Share

7. Benci (5)

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-12-24 09:48:40

Happy Reading

*****

"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri.

"Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran.

"Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan.

"Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi.

"Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu.

"Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum.

"Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kantor pusat."

"Oh, dia pindahan dari kantor pusat?"

Amir mengangukkan kepala sebagai jawabannya. Mari, Pak. Saya akan mengajak Anda melihat-lihat proses produksi kami."

*****

Kiran merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh hingga menimbulkan kekhawtiran semua orang. Dia begitu malu karena tingkah konyolnya tadi. "Bodoh," umpatnya, "kalau begini. Orang lain pasti mengira aku sedang mencari perhatian si bos galak itu padahal enggak gitu."

Menyingsingkan roknya ke atas, Kiran menatap luka memar di lutut akibat kejadian tadi. "Duh, sampai kayak gini. Ibu pasti bertanya-tanya kalau tahu," gumamnya tanpa sadar jika sang sahabat masuk ruangan.

"Lututmu kenapa, Ran?" tanya Fitri, panik.

Kiran meringis sambil meniup-niup lukanya. Tangannya masih sibuk mengoleskan minyak supaya memar itu tidak begitu terlihat. "Jatuh di ruang packing," jawabnya.

"Kok, bisa?"

"Bisa aja, sih. Aku enggak hati-hati pas jalan. Jadi, kakiku nyangkut di kabel dan jatuh."

Fitri memicingkan mata. Jelas, dia tidak percaya begitu saja dengan ucapan sahabatnya itu. Sosok Kiran yang dikenalnya bukan orang ceroboh. Pasti ada sesuatu yang membuatnya sampai terjatuh dan terluka seperti sekarang.

"Kamu pasti menghindari sesuatu hingga luka seperti sekarang. Ngaku aja, deh," ucap Fitri sambil membantu meniup luka sahabatnya.

"Apa, sih. Aku cuma kurang hati-hati saja pas jalan tadi," sanggah Kiran masih tidak mau mengaku kejadian sebenarnya.

"Terserahlah." Fitri mendengkus. Namun, detik berikutnya, dia berkata kembali, "Istirahat saja, jangan terlalu banyak bergerak."

"Siap, ibu suri," jawab Kiran disertai hormat membuat Fitri terkekeh.

Kiran bernapas lega saat jam pulang kantor terlihat jelas pada arloji yang dikenakannya. Senyumnya mengembang kala mengingat kegiatan yang akan dilakukan di akhir pekan nanti.

"Ran, aku duluan, ya," kata Fitri. Meja perempuan itu sudah bersih dan tasnya sudah menggantung di pundak. Wajah perempuan itu berseri-seri, kebahagiaannya terpampang nyata.

"Bahagia banget, Bu. Kenapa, nih? Apa ada cowok yang bakal ngapel nanti malam?" goda Kiran.

"Dih," dengkus Fitri. "Aku sudah jadi pengikutmu."

"Pengikut gimana maksudnya?"

"Pengikut dengan prinsip, halalkan atau tinggalkan. Nggak mau baper sama cowok yang nggak menjabat tangan Bapak. Ngapain jagain jodoh orang." Perempuan itu menjulurkan lidah setelah menyelesikan kalimatnya.

Kiran tertawa keras saat itu juga.

"Ih, kok, malah ketawa, sih? Kan prinsipmu gitu?"

Menutup bibirnya dengan tangan, tawa Kiran makin keras. "Bagus kalau sadar. Pulang, yuk."

Keduanya meninggalkan ruangan dengan senyum terkembang hingga sampai di depan mesin absen. Sosok Amir terlihat membuat Kiran pamit ke toilet.

"Lah, mau pulang malah beser," sindir Fitri.

"Kamu duluan saja, Fit," pinta Kiran. Langsung berbalik, setengah berlari menuju toilet dan semua yang dilakukan sang gadis terlihat oleh Amir serta sang manajer HRD.

"Apa mukaku nyeremin, ya, Saya?" tanya Amir pada sang sahabat yang terlihat masih menatap kepergian Kiran dengan aneh.

"Iya. Persis kayak genderuwo kolor ijo," jawab Syaif. Setelahnya, dia terkikis sendiri.

Amir terpaksa menyentil kening lelaki berkemeja baby blue tersebut. "Mulutmu minta disumpal serbet dapur."

Tawa Syaif meledak. Dia sendiri juga heran kenapa Kiran berbuat seperti itu setiap kali bertemu Amir. Si bos sudah seperti virus mematikan yang harus dihindari.

*****

Pukul sepuluh pagi, Kiran pamit pada ibunya. Gadis itu sudah berpakaian rapi dengan gamis hitam andalannya ketika sedang keluar rumah.

"Mau ke mana, Ran?"

"Mau refreshing sebentar. Ibu mau ikut?"

"Nggak. Ngapain ibu ikut kamu keluar. Nanti, malah ngerepotin." Perempuan paruh baya itu menjulurkan tangannya.

Kiran menerim uluran tangan tersebut dan menciumnya penuh hormat. "Kalau gitu, aku bawain oleh-oleh saja pulangnya. Ibu mau apa?"

"Apa saja."

Kurang dari lima belas menit kemudian, Kiran sudah sampai di pusat perbelanjaan terbesar di kotanya. Gadis itu langsung menuju outlet yang menjual segala kebutuhan wanita muslimah.

Memilih-milih jilbab yang digantung, senyumnya tak pernah lepas dari wajah. Semua itu menarik perhatian seseorang yang sejak tadi mengamatinya.

"Sebenarnya, dia bisa tersenyum dan ceria. Tapi, kenapa saat di kantor malah sebaliknya. Apa memang ada yang salah denganku?" gumam lelaki yang tak lain adalah Amir.

Si bos kebetulan berada di mall yang sama dengan Kiran. Entah magnet apa yang membuat Amir terus berusaha mengawasi karyawannya itu. Tatapan Amir selalu mengarah pada Kiran padahal jelas-jelas si gadis cuma memilih jilbab saja.

Beberapa saat kemudian, Kiran mendekati seorang anak kecil yang sedang menangis.

"Assalamualaikum, adek sayang," sapa Kiran pada bocah perempuan dengan perkiraan umur 5 tahunan.

Si bocah menoleh. Bukannya menjawab pertanyaan Kiran, si kecil malah mengerjakan tangis.

"Lho, kok, malah keras nangisnya. Sini." Kiran meraih si kecil dan menggendongnya. "Cerita sama Mbak, kenapa adek nangis?"

Lalu, mengalirlah cerita si kecil yang ternyata terpisah dan kehilangan jejak orang tuanya. Telaten dan penuh sabar, sang gadis menjelaskan serta menasihati si kecil. Kiran juga tak segan untuk membantu menemukan orang tua bocah itu.

Beberapa menit kemudian, si kecil sudah bertemu dengan orang tuanya. Bibir Kiran terbuka lebar ketika orang tua si kecil mengucap terima kasih. Gadis berjilbab itu sempat berbincang  dengan orang tua si kecil, terlihat sangat akrab.

"Dengan yang lain kamu terlihat begitu baik. Bahkan dengan seseorang yang baru kamu temui sudah begitu akrab, tapi denganku, kamu bersikap sangat aneh. Ada apa sebenarnya? Apa kamu membenciku?" gumam Amir sambil mengamati Kiran dari kejauhan.

Amir masih saja mengikuti Kiran diam-diam dari belakang ketika si gadis berpindah ke outlet lainnya. Semakin lama, si bos mengikuti karyawannya, semakin dia penasaran apalagi ketika melihat senyum yang tak pernah lepas dari wajah. Amir seperti terhipnotis dan tanpa sadar sudah meninggalkan keluarganya cukup lama.

"Papi!" teriak seorang bocah perempuan sambil mencolek lengan Amir.

Oleh karena teriakan tersebut cukup nyaring, reflek Kiran pun menoleh. Tak ingin ketahuan menguntit, Amir menggendong putrinya dengan cepat dan bersembunyi di balik gamis. Mendekap bibir mungil itu agar tak lagi memanggil namanya.

"Lepas, Papi," kata si bocah yang tertahan tangan kekar Amir.

"Maaf, Sayang. Apa ada yang sakit?"

Bocah berusia 5 tahun itu turun dari gendongan dan menggelengkan kepala. Hampir saja lelaki itu menyakiti putrinya sendiri.

"Papi lagi ngapain kok bengong sambil ngeliatin Tante tadi?"

"Papi nggak bengong kok. Cuma lagi mikir baju yang cocok buat Nenek yang mana."

"Masak, sih?"

"Iya." Amir menggandeng tangan putrinya pergi menjauhi Kiran.

"Kok, nggak percaya, ya. Jangan-jangan, Tante itu pacarnya Papi, ya?" goda si kecil.

"Hust," sahut Amir.

"Kok, muka Papi memerah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   13. Merasa aneh

    Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   14. Rencana Piknik

    Happy Reading***Pekerjaan Kiran hari ini terbilang cukup padat. Sejak pagi, gadis itu terjun langsung menyortir orderan yang akan dikirim ke luar pulau. Hampir-hampir tak ada waktu duduk. Tak beda jauh dengannya, Fitri juga merasakan hal sama. Deadline pengiriman semakin dekat membuat para karyawan bagian produksi bekerja ekstra. Mereka tentunya tidak mau dipotong gaji ketika ada kesalahan pada hasil produksi. Oleh karenanya, semua bekerja dengan ketelitian dan keseriusan penuh.Sementara di tempat berbeda, Amir sedang dilema. Janji mengajak Naumira piknik ke salah satu taman yang terdapat beraneka ragam satwa terancam batal. Baru saja, resepsionis mengabarkan jika tamu dari luar kota yang akan mengajak kerja sama meminta bertemu pada jam makan siang di Resto Tepi Sawah. Sementara putrinya sedang dalam perjalan ke kantor untuk menjemputnya menuju taman satwa. Mondar-mandir lelaki itu mencoba mencari solusi permasalahannya saat ini. Mencoba menghubungi klien itu, tetapi tak berhas

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   15. Bahasa Kalbu

    Happy Reading ***** Indera Kiran dan Amir bertemu, keduanya diam beberapa saat, menyelami keinginan masing-masing. Si gadis ingin menolak karena tak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan atasannya, tetapi sorot mata sang lelaki mengisyaratkan sebaliknya. Cukup lama keduanya terdiam hingga tarikan tangan untuk masuk mobil oleh si kecil terasa pada pergelangan Kiran. "Ayo masuk, Tan. Temen Papi udah jalan," pinta Naumira. Rupanya, gadis kecil itu tak sabar melihat adegan saling diam dua orang dewasa di sampingnya. Mau tak mau Kiran mengikuti ajakan bocah itu. Duduk di samping lelaki yang mati-matian dihindari. Walau enggan, Kiran harus melakukannya. Amir menoleh sebentar ke arah si gadis yang lebih banyak menunduk tersebut. "Pakai sabuk pengamannya, Ran," peringat Amir sebelum menjalankan kendaraan roda empatnya. Kiran meraih sabuk pengaman di kursinya dan menyilangkan ke depan. Melihat begitu paruhnya gadis itu, Amir menambahkan satu poin plus. Sepanjang perjalanan menu

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   128. Malam Panjang

    Happy Reading*****Kiran mundur, tubuhnya bergetar hebat ketika mendengar suara keras suaminya. Tersadar, Amir merengkuh tubuh istrinya dalam pelukan."Maafkan, Mas, Sayang," ucap si bos ketika menyadari kesalahannya yang sudah berkata keras tadi.Mengalungkan tangannya pada leher sang suami, Kiran menyembunyikan wajahnya. "Mas, aku cuma mau ngomong. Biar aku aja yang mimpin, tapi sepertinya njenengan enggak suka. Malah bentak tadi."Amir kembali membulatkan mata, tetapi bibirnya malah tersenyum, tak menyangka jika sang istri akan berkata demikian. Dia benar-benar salah sangka akan sikap Kiran. "Terus, sayannya Mas ini takut, ya, mendengar suara keras tadi?"Kiran menggeleng. "Takut, sih, enggak. Cuma agak syok aja. Kok, suamiku ini ternyata enggak bisa nahan keinginannya. Kalau enggak dituruti marah. Jadinya, persis kayak Rara." Perempuan mencubit pelan hidung Amir.Manja, Amir mulai menciumi bagian leher sang istri. Tangannya mulai bergerilya secara aktif memberikan rangsangan di t

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   127. Gelora Membara

    Happy Reading*****Semua orang tertawa mendengar balasan Farel pada saudara perempuannya. Namun, hal berbeda terjadi pada Agung. Lelaki itu mu lai merasa canggung ketika semua orang meninggalkannya cuma berdua dengan Rini. Seluruh keberanian bahkan semangatnya yang ingin terus berdekatan dengan dokter cantik itu mendadak lenyap karena menatap kecantikan sang istri. "Mas," panggil Rini. Dia sudah duduk, kembali ke tempatnya semula."Ya." Agung menatap perempuan yang baru dinikahinya itu dengan kagum. Seperti di film-film kartun jika sedang jatuh cinta yang akan terdapat gambar hati di kelopak mata ketika melihat orang yang dicintai. Maka, hal sama pun terjadi pada saudara sulung Kiran. Cinta itu begitu jelas terlihat di matanya ketika menatap sang istri."Njenengan nggak capek berdiri terus. Sini, duduk." Rini menepuk sisi kosong pada sofa yang didudukinya. Seperti sapi yang dicocok hidungnya, Agung menuruti semua perkataan sang istri. Tatapannya masih sama seperti, tadi bahkan mung

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   126. Pernikahan Kilat (2)

    Happy Reading*****Sebelum prosesi akad dilanjutkan, beberapa orang masuk dengan didampingi karyawan yang dipekerjakan oleh keluarga Rini. Ternyata sang pemilik rumah sengaja mengundang beberapa tetangga untuk menyaksikan prosesi pernikahan putri semata wayang mereka yang terbilang sederhana.Rini duduk di sofa terpisah dari Agung. Para wanita juga melakukan hal sama,mereka berkumpul di ruang tengah sambil menunggu Agung mengucapkan akad. "Baiklah karena semua ornag sudah hadir, kita bisa lanjut lagi prosesinya," kata sang penghulu yang mendapat angukan serta ucapan setuju dari semua orang.Agung benar-benar tidak menyangka jika pernikahannya akan berlangsung mendadak seperti pernikahan Kiran dan Amir. Dia sedih sekaligus bahagia. Sedih karena tidak bisa memberikan pernikahan yang berkesan dan bahagia karena statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi suami.Setelah mengucap basmalah, papanya Rini mulai mengucap akad dipandu oleh sang penghulu yang duduk tepat di sampingnya. Tak bu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   125. Pernikahan Kilat

    Happy Reading*****Agung mulai resah, pasalnya tidak pernah menyangka kalau akan ditodong dengan pertanyaan seperti tadi. Selain itu, dirinya juga tidak memiliki persiapan apa pun juga untuk menikah. Melihat ke arah ibunya, Nur cuma menjawab dengan senyuman. Mungkin sama seperti dirinya, perempuan paruh baya itu juga syok mendengar permintaan papanya Rini. Agung pun beralih menatap Kiran dan Amir, mereka berdua langsung menganggukkan kepala tanda setuju. Demikian juga dengan Farel, si bungsu juga mengangguk sebagai tanda persetujuan dengan rencana papanya Rini."Jadi, gimana Mas Agung?" tanya sang kepala keluarga, memastikan bahwa putri dimiliki oleh orang yang tepat ketika dia meninggalkan negaranya."Ehmm," gumam Agung sambil menggaruk kepala yang tak gatal."Gini aja, Gung. Kalau kamu ragu dengan mahar yang diberikan pada dokter Rini, kamu bisa memberikan cincin berlian yang tadi dibawa sebagai maharnya," saran Wijananto seolah mengerti keresahan hati sulung keluarga Kiran.Senyu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   124. Rencana Tak Terduga

    Happy Reading*****Ketika sampai di rumahnya, Nur tidak diperkenankan sama sekali ikut berbelanja oleh-oleh yang akan dibawa ke rumah Rini. Sebagai gantinya, pihak keluarganya meminta bantuan Laila. "Kenapa, sih, Ibu nggak boleh ikut? Ibu, kan juga pengen memilih barang-barang yang akan diberikan pada calon istrimu, Mas," protes Nur pada putra sulungnya."Ibu di rumah saja, kan, belum benar-benar sehat. Nanti, kalau Ibu ikut nyari oleh-oleh terus kecapean dan sakit lagi. Mas, juga akan kena marah sama calon menantu Ibu. Kiran sama Farel pasti ikut memarahi, Mas," jelas Agung."Hmm, padahal calon menantu Ibu sendiri yang ngomong kalau kondisi Ibu sudah sangat sehat," protes Nur, masih kekeh supaya diperkenankan ikut berbelanja. "Kalau Ibu ikut kami berbelanja sekarang, nanti malam nggak bisa ikut ke rumahnya Dokter Rini, ya," sahut Kiran yang sudah berdiri di belakang saudara sulungnya. "Ibu sama Farel aja. Adik, nggak ikut, kok. Mbak Kiran juga nggak ikut," tambah si bungsu. "Kam

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   123. Rencana Lamaran

    Happy Reading*****Semua orang menjadi tegang setelah mendengar suara lelaki paruh baya yang diketahui adalah papanya Rini. Kiran bahkan sampai memeluk suaminya erat saking takutnya mendengar perkataan tadi. Trauma yang dimilikinya belum sepenuhnya sembuh, Kiran terkadang masih sedikit bergetar ketika mendengar suara keras yang dikeluarkan seseorang. "Mas, kenapa papanya dokter Rini, kok, marah," kata Kiran di pelukan sang suami. "Mas, juga nggak tahu kenapa, Sayang. Sstt. Jangan takut, ya.Pasti ada kesalahpahaman, kita lihat saja," bisik Amir sambil mengelus puncak kepala sang istri penuh kasih sayang.Sementara itu, Agung menatap Satya penuh permohonan supaya ponsel yang dipegang beralih ke tangannya. Rini sendiri juga kaget melihat dan mendengar reaksi sang papa yang terkesan marah padahal semalam lelaki berkumis itu begitu bahagia mendengar semua ceritanya tentang Agung.Satya menjulurkan ponselnya pada saudara tertua Kiran. Ketika Agung bisa bertatap muka secara langsung denga

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   122. Calon Menantu

    Happy Reading*****Satya melepaskan tangannya dari leher si dokter tampan. Senyumnya makin lebar ketika mendengar penuturan Agung. Dia semakin yakin jika lelaki di sebelahnya itu adalah orang yang tepat untuk mendampingi adiknya. Memberikan isyarat mata untuk segera pergi, Agung mengikuti langkah calon kakak iparnya. Di persimpangan lorong rumah sakit, mereka berpisah setelah Satya memberikan kontaknya."Aku tunggu kedatanganmu di rumah Papa," ucap si dokter sebelum benar-benar meninggalkan Agung."Insya Allah, besok sore aku akan berkunjung. Sampaikan salamku pada kedua orang tua dokter Rini," sahut Agung.Kembali ke ruang UGD untuk mengecek keadaan ibunya, Agung tak menemukan satu pun anggota keluarganya. "Eh, ke mana mereka semua?" gumam Agung. Mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu anggota keluarganya, Agung memutuskan menelepon Farel."Ya, Mas," kata Farel di seberang sana."Dik, kalian ada di mana? Kenapa Mas nggak melihat Ibu dan lainnya.""Ibu sudah dipindahkan

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   121. Memantapkan Hati

    Happy Reading*****Kali ini, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Rini. Perempuan itu terlihat seperti takut dan tidak nyaman mendengar sapaan seorang dokter lelaki berperawakan tinggi serta berkacamata."Masih berani gangguin adikku?" kata Satya dengan raut muka marah dan menyeramkan."Siapa juga yang gangguin adikmu. Aku cuma menyapa saja. Apa nggak boleh?" Bukannya takut, lelaki yang berprofesi sama seperti Rini dan Satya itu malah memasang senyuman."Nggak boleh. Ingat, ya, aku bisa saja melaporkan lagi perbuatanmu yang dulu itu," sahut Rini sambil menggeser posisi berdirinya agak ke belakang sehingga tubuh saudara sepersusuannya menjadi tameng penghalang dari lelaki yang baru saja menyapanya.Sementara itu, Agung masih diam terpaku di tempatnya berdiri sambil menatap dan mendengarkan apa yang diobrokan oleh ketiga dokter di depannya. Dia juga mulai menyimpulkan sendiri bahwa dokter yang baru saja menyapa Rini tersebut pasti memiliki suatu hubungan di masa lalau dengan gadis yang ingi

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   120. Lelaki di Sekitar Dokter Rini

    Happy Reading*****Agung dengan cepat menjulurkan tangannya. "Kenalkan, nama saya Agung. Saya adalah lelaki yang sedang mencoba mendekati Dokter Rini dan berniat menjadikan beliau istri," ucapnya penuh percaya diri.Perempuan berpakaian serba putih itu membulatkan mata ketika mendengar pengakuan Agung. Heran juga kenapa lelaki yang baru dikenalnya itu bisa begitu percaya diri mengatakan hal demikian. "Saya, Satya," ucap lelaki yang berpakaian sama seperti Rini. Setelah memperkenalkan diri dan menjabat tangan Agung. Lelaki pemilik nama Satya itu menoleh pada Rini. "Selamat, ya, Dek. Akhirnya ada lelaki yang berani dengan tegas mengatakan sedang ingin mendekatimu.""Ih, Mas Satya apaan, sih." Rini terlihat makin manja dengan melingkarkan kedua tangannya pada pergelangan Satya.Tangan Agung terkepal. Walau perempuan di depannya belum resmi mengakatan menerima ajakannya menikah, tetapi tal seharusnya dia bertindak kelewat mesra di depan Agung seperti sekarang. Lelaki mana yang tidak ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status