Ngomong-ngomong kau tahu keluarga Hartberg?” tanya gadis itu santai, kemudian meminum jusnya. Dia kembali menikmati spagetinya.

Kendrick sedikit kaget. Dia terdiam dengan tatapan yang tetap tertuju pada Lily.

Dia baru ingat jika semua anggota keluarga itu memiliki rambut berwarna merah jahe seperti Lily. Mengapa dia tak menyadarinya dari dulu? Padahal orang-orang berambut merah jahe di negara ini jarang ditemukan.

“Aku tahu keluarga itu. Itu adalah keluarga old money, keluarga konglomerat yang memiliki banyak perusahaan. Kekayaan mereka sangat melimpah, sepertinya tidak akan pernah habis sampai kapan pun.”

“Tapi aku punya salah satu mantan yang sangat dekat dengan salah satu keluarga itu.”

Kendrick mengeluarkan ponselnya. Dia terlihat seperti sesuatu.

“Oh, ya. Sepertinya dia masih berada di sekitar sini.”

Kendrick menelepon mantannya itu. Lily saat ini menjadi penasaran dengan mantan kekasihnya itu, Sedikit lama, namun akhirnya wanita itu menjawabnya.

“Halo? Aku ada di kafemu. Bisakah engkau ke mari sebentar?”

Wanita itu sebenarnya berada di dalam tempat barista. Dia bisa menatap Kendrick dari kejauhan

“Kau berada di tempat biasanya?” tanya wanita itu sambil memerhatikan gerak-geriknya.

“Iya.”

Wanita itu mematikan ponselnya. Dia keluar dari ruangan itu menuju pria yang dilihatnya dari balik kaca. Dia sangat mengenal Kendrick walau dari belakang.

“Selamat sore,” sapa wanita itu. Dia duduk di antara mereka berdua. Tubuhnya menghadap ke laut.

Kendrick tersenyum lembut padanya sejak dia datang. Dia adalah wanita cantik berkulit putih susu dan berambut hitam bergelombang.

Lily terus menatapnya kagum, menurutnya wanita itu terlihat cantik dan dewasa. Dia pasti wanita karir mandiri yang kaya raya, Lily bisa merasakan energinya.

Di lain itu, sebenarnya mantan Kendrick canggung ditatap seperti itu oleh gadis secantik Lily. Tatapnya cukup aneh menurutnya, tapi wanita itu menoleh dan tersenyum padanya.

“Kau sangat cantik dan bermatabat. Siapa namamu?” tanya Lily secara tiba-tiba. Itu membuat dia sedikit kaget.

“Namaku amber Waverly. Kau bisa memanggilku Amber.”

Lily menjulurkan tangannya, dengan senang hati Amber menerima jabatan tangan gadis itu.

“Senang bertemu denganmu,” ucap Lily. Amber hanya tersenyum sambil mengangguk dengan anggun.

“Ekhem.”

Pusat perhatian mereka teralihkan saat Kendrick berdeham. Tatapan tajam pria itu sekarang tertuju pada Amber. Tatapannya itu tajam, namun juga terasa sendu.

“Aku dengar kau mempunyai teman yang berasal dari keluarga Hartberg? Aku tidak terlalu mengenal keluarga itu, tapi hanya sekedar tahu saja.

“Jadi apakah kau pernah mengetahui tentang beberapa tragedi di keluarga itu?”

Pusat perhatian Amber tiba-tiba tertuju pada Lily. Dia memerhatikan warna rambutnya sama persis seperti warna rambut keluarga Hartberg, yaitu berwarna merah jahe.

“Apa kau dari keluarga Hartberg?”

Lily malah sedikit kaget mendengarnya. Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu.

“Eh ... aku tidak tahu. Aku sebenarnya berasal dari panti asuhan. Tapi kalau kau mau membantuku mencari keberadaan orang tuaku, aku aja sangat berterima kasih.”

“Aku bingung bagaimana caranya mencari keberadaan orang tuaku, hehe.”

Lily menurunkan senyumnya, wajahnya menunduk. Entah kenapa gadis itu merasa malu dan juga merasa tak enak atas apa yang barusan dia ucapkan. Sebelumnya dia tak pernah meminta bantuan sesulit apa pun yang dia hadapi.

Amber tersenyum karena gemas dengan wajahnya polos gadis itu.

“Itu mudah. Aku akan membantumu.”

Related chapters

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   8. Pemakaman Marry

    Alarm berdering tepat di pukul 5 pagi. Mata Lily membuka perlahan, dia bangun dengan meregangkan otot-ototnya. Setelah mematikan alarm, gadis itu menggaruk-garuk kepala, saat itu dia masih setengah sadar. Matanya dalam kondisi terpejam. Lily membuka mata, dia pun dikejutkan oleh dua potong roti dan juga segelas susu di samping alarm itu. Itu adalah sandwich isi sayur selada, tomat, bawang bombai dan irisan daging sapi. Gadis itu mengambil satu potong roti dan susu itu. Dia tersenyum dengan perasaan heran. “Siapa yang meletakkannya di sini?” Lily melahap potongan roti itu hingga habis. Dia merasa seperti putri raja jika dilayani seperti itu. Gadis itu menginginkannya setiap hari. Setelah puas menghabiskan sandwich itu, dia meneguk susu hangatnya hingga habis. Dia menghela nafas lega. Tanpa sengaja dia juga bersendawa. “Ah. Aku makan lebih baik di sini daripada rumah sendiri.” Beranjak dari ranjangnya. Dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. “Andai saja dari dulu seperti

    Last Updated : 2024-04-09
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   9. Bertemu Amber Kembali

    “Hai.”Perhatian Lily dan Kendrick tertuju padanya wanita itu adalah Amber Waverly. Tampilannya cukup berbeda, dia tampak anggun dengan full make up dan juga gaun panjang berwarna merahnya.Tatapannya Kendrick bergerak dari ujung kaki sampai ujung rambut. Wanita itu sekarang memakai sandal hak tinggi yang juga berwarna merah. Padahal biasanya dia tak pernah berani memakainya.“Kenapa tampilanmu tiba-tiba berbeda?”Pertanyaan Kendrick itu membuat wajahnya tampak sedikit tak nyaman.“Eh ... aku tadi baru datang dari acara fashion show.”Wanita itu tersenyum setelahnya.“Kemari.”“Duduklah di dekat Lily.”Amber mengangguk pelan. Dia pun melangkah, duduk di dekat Lily. Amber tersenyum lembut pada gadis itu. Dengan senang hati, Lily juga tersenyum padanya.Saat Lily fokus pada bukunya kembali. Amber tetap menatap gadis itu. Wajah gadis itu memang sangat putih dan mulus, tak pernah Amber melihat kulit yang lebih indah daripada kulit Lily.“Sepertinya bisnismu sekarang semakin ber

    Last Updated : 2024-04-10
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   10. Lizy Everly Hartberg

    Gadis berambut merah jahe dan berkulit kuning kecokelatan. Wajahnya tampak begitu mirip dengan Lily. Itu membuat Lily yang penasaran mendekat dengan perlahan.Langkah Lily terhenti ketika melihat gadis itu menoleh pada seseorang dengan raut bahagia. Dia tiba-tiba berlari ke arah Amber Waverly, mereka pun langsung berpelukan. Dari cara mereka melepas rindu, mereka seperti orang yang tak bertemu bertahun-tahun. Mungkin gadis berambut jahe itu adalah sahabat Amber yang berpisah dengannya dari sekian lama.Lily hanya memerhatikan mereka dengan wajah heran. Ternyata gadis berambut jahe itu tak terlalu mirip dengannya jika dilihat dari depan. Dia memiliki hidung yang lurus, bibir yang tebal dan juga mata yang panjang namun tampak kecil. Lily sangat menyukai bentuk matanya.Gadis berambut merah jahe itu memerhatikan tubuh Amber, dia tampak begitu takjub. “Amber. Kamu sekarang sudah banyak berubah.” “Kamu semakin cantik dan semakin sukses.”Dengan senyum gembira, dia menjulurkan t

    Last Updated : 2024-04-11
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   11. Kesibukan Pelayan

    Bersandar di sofa sambil menikmati secangkir kopi. Saat ini Kendrick malas melakukan apa pun dan juga malas memikirkan apa pun. Tak ada yang membuatnya terkesan hari ini.Mengambil majalah hariannya. Kendrick membukanya selembar, membaca berita baru yang terjadi hari ini. Isinya hanyalah korban kecelakaan, kebakaran rumah dan beberapa iklan. Dia melemparkannya kembali ke meja. Berita yang dia harapkan tak pernah terjadi.Deringan telepon berbunyi. Kendrick sedikit melirik ke arahnya. Lagi-lagi itu telepon dari orang yang tak dikenal.Dengan gerakan malas, Kendrick mengambil ponselnya itu. Dia mengangkatnya.“Ini dengan Tuan Kendrick?” tanya penelepon itu.Kendrick sedikit kaget, ini pasti yang dia tunggu-tunggu.“Iya. Ini saya sendiri. Ada apa?”“Nama saya adalah Wilson. Saya adalah seseorang yang anda suruh untuk melacak sebuah peta.”Seketika Kendrick mengembangkan senyumnya dengan lebar.“Kau telah menemukan keberadaan ayahku?” tanya Kendrick sangat penasaran.“Saya tidak

    Last Updated : 2024-04-14
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   12. Penelepon

    “Halo? Apakah ini Lily?”Lily benar-benar kaget, rautnya seperti membeku dalam sesaat. Entah siapa yang meneleponnya, itu membuat Lily ketakutan.“Halo?”Seketika lamunan Lily bubar dengan terkejut. Dia membuat nafas gadis itu berdegup kencang.“Bukan. Aku bukan Lily.”“Tapi siapa kau? Apakah kau kenal dengan gadis bernama Lily itu?” ucapnya berusaha tenang. Gadis itu menelan salivanya dengan berat.Entah kenapa. Tiba-tiba pria penelepon itu tertawa. Mata Lily langsung membelalak.“Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku sangat hafal dengan suaramu yang manis itu.”Dahi Lily berkerut. Dia sangat penasaran siapa pria itu.“Kau siapa?”“Namaku Revan Narandra. Aku temanmu saat sekolah dulu. Waktu masih SMP,” jelasnya dengan nada lembut.Tentu saja Lily mengenalnya. Dia dahulu sangat akrab dengan Revan Narandra. Tapi dia masih bingung bagaimana Revan mengetahui nomer rumah ini.“Oh, iya! Aku masih ingat,” ucapnya dengan tersenyum lebar. Perasaannya berubah begitu cepat.“Bagaiman

    Last Updated : 2024-04-15
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   13. Kegagalan yang Terasa Melumpuhkan

    “Apakah kau mengenal Revan?” Lily menatapnya dengan datar, tentu saja dia kaget dengan pertanyaan itu. “Kenal. Dia temanku saat sekolah menengah pertama. Memangnya kenapa?” Gadis itu tak langsung menjawab, dia malah memainkan jarinya. Itu membuat Lily semakin penasaran. “Apakah kau pernah memiliki hubungan dengannya? Sepertinya dia sangat perhatian padamu,” ucap Liza dengan malu-malu. Wajahnya tampak muram. Di hari biasanya, Lily tak pernah sedikit pun melihatnya muram. Lily menjadi curiga jika Revan memiliki hubungan spesial dengannya. “Sebentar.” “Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Apakah kau menyukainya?” Liza mengangkat wajahnya menatap Lily. Gadis itu begitu malu-malu, seakan-akan ada lem yang merapatkan mulutnya. “Anu.” Gadis itu tak langsung menjawab. Lily semakin la semakin kesal melihatnya seperti itu. Dia berdecak. “Liza, katakan!” Mata Liza seketika membelalak, kedua tangannya ke belakang menopang tubuhnya yang akan terjatuh. “Dia ... dia pacarku,” ucapnya

    Last Updated : 2024-04-18
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   14. Tidur di Kamar Lily

    “Gagal? Apakah kakek Bretton memberimu peta palsu?!”Berdiam di pelukan gadis itu. Kendrick merasakan dadanya terasa panas dengan detak jantung tak karuan.“Iya.”Pria itu pun memejamkan matanya di pelukan Lily. Kendrick benar-benar memeluk Lily seperti anak kecil yang berada di pelukan ibunya. Sejak kecil dia memang memiliki kebiasaan memeluk ibunya ketika dia merasa sangat lelah. Kamar yang Lily tinggali sebenarnya juga kamar bekas almarhum ibunya dulu, sehingga Kendrick mengkhayalkan Lily adalah ibunya.Lily bisa merasakan nafas Kendrick yang hangat di punggungnya. Gadis itu jadi teringat saat memeluk keponakan laki-lakinya yang berumur 6 tahun. Saat anak kecil itu menangis, biasanya dia berlari pada Lily dan tidur di pelukannya. Namun, kali ini Lily memeluk anak kecil raksasa dengan berat dua kali lipat dari tubuhnya.Gadis itu bergerak memeluknya balik. Tangan kanannya menepuk-nepuk ringan punggung pria itu.Mungkin untuk sementara waktu terasa nyaman, namun semakin lama

    Last Updated : 2024-04-18
  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   15. Amarah Bibi Freda

    “Kendrick?!”Kedua orang yang masih berselimut itu langsung bangun dengan mata membelalak. Jantung mereka berdua langsung berdetak kencang tak karuan. Terutama Kendrick yang kedua kancing kemeja bagian atasnya terbuka dan dasinya tak karuan.“Bibi. Ini tidak seperti yang Bibi pikirkan.”“Kami hanya—“Bibi Freda mengangkat tangan kanannya menyuruh pria itu diam. Kendrick saat ini hanya bisa terdiam. Seluruh tubuh pria itu terasa panas karena ketakutannya sendiri.Kendrick beranjak dari ranjangnya, melangkah menghampiri bibinya itu. Wajahnya hanya menunduk, dia bahkan tak berani menatap mata Bibi Freda.“Kendrick minta maaf, Bi. Kendrick salah,” ucapnya dengan wajah murung. Dia tampak sangat menyesal.Bibi Freda menatap ke arah lain dengan wajah yang sinis. Dia tak pernah percaya anak laki-laki yang dia besarkan seperti anak sendiri sekarang berani melakukan itu.“Untuk apa minta maaf ke Bibi, hm?”“Minta maaf ke pacarmu itu. Kau menodainya tanpa nikah.”Kendrick sedikit membe

    Last Updated : 2024-04-20

Latest chapter

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   62. Apa Yang Terjadi?

    Lily menoleh pada jam dinding, tak terasa sudah pukul 17.54. Gadis itu menunggu selama berjam-jam hingga senja telah larut. Wajahnya menunduk dengan penuh rasa khawatir. Ibu Alexandria tidak datang-datang, sedangkan Kendrick masih belum pulang. Lily sangat bingung dengan apa yang terjadi.Bahkan dia telah menelepon Kendrick berulang kali, namun tak diangkat. Itu membuatnya semakin khawatir dan gelisah dengan keadaan pria itu. Lily takut dia adalah masalah di jalan atau yang lebih parahnya lagi kecelakaan.“Sebenarnya ini ada apaan, sih? Kok aneh banget?”“Apa jangan-jangan Ibu Alexandria menipuku, ya? Kenapa coba dia dia gak datang, padahal dia sudah berjanji dengan Kendrick.”Lily menghirup nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Itu membuat dirinya menjadi lebih tenang. Dia masih tak bisa percaya ibu Alexandria melakukan hal ini padanya, tanpa memberikan alasan yang jelas mengapa dia tak datang.“Sepertinya aku tidak boleh mempercayai siapa pun.”Gadis itu beranjak dari

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   61. Akhirnya Alvin memberikannya

    “Eh ... sebenarnya memang benar jika Danielle adalah temanku, tapi itu dulu sekarang tidak. Itu karena terjadi sebuah pertengkaran antara aku dengannya, sehingga aku menghapus nomornya begitu saja. Maaf, saat itu aku terbawa emosi.”Lizy bahkan tak memejamkan matanya menatap mata laki-laki itu. Tatapan tajam gadis itu membuat Alvin takut untuk menoleh padanya. Lizy bisa melihat kebohongan pria itu dengan melalui ketidak tenangan rautnya.“Jangan berbohong! Apakah kau tidak lihat kau sedang berhadapan dengan siapa?” “Aku bisa membaca bahasa tubuh maupun pikiranmu dengan sekali lihat. Jangan pernah lupa jika aku kuliah jurusan psikologis.”Alvin mengangkat wajahnya, dia menatap sinis pada gadis itu. Dia akui apa pun yang Lizy katakan memang benar, tebakannya tak pernah luput. Oleh karena itu Lizy selalu dianggap ancaman.“Terserah kau saja, meski kau menganggapku munafik pun aku tak peduli,” bantah Alvin tak terima.Pria itu membuka ponselnya. Dia menekan bagian kontak dan mulai

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   60. Mencurigai Kebohongan

    Di dalam kamar Kendrick yang telah tertutup rapat, suara ponsel terus berdering di atas meja kerjanya. Tak seorang pun yang bisa mendengar karena luasnya kamar tersebut. Ponsel itu tertinggal karena Kendrick terburu-buru pergi demi menghindari pertanyaan Lily.Saat ini pria itu sedang duduk di sebuah kafe out door. Pandangannya begitu kosong, menatap polos pada keramaian orang-orang di jalan itu.Dia menarik nafas dengan berat, lalu menghembuskannya perlahan. Mengangkat secangkir kopi hangatnya, lalu menyeruput perlahan.“Andai saja saat itu aku tak meninggalkan ayah, semua ini mungkin tak akan terjadi.”Kendrick sangat menyesali perbuatannya saat itu. Hal paling menyakitkan dalam hidupnya adalah mengambil keputusan yang sering dianggap sepele. Kendrick tak mengerti mengapa semua hal yang dia anggap kecil selalu menjadi besar, seperti keputusannya untuk menyembunyikan Kakek Bretton dan ayahnya di ruangan yang dia anggap aman.Padahal mereka berdua masing-masing telah dia berikan

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   59. Efek Pelukan

    Bibir Lily semakin terangkat dengan sudutnya yang menurun. Sangat menyakitkan baginya untuk semua itu. Dia masih tak bisa meninggalkan Kendrick.Tanpa ragu-ragu lagi, Lily memeluk Kendrick dengan erat. Merasakan hangatnya tubuh Lily, membuat Kendrick merasa panas dingin. Kendrick meneguk salivanya sendiri saat merasakan kedua tangan kecil Lily yang melingkar ditubuhnya itu memberikan sensasi geli yang terangsang syahwatnya.Kendrick tak memedulikan apa yang sedang Lily pikirkan, dia sedang berusaha menahan dirinya untuk tak melakukan apa pun.“Tuan, kau tak mau bertemu denganku lagi bukan karena kau ingin pindah alam, kan?”Kendrick tak menyangkal apa yang dia katakan. Bisa-bisanya gadis itu berpikir seperti itu?“M-maksudnya?”Lily melepaskan pelukannya dan melihat pada Kendrick. Mata mereka saling bertemu dengan saling bertanya-tanya.“Tuan tidak paham?”Pria itu merasa malu dengan pertanyaan bodohnya itu. Mengalihkan pandangan ke hal lain sambil memikirkan cara untuk menjaw

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   58. Pelukan Hangat Perpisahan

    “Melepasmu?”“Untuk apa aku takut melepasmu, Lily?”Kendrick tersenyum, lalu tertawa. Saat itu sebenarnya dia menertawakan dirinya sendiri yang berpikir aneh. Lily bukanlah segalanya, dia hanya gadis yang dia tawan di rumahnya dan dirinya malah menaruh perasaan pada gadis itu.Senyum pria itu memudar dengan begitu cepat. Dia menjadi tampak murung.“Selamat, Lily.”Kendrick menjulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi Lily hanya memerhatikan tanpa menggerakkan tangannya sedikit pun.“Selamat akhirnya kau bertemu dengan orang tuamu. Hari ini adalah hari berakhir kita bertemu. Setelah ini kita akan benar-benar berpisah.”Kendrick bahkan tak menurunkan tangannya walaupun tahu Lily hanya diam saja.”Lily mulai mengerti dengan maksudnya, dia tak mengerti mengapa Kendrick tak mau menemuinya lagi setelah ini.Dengan senyum lebar dia menerima jabatan tangannya. “Terima kasih, Tuan. Terima kasih atas semuanya.”Kendrick merasa seperti berkeringat panas dingin. Dia merasa senang sekaligu

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   57. Berat Untuk Melepasnya

    Kendrick merebahkan tubuh di sofa. Pandangan matanya kosong tertuju pada langit-langit atap. Dadanya terasa seperti panas, terkadang dia menghirup nafas dengan berat dan menghembuskannya seakan menghembuskan kesedihannya.Hari ini Lily dan Liza masih belum datang, padahal sudah jam dua siang. Entah ke mana kedua gadis itu sampai selama ini. Tapi Kendrick tak merasa khawatir karena ada Danielle yang menjaganya.Walau begitu Kendrick tetap tak bisa tenang. Di pikirannya hanya ada wajah Lily. Kendrick masih ingat saat pertama kali bertemu dengan gadis itu, Lily begitu ketakutan melihat dirinya kala itu. Bagi Kendrick gadis itu berbeda dengan gadis lainnya, yang selalu menginginkan uang, barang branded dan hidup yang mewah, sedangkan Lily yang terpenting hanya makan.Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, Kendrick masih merasa dia baru kemarin membawa Lily ke rumah ini. Sekarang Lily telah menemukan keluarganya. Sebentar lagi, Kendrick tak akan mendengarkan suaranya lagi di rumah ini.

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   56. Kebahagiaan di Wajah Alexandria

    “Iya. Aku sebenarnya sedih melihat Lily yang dirundung seperti itu. Sebenarnya Lizy sudah memperingatkan Lily untuk tidak curiga jika keluarga Hartberg itu keluarganya.” “Gadis itu seperti tidak ingin jika Lily itu benar-benar adik kandungnya. Dia bahkan sampai meneriaki Lily agar tidak mendekati keluarganya lagi di depan umum.” Darah Nyonya Alexandria sebenarnya memuncak sampai ubun-ubun sampai wajahnya sedikit memerah. Tangannya mengepal begitu erat. Dia menghela nafas, berusaha mengeluarkan udara panas dalam tubuh. “Maafkan dia, Kendrick. Kau pasti juga marah karena Lizy sangat jahat dengan Lily.” “Sifat Lizy memang begitu. Aku tidak tahu mengapa, aku bahkan tidak bisa mengubah sifatnya meskipun aku sendiri sering memarahi anak itu.” “Tapi mungkin setelah lama serumah dengan Lily, mungkin sifatnya akan berubah. Lily sepertinya gadis yang baik dan perhatian. Mungkin dia bisa mengubah sifat anak pertamaku itu.” Alexandria mengembangkan senyumnya, tapi dia tidak bisa

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   55. Menjadi Ikhlas

    Pintu mobil terbuka. Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih yang memperlihatkan tubuh indahnya keluar. Sorot pandangnya tertuju pada rumah wanita yang kerap di sapa Nyonya Alexandria. Dia bukanlah sembarang wanita, dia adalah memilik perusahaan brand pakaian terbesar di seluruh negeri.Mulai melangkahkan kaki. Hari ini Kendrick berniat mempermalukan Lizy di hadapan keluarganya langsung, gadis yang pernah menolak cintanya dan menghinanya saat masih kuliah. Mungkin berbalas dendam pada gadis seperti itu adalah tindakan pengecut yang tidak maskulin. Namun, demi memulangkan tawanan kesayangannya itu, Kendrick terpaksa melakukannya dan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.Kendrick tak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Dia sudah terlanjur mencintai Lily. Terlanjur sayang dan tak ingin kehilangan gadis itu.Dia mungkin bisa saja menikahi Lily setelah gadis itu resmi menjadi anggota keluarga Hartberg. Tapi dia tak bisa, itu semua karena dia telah membuat janji dengan s

  • Gadis Lugu Tawanan sang Mafia   54. Video Rekaman

    “Maaf, Lizy. Aku tidak menyuruh ibumu untuk menemuiku. Dia sendiri yang tiba-tiba datang.”Tatapan Lizy semakin menajam sinis. “Aku tidak peduli akan itu.”“Di sini aku hanya mengingatkanmu, jika kau mengulangi kesalahan yang sama lagi, maka kau akan lihat sendiri nanti akibatnya!” Gadis tak beradap itu enyah dari hadapannya. Lily melihatnya dari bawah hingga ke atas, seringai licik menghiasi bibirnya.Liza masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Gadis yang tadi itu adalah salah satu pewaris kekayaan keluarga Hartberg. Permasalahan apa yang Lily hingga dia begitu marah?“Kau punya masalah apa dengan anak konglomerat itu?” tanya Liza begitu penasaran. Senyum Lily mengembang. “Masalah kecil. Lagi pula itu juga kesalah pahaman. Nanti dia akan menyadarinya sendiri, kok.”Hal yang mereka tidak ketahui. Di balik itu semua adalah pria dengan hoodie hitam, kacamata bening dan masker yang telah merekam semua kejadian itu. Dia adalah Danielle Perterson, pesuruh sekaligus mata-m

DMCA.com Protection Status