Share

4. Benci (2)

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-12-21 08:17:31

Happy Reading

*****

Kiran memukul lengan sahabatnya pelan. Gemas sekali karena Fitri terus mengolok-oloknya memiliki hubungan spesial dengan si bos. Mereka berdua terus bersenda gurau hingga Kiran mendapat chat dari Wijananto.

"Kerja, yuk. Big Father udah ngasih warning," ucap Kiran.

"Sayang banget kayaknya beliau sama kamu. Jangan-jangan, kamu benar-benar punya hubungan spesial sama sang putra mahkota." Fitri mencolek dagu sahabatnya, menggoda Kiran.

"Berhenti, enggak!" Tangan Kiran siap memukul Fitri, sengaja  menakuti gadis itu.

Fitri menjulurkan lidah ketika pukulan sahabatnya bisa ditangkis. Dia lebih cepat menggerakkan kursi, pindah posisi.

"Kerja ... kerja biar nggak ditelpon si bos lagi. Ntar dikata kita bercanda terus," ucap Fitri setelah puas menggoda sahabatnya.

"Hmm, padahal dia sendiri yang ngajak guyon dari tadi," sahut Kiran. Walau mulutnya berkata demikian, tetapi tangannya sudah mulai menari dia tas keyboard komputer, menyelesaikan tugas dari sang atasan di pusat.

Kedua perempuan itu tidak lagi saling melempar candaan. Keduanya tenggelam dengan pekerjaan masing-masing hingga menjelang sore. Namun, pekerjaan Kiran masih belum selesai juga padahal jam pulang kantor, sebentar lagi.

Anggaran produksi yang dibuat perempuan itu masih kurang pas. Ada saja kesalahan kecil di dalamnya hingga dia harus mengkaji ulang perincian lebih teliti lagi. Kiran ingin mendapatkan apresiasi positif sebagaimana biasa dia dapatkan ketika masih berada di kantor pusat. Oleh karenanya, kesalahan sekecil apa pun berusaha dihindari.

"Ran, udah jam lima. Kamu mau lanjut ngerjain itu atau gimana?" tanya Fitriya. Dia sudah membereskan meja kerja, mematikan komputer dan mulai memasukkan peralatan pribadi ke dalam tas. Bersiap meninggalkan meja kerjanya.

"Tinggal aja, Fit. Kurang dikit lagi, nanggung banget kalau aku pulang sekarang." Merenggangkan tangannya sebentar, Kiran tersenyum manis pada sahabat satu-satunya yang masih bertahan hingga usia mereka dewasa.

"Hari pertama di sini udah semangat aja ibu satu ini. Pantes dapet gelar karyawan teladan. Nggak kayak aku, predikat karyawan telatan." Fitriya tertawa sedikit keras. Sadar, dirinya selalu datang hampir terlambat dan pulang selalu lebih awal.

"Mulai kumat," sahut Kiran disertai lemparan kertas kecil pada wajah sahabatnya. "Sana pulang. Aku sama sepertimu, kok. Cuma lebih beruntung saja dapat gelar teladan. Enggak tahu si Bapak kriterianya memilihku begitu."

"Hmm, merendah, tapi memang kamu layak mendapatkannya. Nggak kayak aku." Lagi-lagi, gadis itu mengulang kalimat sebelumnya. Setelahnya, Fitriya menengok arlojinya yang sudah menunjukkan pukul lima kurang dua menit. "Aku duluan, ya, nyampe di depan finger print udah pas jam lima. Assalamualaikum." Gadis itu mencium pipi sahabat karibnya, kanan kiri. Seperti kebiasaan mereka ketika akan berpisah.

"Waalaikumussalam. Hati-hati di jalan. Fii amanillah, Fit," ucap Kiran sebagai salam perpisahan. Fitriya pun melambaikan tangan ambil membuka pintu, keluar.

Setelah kepergian sahabatnya, Kiran masih fokus pada layar komputer. Tak terasa, satu jam berlalu, jika bukan karena ponsel yang berdering, fokusnya akan tetap berpusat pada layar.

Perempuan itu mengambil benda pipih pintar miliknya. Terlihat pop up  chat yang dikirim oleh big father terbaca. Owner perusahaan tempatnya bekerja itu menanyakan anggaran yang dibuat.

"Sedang saya kirim, Pak. Tolong di koreksi ulang, takut masih ada kesalahan atau ketidaksesuaian dengan keinginan Bapak," ucap tulus Kiran.

Tak butuh waktu lama, balasan dari sang atasan terbaca. "Terima kasih, Ran. Kamu memang yang terbaik. Semoga betah bekerja di cabang. Jaga kinerjamu, sama seperti ketika kamu bekerja di pusat."

"Insya Allah, Pak. Terima kasih kembali sudah mempercayakan tugas ini pada saya." Kiran tersenyum setelah mengirimkan chat balasan pada si bos besar.

Hal seperti itulah yang membuatnya betah bekerja di perusahaan yang dipimpin Wijananto. Lelaki paruh baya itu selalu berkata sopan dan lemah lembut. Sangat berbeda dengan putranya. Kiran menghela napas panjang ketika mengingat perilaku Amir yang sangat jauh berbeda dengan Wijananto.

Setelah melihat layar komputer yang memberitahukan bahwa emailnya terkirim, Kiran mulai membereskan meja. "Amit-amit. Kenapa aku malah kepikiran sama dia," gumamnya sambil membereskan semua peralatan yang ada di meja kerja.

Keluar dari ruangan dengan perasaan lega. Kiran tersenyum sendiri, merasa berhasil dengan tugas yang diamanahkan padanya. Sesampainya di dekat pintu luar kantor, bahunya terangkat kaget.

"Bodoh!" ucap seseorang dengan nada keras dari arah belakang Kiran.

Kaki si gadis mulai gemetar mendengar kata kasar tersebut. Kiran berbalik arah dan melihat Amir berjalan ke arahnya sambil memegang ponsel di telinga kiri. Raut muka si bos terlihat serius. Tepat di depan Kiran, lelaki itu berhenti.

"Sepertinya nggak ada jam lembur hari ini. Kenapa kamu baru pulang?" tanya Amir masih dengan nada keras pada gadis di depannya.

"Saya cuma menyelesaikan tugas yang sudah diamanahkan Pak Wijananto." Terbata Kiran menjelaskan. Tatapan tajam si bos dengan alis hampir menyatu membuat si gadis makin gemetar.

"Lain kali kalau nggak ada pengumuman lembur jangan lembur. Saya nggak mau bayar gaji lemburan jika nggak ada perintah. Ngerti?" Lelaki itu menaikkan alis, matanya terbuka sempurna membuat si gadis mulai menanamkan kebencian.

"Enggak perlu repot ngasih uang lembur buat saya, Pak. Sudah kewajiban saya untuk menyelesaikan amanah yang diberikan," sahutnya dengan suara bergetar.

Si gadis berbalik, langkah Kiran sengaja dikeraskan yang mengakibatkan suara heels begitu nyaring terdengar. Tidak peduli jika lelaki itu akan lebih marah.

Amir, hanya bisa menggelengkan kepala mengetahui sikap aneh karyawan satu itu. "Dasar aneh. Kenapa dia malah marah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   5. Benci (3)

    Happy Reading*****Pulang dengan rasa jengkel, Kiran melajukan motornya dengan cepat. "Kok, ada lelaki menyebalkan seperti itu?" gerutunya sepanjang perjalanan. Mungkin, jika bukan karena ingin dekat dengan Fitri, Kiran akan minta mutasi lagi ke pusat. Dia tidak mau bekerja dalam tekanan dan bertemu dengan Amir setiap hari.Mengucap salam ketika memasuki rumah, Kiran melihat wajah teduh perempuan yang telah melahirkannya. Segera memeluk perempuan paruh baya itu dengan segenap jiwa. "Eh, ini kenapa?""Bentar saja, Bu." Kiran mengeratkan pelukannya."Tumben, sih." Perempuan paruh baya dengan daster rumahan itu mengajak putrinya duduk di sofa ruang tengah sambil memeluk. "Lagi ada masalah di kantor, ya? Nggak biasanya kamu pulang kerja manja gini."Bukannya malu dikatakan manja, Kiran malah meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. "Enggak ada masalah, Bu. Cuma agak capek saja. Maklum, pertama kerja di kantor baru, butuh banyak penyesuaian."Selalu, Kiran berusaha menutupi semua yan

    Last Updated : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   6. Benci (4)

    Happy Reading*****Semua mata kini tertuju pada si gadis berjilbab. Wajah Kiran memucat seperti kekurangan darah. Dia tidak bisa lagi mengelak. Melihat sang sahabat dengan keadaan menyedihkan seperti itu, Fitriya bangkit dari tempat duduk, mendekati sahabatnya. "Ran, kenapa kamu melakukan kesalahan ini?" bisik Fitriya ketika berhasil memeluk sang sahabat.Kiran berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tatapannya kini mengarah pada si bos. Sekuat tenaga, Kiran bersikap kuat dan tidak takut."Saya cuma mau ke toilet. Apa pantas Bapak bertanya sekeras tadi?" Kiran langsung membuka pintu ruang meeting tanpa mendengar jawaban dari Amir. Amir menatap kepergian Kiran dengan pertanyaan yang memenuhi kepala. Mencoba menetralkan suasana dengan melanjutkan pembahasan sebelumnya. Suasana ruangan tersebut kembali tegang. Si bos bersikukuh untuk melanjutkan peraturan baru yang sudah dia utarakan sebelumnya. Walau banyak yang keberatan, nyatanya hal tersebut tidak membuat Amir menguba

    Last Updated : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   7. Benci (5)

    Happy Reading*****"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri. "Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran."Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan."Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi."Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu."Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum."Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kant

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

    Last Updated : 2024-12-25

Latest chapter

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   128. Malam Panjang

    Happy Reading*****Kiran mundur, tubuhnya bergetar hebat ketika mendengar suara keras suaminya. Tersadar, Amir merengkuh tubuh istrinya dalam pelukan."Maafkan, Mas, Sayang," ucap si bos ketika menyadari kesalahannya yang sudah berkata keras tadi.Mengalungkan tangannya pada leher sang suami, Kiran menyembunyikan wajahnya. "Mas, aku cuma mau ngomong. Biar aku aja yang mimpin, tapi sepertinya njenengan enggak suka. Malah bentak tadi."Amir kembali membulatkan mata, tetapi bibirnya malah tersenyum, tak menyangka jika sang istri akan berkata demikian. Dia benar-benar salah sangka akan sikap Kiran. "Terus, sayannya Mas ini takut, ya, mendengar suara keras tadi?"Kiran menggeleng. "Takut, sih, enggak. Cuma agak syok aja. Kok, suamiku ini ternyata enggak bisa nahan keinginannya. Kalau enggak dituruti marah. Jadinya, persis kayak Rara." Perempuan mencubit pelan hidung Amir.Manja, Amir mulai menciumi bagian leher sang istri. Tangannya mulai bergerilya secara aktif memberikan rangsangan di t

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   127. Gelora Membara

    Happy Reading*****Semua orang tertawa mendengar balasan Farel pada saudara perempuannya. Namun, hal berbeda terjadi pada Agung. Lelaki itu mu lai merasa canggung ketika semua orang meninggalkannya cuma berdua dengan Rini. Seluruh keberanian bahkan semangatnya yang ingin terus berdekatan dengan dokter cantik itu mendadak lenyap karena menatap kecantikan sang istri. "Mas," panggil Rini. Dia sudah duduk, kembali ke tempatnya semula."Ya." Agung menatap perempuan yang baru dinikahinya itu dengan kagum. Seperti di film-film kartun jika sedang jatuh cinta yang akan terdapat gambar hati di kelopak mata ketika melihat orang yang dicintai. Maka, hal sama pun terjadi pada saudara sulung Kiran. Cinta itu begitu jelas terlihat di matanya ketika menatap sang istri."Njenengan nggak capek berdiri terus. Sini, duduk." Rini menepuk sisi kosong pada sofa yang didudukinya. Seperti sapi yang dicocok hidungnya, Agung menuruti semua perkataan sang istri. Tatapannya masih sama seperti, tadi bahkan mung

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   126. Pernikahan Kilat (2)

    Happy Reading*****Sebelum prosesi akad dilanjutkan, beberapa orang masuk dengan didampingi karyawan yang dipekerjakan oleh keluarga Rini. Ternyata sang pemilik rumah sengaja mengundang beberapa tetangga untuk menyaksikan prosesi pernikahan putri semata wayang mereka yang terbilang sederhana.Rini duduk di sofa terpisah dari Agung. Para wanita juga melakukan hal sama,mereka berkumpul di ruang tengah sambil menunggu Agung mengucapkan akad. "Baiklah karena semua ornag sudah hadir, kita bisa lanjut lagi prosesinya," kata sang penghulu yang mendapat angukan serta ucapan setuju dari semua orang.Agung benar-benar tidak menyangka jika pernikahannya akan berlangsung mendadak seperti pernikahan Kiran dan Amir. Dia sedih sekaligus bahagia. Sedih karena tidak bisa memberikan pernikahan yang berkesan dan bahagia karena statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi suami.Setelah mengucap basmalah, papanya Rini mulai mengucap akad dipandu oleh sang penghulu yang duduk tepat di sampingnya. Tak bu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   125. Pernikahan Kilat

    Happy Reading*****Agung mulai resah, pasalnya tidak pernah menyangka kalau akan ditodong dengan pertanyaan seperti tadi. Selain itu, dirinya juga tidak memiliki persiapan apa pun juga untuk menikah. Melihat ke arah ibunya, Nur cuma menjawab dengan senyuman. Mungkin sama seperti dirinya, perempuan paruh baya itu juga syok mendengar permintaan papanya Rini. Agung pun beralih menatap Kiran dan Amir, mereka berdua langsung menganggukkan kepala tanda setuju. Demikian juga dengan Farel, si bungsu juga mengangguk sebagai tanda persetujuan dengan rencana papanya Rini."Jadi, gimana Mas Agung?" tanya sang kepala keluarga, memastikan bahwa putri dimiliki oleh orang yang tepat ketika dia meninggalkan negaranya."Ehmm," gumam Agung sambil menggaruk kepala yang tak gatal."Gini aja, Gung. Kalau kamu ragu dengan mahar yang diberikan pada dokter Rini, kamu bisa memberikan cincin berlian yang tadi dibawa sebagai maharnya," saran Wijananto seolah mengerti keresahan hati sulung keluarga Kiran.Senyu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   124. Rencana Tak Terduga

    Happy Reading*****Ketika sampai di rumahnya, Nur tidak diperkenankan sama sekali ikut berbelanja oleh-oleh yang akan dibawa ke rumah Rini. Sebagai gantinya, pihak keluarganya meminta bantuan Laila. "Kenapa, sih, Ibu nggak boleh ikut? Ibu, kan juga pengen memilih barang-barang yang akan diberikan pada calon istrimu, Mas," protes Nur pada putra sulungnya."Ibu di rumah saja, kan, belum benar-benar sehat. Nanti, kalau Ibu ikut nyari oleh-oleh terus kecapean dan sakit lagi. Mas, juga akan kena marah sama calon menantu Ibu. Kiran sama Farel pasti ikut memarahi, Mas," jelas Agung."Hmm, padahal calon menantu Ibu sendiri yang ngomong kalau kondisi Ibu sudah sangat sehat," protes Nur, masih kekeh supaya diperkenankan ikut berbelanja. "Kalau Ibu ikut kami berbelanja sekarang, nanti malam nggak bisa ikut ke rumahnya Dokter Rini, ya," sahut Kiran yang sudah berdiri di belakang saudara sulungnya. "Ibu sama Farel aja. Adik, nggak ikut, kok. Mbak Kiran juga nggak ikut," tambah si bungsu. "Kam

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   123. Rencana Lamaran

    Happy Reading*****Semua orang menjadi tegang setelah mendengar suara lelaki paruh baya yang diketahui adalah papanya Rini. Kiran bahkan sampai memeluk suaminya erat saking takutnya mendengar perkataan tadi. Trauma yang dimilikinya belum sepenuhnya sembuh, Kiran terkadang masih sedikit bergetar ketika mendengar suara keras yang dikeluarkan seseorang. "Mas, kenapa papanya dokter Rini, kok, marah," kata Kiran di pelukan sang suami. "Mas, juga nggak tahu kenapa, Sayang. Sstt. Jangan takut, ya.Pasti ada kesalahpahaman, kita lihat saja," bisik Amir sambil mengelus puncak kepala sang istri penuh kasih sayang.Sementara itu, Agung menatap Satya penuh permohonan supaya ponsel yang dipegang beralih ke tangannya. Rini sendiri juga kaget melihat dan mendengar reaksi sang papa yang terkesan marah padahal semalam lelaki berkumis itu begitu bahagia mendengar semua ceritanya tentang Agung.Satya menjulurkan ponselnya pada saudara tertua Kiran. Ketika Agung bisa bertatap muka secara langsung denga

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   122. Calon Menantu

    Happy Reading*****Satya melepaskan tangannya dari leher si dokter tampan. Senyumnya makin lebar ketika mendengar penuturan Agung. Dia semakin yakin jika lelaki di sebelahnya itu adalah orang yang tepat untuk mendampingi adiknya. Memberikan isyarat mata untuk segera pergi, Agung mengikuti langkah calon kakak iparnya. Di persimpangan lorong rumah sakit, mereka berpisah setelah Satya memberikan kontaknya."Aku tunggu kedatanganmu di rumah Papa," ucap si dokter sebelum benar-benar meninggalkan Agung."Insya Allah, besok sore aku akan berkunjung. Sampaikan salamku pada kedua orang tua dokter Rini," sahut Agung.Kembali ke ruang UGD untuk mengecek keadaan ibunya, Agung tak menemukan satu pun anggota keluarganya. "Eh, ke mana mereka semua?" gumam Agung. Mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu anggota keluarganya, Agung memutuskan menelepon Farel."Ya, Mas," kata Farel di seberang sana."Dik, kalian ada di mana? Kenapa Mas nggak melihat Ibu dan lainnya.""Ibu sudah dipindahkan

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   121. Memantapkan Hati

    Happy Reading*****Kali ini, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Rini. Perempuan itu terlihat seperti takut dan tidak nyaman mendengar sapaan seorang dokter lelaki berperawakan tinggi serta berkacamata."Masih berani gangguin adikku?" kata Satya dengan raut muka marah dan menyeramkan."Siapa juga yang gangguin adikmu. Aku cuma menyapa saja. Apa nggak boleh?" Bukannya takut, lelaki yang berprofesi sama seperti Rini dan Satya itu malah memasang senyuman."Nggak boleh. Ingat, ya, aku bisa saja melaporkan lagi perbuatanmu yang dulu itu," sahut Rini sambil menggeser posisi berdirinya agak ke belakang sehingga tubuh saudara sepersusuannya menjadi tameng penghalang dari lelaki yang baru saja menyapanya.Sementara itu, Agung masih diam terpaku di tempatnya berdiri sambil menatap dan mendengarkan apa yang diobrokan oleh ketiga dokter di depannya. Dia juga mulai menyimpulkan sendiri bahwa dokter yang baru saja menyapa Rini tersebut pasti memiliki suatu hubungan di masa lalau dengan gadis yang ingi

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   120. Lelaki di Sekitar Dokter Rini

    Happy Reading*****Agung dengan cepat menjulurkan tangannya. "Kenalkan, nama saya Agung. Saya adalah lelaki yang sedang mencoba mendekati Dokter Rini dan berniat menjadikan beliau istri," ucapnya penuh percaya diri.Perempuan berpakaian serba putih itu membulatkan mata ketika mendengar pengakuan Agung. Heran juga kenapa lelaki yang baru dikenalnya itu bisa begitu percaya diri mengatakan hal demikian. "Saya, Satya," ucap lelaki yang berpakaian sama seperti Rini. Setelah memperkenalkan diri dan menjabat tangan Agung. Lelaki pemilik nama Satya itu menoleh pada Rini. "Selamat, ya, Dek. Akhirnya ada lelaki yang berani dengan tegas mengatakan sedang ingin mendekatimu.""Ih, Mas Satya apaan, sih." Rini terlihat makin manja dengan melingkarkan kedua tangannya pada pergelangan Satya.Tangan Agung terkepal. Walau perempuan di depannya belum resmi mengakatan menerima ajakannya menikah, tetapi tal seharusnya dia bertindak kelewat mesra di depan Agung seperti sekarang. Lelaki mana yang tidak ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status