Share

7. Benci (5)

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-12-24 09:48:40

Happy Reading

*****

"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri.

"Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran.

"Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan.

"Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi.

"Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu.

"Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum.

"Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kantor pusat."

"Oh, dia pindahan dari kantor pusat?"

Amir mengangukkan kepala sebagai jawabannya. Mari, Pak. Saya akan mengajak Anda melihat-lihat proses produksi kami."

*****

Kiran merutuki dirinya sendiri yang begitu ceroboh hingga menimbulkan kekhawtiran semua orang. Dia begitu malu karena tingkah konyolnya tadi. "Bodoh," umpatnya, "kalau begini. Orang lain pasti mengira aku sedang mencari perhatian si bos galak itu padahal enggak gitu."

Menyingsingkan roknya ke atas, Kiran menatap luka memar di lutut akibat kejadian tadi. "Duh, sampai kayak gini. Ibu pasti bertanya-tanya kalau tahu," gumamnya tanpa sadar jika sang sahabat masuk ruangan.

"Lututmu kenapa, Ran?" tanya Fitri, panik.

Kiran meringis sambil meniup-niup lukanya. Tangannya masih sibuk mengoleskan minyak supaya memar itu tidak begitu terlihat. "Jatuh di ruang packing," jawabnya.

"Kok, bisa?"

"Bisa aja, sih. Aku enggak hati-hati pas jalan. Jadi, kakiku nyangkut di kabel dan jatuh."

Fitri memicingkan mata. Jelas, dia tidak percaya begitu saja dengan ucapan sahabatnya itu. Sosok Kiran yang dikenalnya bukan orang ceroboh. Pasti ada sesuatu yang membuatnya sampai terjatuh dan terluka seperti sekarang.

"Kamu pasti menghindari sesuatu hingga luka seperti sekarang. Ngaku aja, deh," ucap Fitri sambil membantu meniup luka sahabatnya.

"Apa, sih. Aku cuma kurang hati-hati saja pas jalan tadi," sanggah Kiran masih tidak mau mengaku kejadian sebenarnya.

"Terserahlah." Fitri mendengkus. Namun, detik berikutnya, dia berkata kembali, "Istirahat saja, jangan terlalu banyak bergerak."

"Siap, ibu suri," jawab Kiran disertai hormat membuat Fitri terkekeh.

Kiran bernapas lega saat jam pulang kantor terlihat jelas pada arloji yang dikenakannya. Senyumnya mengembang kala mengingat kegiatan yang akan dilakukan di akhir pekan nanti.

"Ran, aku duluan, ya," kata Fitri. Meja perempuan itu sudah bersih dan tasnya sudah menggantung di pundak. Wajah perempuan itu berseri-seri, kebahagiaannya terpampang nyata.

"Bahagia banget, Bu. Kenapa, nih? Apa ada cowok yang bakal ngapel nanti malam?" goda Kiran.

"Dih," dengkus Fitri. "Aku sudah jadi pengikutmu."

"Pengikut gimana maksudnya?"

"Pengikut dengan prinsip, halalkan atau tinggalkan. Nggak mau baper sama cowok yang nggak menjabat tangan Bapak. Ngapain jagain jodoh orang." Perempuan itu menjulurkan lidah setelah menyelesikan kalimatnya.

Kiran tertawa keras saat itu juga.

"Ih, kok, malah ketawa, sih? Kan prinsipmu gitu?"

Menutup bibirnya dengan tangan, tawa Kiran makin keras. "Bagus kalau sadar. Pulang, yuk."

Keduanya meninggalkan ruangan dengan senyum terkembang hingga sampai di depan mesin absen. Sosok Amir terlihat membuat Kiran pamit ke toilet.

"Lah, mau pulang malah beser," sindir Fitri.

"Kamu duluan saja, Fit," pinta Kiran. Langsung berbalik, setengah berlari menuju toilet dan semua yang dilakukan sang gadis terlihat oleh Amir serta sang manajer HRD.

"Apa mukaku nyeremin, ya, Saya?" tanya Amir pada sang sahabat yang terlihat masih menatap kepergian Kiran dengan aneh.

"Iya. Persis kayak genderuwo kolor ijo," jawab Syaif. Setelahnya, dia terkikis sendiri.

Amir terpaksa menyentil kening lelaki berkemeja baby blue tersebut. "Mulutmu minta disumpal serbet dapur."

Tawa Syaif meledak. Dia sendiri juga heran kenapa Kiran berbuat seperti itu setiap kali bertemu Amir. Si bos sudah seperti virus mematikan yang harus dihindari.

*****

Pukul sepuluh pagi, Kiran pamit pada ibunya. Gadis itu sudah berpakaian rapi dengan gamis hitam andalannya ketika sedang keluar rumah.

"Mau ke mana, Ran?"

"Mau refreshing sebentar. Ibu mau ikut?"

"Nggak. Ngapain ibu ikut kamu keluar. Nanti, malah ngerepotin." Perempuan paruh baya itu menjulurkan tangannya.

Kiran menerim uluran tangan tersebut dan menciumnya penuh hormat. "Kalau gitu, aku bawain oleh-oleh saja pulangnya. Ibu mau apa?"

"Apa saja."

Kurang dari lima belas menit kemudian, Kiran sudah sampai di pusat perbelanjaan terbesar di kotanya. Gadis itu langsung menuju outlet yang menjual segala kebutuhan wanita muslimah.

Memilih-milih jilbab yang digantung, senyumnya tak pernah lepas dari wajah. Semua itu menarik perhatian seseorang yang sejak tadi mengamatinya.

"Sebenarnya, dia bisa tersenyum dan ceria. Tapi, kenapa saat di kantor malah sebaliknya. Apa memang ada yang salah denganku?" gumam lelaki yang tak lain adalah Amir.

Si bos kebetulan berada di mall yang sama dengan Kiran. Entah magnet apa yang membuat Amir terus berusaha mengawasi karyawannya itu. Tatapan Amir selalu mengarah pada Kiran padahal jelas-jelas si gadis cuma memilih jilbab saja.

Beberapa saat kemudian, Kiran mendekati seorang anak kecil yang sedang menangis.

"Assalamualaikum, adek sayang," sapa Kiran pada bocah perempuan dengan perkiraan umur 5 tahunan.

Si bocah menoleh. Bukannya menjawab pertanyaan Kiran, si kecil malah mengerjakan tangis.

"Lho, kok, malah keras nangisnya. Sini." Kiran meraih si kecil dan menggendongnya. "Cerita sama Mbak, kenapa adek nangis?"

Lalu, mengalirlah cerita si kecil yang ternyata terpisah dan kehilangan jejak orang tuanya. Telaten dan penuh sabar, sang gadis menjelaskan serta menasihati si kecil. Kiran juga tak segan untuk membantu menemukan orang tua bocah itu.

Beberapa menit kemudian, si kecil sudah bertemu dengan orang tuanya. Bibir Kiran terbuka lebar ketika orang tua si kecil mengucap terima kasih. Gadis berjilbab itu sempat berbincang  dengan orang tua si kecil, terlihat sangat akrab.

"Dengan yang lain kamu terlihat begitu baik. Bahkan dengan seseorang yang baru kamu temui sudah begitu akrab, tapi denganku, kamu bersikap sangat aneh. Ada apa sebenarnya? Apa kamu membenciku?" gumam Amir sambil mengamati Kiran dari kejauhan.

Amir masih saja mengikuti Kiran diam-diam dari belakang ketika si gadis berpindah ke outlet lainnya. Semakin lama, si bos mengikuti karyawannya, semakin dia penasaran apalagi ketika melihat senyum yang tak pernah lepas dari wajah. Amir seperti terhipnotis dan tanpa sadar sudah meninggalkan keluarganya cukup lama.

"Papi!" teriak seorang bocah perempuan sambil mencolek lengan Amir.

Oleh karena teriakan tersebut cukup nyaring, reflek Kiran pun menoleh. Tak ingin ketahuan menguntit, Amir menggendong putrinya dengan cepat dan bersembunyi di balik gamis. Mendekap bibir mungil itu agar tak lagi memanggil namanya.

"Lepas, Papi," kata si bocah yang tertahan tangan kekar Amir.

"Maaf, Sayang. Apa ada yang sakit?"

Bocah berusia 5 tahun itu turun dari gendongan dan menggelengkan kepala. Hampir saja lelaki itu menyakiti putrinya sendiri.

"Papi lagi ngapain kok bengong sambil ngeliatin Tante tadi?"

"Papi nggak bengong kok. Cuma lagi mikir baju yang cocok buat Nenek yang mana."

"Masak, sih?"

"Iya." Amir menggandeng tangan putrinya pergi menjauhi Kiran.

"Kok, nggak percaya, ya. Jangan-jangan, Tante itu pacarnya Papi, ya?" goda si kecil.

"Hust," sahut Amir.

"Kok, muka Papi memerah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   13. Merasa aneh

    Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   14. Rencana Piknik

    Happy Reading***Pekerjaan Kiran hari ini terbilang cukup padat. Sejak pagi, gadis itu terjun langsung menyortir orderan yang akan dikirim ke luar pulau. Hampir-hampir tak ada waktu duduk. Tak beda jauh dengannya, Fitri juga merasakan hal sama. Deadline pengiriman semakin dekat membuat para karyawan bagian produksi bekerja ekstra. Mereka tentunya tidak mau dipotong gaji ketika ada kesalahan pada hasil produksi. Oleh karenanya, semua bekerja dengan ketelitian dan keseriusan penuh.Sementara di tempat berbeda, Amir sedang dilema. Janji mengajak Naumira piknik ke salah satu taman yang terdapat beraneka ragam satwa terancam batal. Baru saja, resepsionis mengabarkan jika tamu dari luar kota yang akan mengajak kerja sama meminta bertemu pada jam makan siang di Resto Tepi Sawah. Sementara putrinya sedang dalam perjalan ke kantor untuk menjemputnya menuju taman satwa. Mondar-mandir lelaki itu mencoba mencari solusi permasalahannya saat ini. Mencoba menghubungi klien itu, tetapi tak berhas

    Last Updated : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   15. Bahasa Kalbu

    Happy Reading ***** Indera Kiran dan Amir bertemu, keduanya diam beberapa saat, menyelami keinginan masing-masing. Si gadis ingin menolak karena tak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan atasannya, tetapi sorot mata sang lelaki mengisyaratkan sebaliknya. Cukup lama keduanya terdiam hingga tarikan tangan untuk masuk mobil oleh si kecil terasa pada pergelangan Kiran. "Ayo masuk, Tan. Temen Papi udah jalan," pinta Naumira. Rupanya, gadis kecil itu tak sabar melihat adegan saling diam dua orang dewasa di sampingnya. Mau tak mau Kiran mengikuti ajakan bocah itu. Duduk di samping lelaki yang mati-matian dihindari. Walau enggan, Kiran harus melakukannya. Amir menoleh sebentar ke arah si gadis yang lebih banyak menunduk tersebut. "Pakai sabuk pengamannya, Ran," peringat Amir sebelum menjalankan kendaraan roda empatnya. Kiran meraih sabuk pengaman di kursinya dan menyilangkan ke depan. Melihat begitu paruhnya gadis itu, Amir menambahkan satu poin plus. Sepanjang perjalanan menu

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   141. Coba-Coba Adegan Mesra

    Happy Reading*****Seseorang itu makin mengeratkan kedua tangannya di pinggang Fitri. "Siapa kamu?" tanya sang calon pengantin. Fitri begitu takut untuk menoleh ke arah belakang karena jarak wajahnya dan si pelaku cuma sekitar satu senti saja. Jika Fitri tetap memaksa menoleh, bisa jadi akan mencium seseorang yang melingkarkan tangannya begitu erat di pinggang. Tak tahan dengan tekanan yang ada, perempuan itu menginjak kaki orang yang di belakangnya."Aduh, Sayang. Sakit," rintih seseorang di belakang tubuh Fitri. Perempuan itu segera membalikkan badan saat pinggang terbebas. "Sayang. Kenapa bisa kamu?" Fitri mengerutkan kening dengan mata menyipit. Syaif menarik garis bibirnya ke atas. Menatap sang kekasih dari ujung kaki hingga rambut nyaris tanpa kedip. Fitri mulai risih dengan tatap kekasihnya yang seperti itu. Tangan kanannya pun menetup mata si lelaki. "Nggak boleh ngeliat aku kayak gitu. Natukin, ih," kata Fitri."Apa, sih, Yang." Syaif menepis tangan kekasihnya yang mene

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   140. Persiapan Pernikahan Fitri

    Happy Reading*****Amir tertawa keras ketika mendengar perkataan sang istri. "Jahil banget kamu, Mir," kata Laila. "Dia itu nelpon pasti karena ada pentingnya. Kasihan Fitri.""Biarin, Ma. Dulu, pas kita mau nikah, kami nggak pernah merepotkan Syaif sama Fitri." Ternyata si bos sengaja melakukannya semata-mata karena iseng."Enggak boleh gitu, Mas. Kalau njenengan dibalas seperti tadi dengan Pak Syaif, pastinya marah. Teman akrab Fitri itu, ya, cuma aku. Karena dia juga, aku mengajukan diri rolling ke kantor cabang saat itu," terang Kiran seolah menegaskan jika bukan karena sahabat karibnya, mungkin dia tidak akan berada di kantor cabang dan bertemu dengannya."Dengarkan istrimu itu, Mir. Kalau bukan karena Fitri, maka kamu nggak akan pernah ketemu dengan Kiran dan kalian nggak akan bahagia seperti sekarang. Harusnya, kamu nggak jahil begitu sama orang yang sudah membuatmu menemukan cinta sejati," tambah Wijananto mempertegas apa yang diuucapkan sang menantu bahwa memang Fitri memil

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   139. Riweh

    Happy Reading*****Pada akhirnya Kiran tidak bisa menolak keinginan sang suami. Andai Wijananto tidak menelepon lelaki tersebut. Mungkin, saat ini Kiran masih berada di bawah kungkungan Amir. Beruntung sang papa mertua meminta mereka segera pulang karena Naumira tidak ada yang menemani."Ish, Papa ganggu anaknya aja. Katanya mau minta cucu, tapi setiap kali Mas berduaan sama kamu, pasti Papa ngerecoki," gerutu Amir sepanjang perjalanan mereka menuju rumah. "Enggak boleh gitu, Mas? Kita kan enggak pernah tahu kepentingan Papa apalagi beliau seorang pemimpin yang menghidupi puluhan orang. Jadi, kepentingan perusahaan jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi. Mungkin, jika Papa punya pilihan, beliau enggak mungkin mau menyusahkan kita seperti ini. Tapi, mau gimana lagi. Pertemuan dengan klien dari Australia itu jauh lebih penting untuk kemajuan dan pendapatan perusahaan," terang Kiran. Sangat bijak perempuan itu menjelaskan semuanya pada sang suami. Amir sangat kagum dengan pem

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   138. Lanjut Proses Membuat Bayi

    Happy Reading*****Kali ini, tawa Fitri makin menggema melihat tingkah aneh sang kekasih. "Masak kamu cemburu sama Pak Amir, sih, Yang. Dia itu mana mau melirikku. Cintanya sudah habis di Kiran. Nggak akan bisa pindah ke lain hati," terangnya.Tangan perempuan yang bekerja sebagai staf produksi tersebut menyentuh pipi kekasihnya. "Kamu nggak perlu khawatir, aku nggak akan pernah jatuh cinta pada lelaki selain dirimu. Jadi, nggak usah cemburu gitu.""Sayang, benarkah yang kamu katakan tadi?" tanya Syaif dengan muka dibuat seimut mungkin. Tangannya bergerak menangkup di atas tangan sang kekasih yang berada di pipinya. Fitri mengangguk mantap. "Seratus persen bener.""Terima kasih sudah mau menerima dan memberikan semua cinta itu untukku," kata Syaif.Laki-laki jika sudah terjerat cinta, maka lupa segalanya bahkan dia bisa bersikap manja sekali, melebihi anak kecil. Sama seperti keadaan sang manajer HRD saat. Manja sangat manja, Fitri saja sampai heran dengan sikap sang kekasih. ****

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   137. Terdesak

    Happy Reading*****Syaif dan Fitri saling pandang, sementara Amir dan lelaki paruh baya itu tertawa bahagia cukup keras."Om, bisa aja," kata Amir."Eh, jangan salah apa yang Om katakan tadi benar adanya, sesuai dengan isi hati dan pikirannya, Om. Papamu sebentar lagi akan nambah cucu. Lha, Om? Satu aja belum dapat," kata papanya Syaif membuat putra dan calon menantunya mengerucutkan bibir."Memangnya punya cucu itu ajang perlombaan. Papa ngawur aja kalau ngomong. Dulu, nikahnya aja udah kalah sama Om Wijananto. Jadi, wajar kalau punya cucu juga terlambat," protes Syaif tak mau dijadikan kambing hitam oleh orang tuanya."Ngeles aja kamu.""Om, saya nggak bisa kalau dua hari lagi," protes Fitri."Kalau nggak mau nikah dua hari lagi, ya, nikah nanti sore aja. Gimana?""Om, saya," kata Fitri kembali ingin memprotes sang calon mertua. Namun, kalimat itu tidak diteruskan karena ponsel sahabatnya Kiran tersebut berbunyi nyaring. Ada notifikasi pemberitahuan masuk. Seketika, kelopak mata Fi

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   136. Paksaan Menikah

    Happy Reading*****Fitri dan Syaif menoleh ke arah sumber suara secara bersamaan. Si lelaki menepuk kening sambil mengembuskan napas panjang. Jika sudah begini, dia pasti akan terkena nasihat sahabatnya. Fitri sendiri lebih memilih menundukkan kepala dengan tangan yang menarik-narik ujung kemeja Syaif."Ngapain, sih, balik lagi?" kata Syaif dengan wajah kesal."Kalau aku nggak balik. Kamu pasti makin menjadi-jadi sama Fitri. Awas aja aku laporkan pada Om dan Tante." Amir mengeluarkan ponsel, jemarinya mulai bergerak bermain di atas layar. "Dih, main lapor-lapor saja. Lagian, aku nggak ngapa-ngapain, kok, sama Fitri," sanggah Syaif masih dengan raut wajah kesal pada sahabatnya."Nggak ngapa-ngapain karena keburu kepergok. Coba kalau aku nggak datang. Kamu pasti udah nyosor ke Fitri. Pokoknya, aku mau lapor sama Om supaya kalian cepet dinikahkan. Aku nggak mau, ya, kantorku kalian pake untuk tempat mesum." Suara Amir mulai meninggi. Sebenarnya, dia sudah berniat untuk segera menyusul

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   135. Nyosor

    Happy Reading*****Amir menaikkan garis bibirnya, lalu menggaruk kepala yang tak gatal. "Mas, ih. Ditanya, bukannya jawab malah nyengir," gerutu Kiran yang tidak pernah tahu jika layanan spa yang dipesan adalah untuknya. "Nanti, kamu bakalan tahu. Kenapa suamimu ini memesan layanan spa. Sekarang, habiskan makanannya. Mas, mau bukain pintu dulu." Amir berdiri. Berjalan ke arah pintu untuk menyambut tamunya."Selamat siang, Pak. Saya dari layanan spa di hotel ini yang sudah Bapak pesan. Bisa kita mulai spa terapinya?" tanya perempuan dengan perkiraan usia sama dengan Kiran. "Sebentar," sahut Amir. Menoleh ke arah sang istri yang sudah menyelesaikan makan siangnya. "Sayang, kamu sudah siap untuk spa?""Lho. kok, aku? Bukannya yang mau spa njenengan?" Kiran menatap suaminya dengan bingung."Memang Mas yang pesan, tapi yang ngeluh capek kan kamu, Sayang. Jadi, Mas panggil layanan spa di hotel ini. Kalau nunggu kesempatan, kamu pasti nggak bakalan mau diajak ke salon apalagi kalau ada

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   134. Suami Idaman (1)

    Happy Reading*****Sedikit mendorong tubuh sang suami agar tidak mengubah keputusannya tadi, Kiran mengatupkan kedua tangannya."Mas, aku mohon beri sedikit waktu supaya tenagaku pulih. Nanti, kita bisa melakukannya lagi. Ya?" kata Kiran dengan wajah memelas agar suaminya tidak meminta haknya. Dia benar-benar capek dan butuh pemulihan."Makanya, jangan suka godain. Sudah tahu suamimu ini gampang banget terpancing kalau masalah begituan. Jadi, kenapa sayangnya Mas ini masih menggoda?" Amir mencolek dagu sang istri, lalu mengecup keningnya lembut. "Tapi, Mas janji. Hari ini, demi kesayangan. Mas, rela menahannya sampai kamu benar-benar siap."Kiran tersenyum dengan perkataan sang suami yang begitu pengertian, rasanya ingin mengecup bibir lelakinya sekali lagi, tetapi takut jika akan membangkitkan hasratnya lagi. Jadi, Kiran cuma bisa melemparkan senyumnya saja. "Aku mau mandi saja, gerah," kata Kiran untuk mengalihkan pembahasan mereka."Boleh ikut nggak sih, Sayang?" goda Amir disert

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   133. Jangan Egois

    Happy Reading*****Amir tersenyum lebar dan langsung memeluk sng istri, seolah-olah mereka sudah berpisah cukup lama. "Mas, lepas. Malu sama Mama," pinta Kiran sambil sedikit mendorong tubuh lelakinya. Amir terpaksa mengurai pelukan sang istri. Menatapnya penuh kekecewaan. "Malu kenapa, sih? Mas, nggak salah apa-apa. Lagian kita cuma pelukan nggak ngapa-ngapain juga."Laila cuma bisa tersenyum dengan tingkah manja Amir. Jika sudah seperti itu, maka si bos tidak akan memiliki rasa malu lagi. "Sudahlah, kalian pulang berdua saja. Mama sama sopir dan langsung menjemput Rara," putus perempuan paruh baya tersebut, memberi kesempatan pada keduanya untuk melepas rindu. Laila bukanlah mertua yang tidak bertoleransi, dia juga pernah muda dan pernah merasakan gairah sang suami yang begitu menggebu-gebu. Jadi jika Amir sekarang bersikap seperti itu, sudah tidak kaget lagi."Tapi, Ma. Aku tadi sudah janji sama Rara bakalan nganter jemput," kata Kiran antara keberatan dan tidak enak hati suda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status