Share

5. Benci (3)

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 17:20:38

Happy Reading

*****

Pulang dengan rasa jengkel, Kiran melajukan motornya dengan cepat. "Kok, ada lelaki menyebalkan seperti itu?" gerutunya sepanjang perjalanan.

Mungkin, jika bukan karena ingin dekat dengan Fitri, Kiran akan minta mutasi lagi ke pusat. Dia tidak mau bekerja dalam tekanan dan bertemu dengan Amir setiap hari.

Mengucap salam ketika memasuki rumah, Kiran melihat wajah teduh perempuan yang telah melahirkannya. Segera memeluk perempuan paruh baya itu dengan segenap jiwa.

"Eh, ini kenapa?"

"Bentar saja, Bu." Kiran mengeratkan pelukannya.

"Tumben, sih." Perempuan paruh baya dengan daster rumahan itu mengajak putrinya duduk di sofa ruang tengah sambil memeluk.

"Lagi ada masalah di kantor, ya? Nggak biasanya kamu pulang kerja manja gini."

Bukannya malu dikatakan manja, Kiran malah meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. "Enggak ada masalah, Bu. Cuma agak capek saja. Maklum, pertama kerja di kantor baru, butuh banyak penyesuaian."

Selalu, Kiran berusaha menutupi semua yang menjadi kegalauan hati di hadapan perempuan yang telah melahirkannya. Prinsip hidupnya, biarlah derita dia tanggung sendiri tanpa harus membebani sng ibu.

"Oalah, gitu." Perempuan paruh baya itu mengusap lembut puncak kepala sang putri. Sesekali menyelipkan kata-kata nasihat serta petuah.

Kiran hampir memejamkan mata jika ibunya tidak mengguncang pelan lengannya.

"Mandi sana. Nggak baik anak perawan mandi malam-malam," suruh sang ibu. Sedikit mendorong tubuh Kiran untuk duduk.

"Bu," protes di gadis.

"Nggak, kamu harus segera mandi. Azan Isya sudah berkumandang."

"Hmm. Iya ... iya. Aku mandi sekarang."

Hari yang melelahkan dilalui Kiran dengan berat. Pagi ini, dia tidak ingin mengulang kejadian kemarin. Bertemu dengan bos galak yang bersuara keras.

Selalu merapalkan bacaan basmalah setiap berjalan di area kantor, Kiran berharap tidak akan bertemu dengan bos dan suara kerasnya. Namun, apa yang dia harapkan tidak terwujud.

Lelaki berkemeja hitam slimfit dengan si manajer HRD berpapasan di depan ruang meeting. Kiran berusaha menjauh, tetapi Fitri mencekal pergelangan tangannya dengan cepat.

"Mau ke mana?" bisik Fitri. Di tangan kirinya sudah ada map berwarna merah. "Kamu nggak tahu ada pengumuman kalau Pak Amir nyuruh semua karyawan meeting."

"Enggak, tuh. Memang di mana pengumumannya?" Kening Kiran berkerut dalam. Dia baru saja sampai di kantor. Tidak tahu menahu adanya pengumuman yang meminta semua karyawan meeting di ruangan tersebut.

Fitri menepuk keningnya sendiri. "Apa kamu belum masuk grup chat kantor? Pagi tadi, sekitar jam enam, Pak Amir ngasih tahu semua karyawan di grup itu."

Kiran menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Ih, gimana sih Pak Syaif itu. Biar aku chat beliau supaya memasukkanmu di grup chat." Fitriya menggerakkan jemarinya dengan cepat di layar ponsel. Walau Syaif jelas-jelas berada tak jauh darinya, tetapi gadis itu tetap mengirimkan pesan.

"Sudahlah, Fit. Mungkin beliau lupa," ucap Kiran sambil mengamati Amir dan Syaif.

"Biarin, kalau nggak dikasih tahu. Kamu akan ketinggalan informasi dan pengumuman di grup, seperti sekarang."

Beberapa orang mulai memasuki ruangan tersebut membuat Fitri mau tak mau memelankan suara sambil menyeret sahabatnya masuk juga.

"Fit, jangan gini, dong. Enggak enak sama yang lain," bisik Kiran.

"Ngapain nggak enak? Kita di sini sama-sama kerja, nyari uang untuk makan."

"Ya, tapi enggak perlu sampai nyeret-nyeret gini kayak anak kecil aja," protes gadis berjilbab tersebut.

"Bodo amat, Ran. Aku harus duduk yang sekiranya dekat dengan Pak Amir." Gadis itu mulai sibuk mencari kursi yang paling dekat dengan si bos dan manajer HRD padahal Kiran malah berpikir sebaliknya.

"Ngapain sih dekat-dekat sama bos galak kayak dia. Aku nggak mau, ih." Kiran berusaha menepis tangan sahabatnya yang mencekal pergelangannya. Lalu, sedikit menjauh dari sahabatnya itu.

"Ran, Pak Amir itu nggak suka karyawan yang mengantuk dan nggak fokus saat meeting. Nah, kalau aku memilih duduk terlalu jauh dari beliau, maka dipastikan aku akan sering menguap. Kalau duduknya dekat, suara Pak Amir nggak akan pernah membuatku ngantuk," jelas Fitriya membuat Kiran melengos dan menjauhinya. "Ran, mau ke mana?"

"Duduk saja di sana, aku di sini saja," kata Kiran setelah menemukan kursi yang berada di ujung paling jauh dari tempat duduk si bos.

Fitriya ingin memprotes pilihan sahabatnya, tetapi suara Syaif terdengar. Lelaki itu membuka meeting mereka, mewakili si bos. Beberapa kalimat terlontar dari sang menajer HRD, dirasa cukup dia menyerahkan pembasahan selanjutnya pada sang atasan. Sampai saat ini, Kiran masih terlihat normal dan berusaha memperhatikan apa yang disampaikan oleh Syaif dan Amir.

Namun, ketika Amir mulai menyingung tentang komplain dari salah satu customer mereka, suara lelaki itu mulai mengeras. Kiran meremas-remas tangannya. Keringat mulai bercucuran walau pendingin ruangan sudah dinyalakan.

"Bekerja dengan serius! Customer kita satu itu adalah yang paling besar memberikan kontribusi pendapatan di perusahaan kita. Saya nggak mau hal serupa terulan yang menyebabkan kerugian. Jadi, untuk order selanjutnya, saya akan mengenakan pemotongan gaji jika masih ada komplain yang sama," kata Amir keras. Wajahnya terlihat menakutkan. Datar, nyaris tanpa belas kasihan sama sekali walau ada salah seorang yang mengajukan keberatannya.

"Kalau nggak mau dipotong gaji, kerja yang bener," bentak Amir membuat nyali Kiran makin ciut.

Perempuan berjilbab itu, terpaksa berdiri hendak meninggalkan ruang meeting. Dia sengaja melakukannya secara diam-diam di saat Amir berdebat dengan karyawan yang mengajukan keberatan. Namun sayang, apa yang Kiran harapkan lagi-lagi tidak sesuai dengan keinginan.

"Mau ke mana kamu?" teriak si bos, tepat di saat Kiran memutar kenop pintu.

Kiran berjingkat, menoleh ke belakang. Lalu, menunduk dalam ketika melihat bola mata Amir terbuka sempurna.

"Kebiasaan pergi nggak jelas. Apa kamu nggak menghargai aku sebagai atasan?" kata Amir dengan suara menggelegar.

Bab terkait

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   6. Benci (4)

    Happy Reading*****Semua mata kini tertuju pada si gadis berjilbab. Wajah Kiran memucat seperti kekurangan darah. Dia tidak bisa lagi mengelak. Melihat sang sahabat dengan keadaan menyedihkan seperti itu, Fitriya bangkit dari tempat duduk, mendekati sahabatnya. "Ran, kenapa kamu melakukan kesalahan ini?" bisik Fitriya ketika berhasil memeluk sang sahabat.Kiran berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tatapannya kini mengarah pada si bos. Sekuat tenaga, Kiran bersikap kuat dan tidak takut."Saya cuma mau ke toilet. Apa pantas Bapak bertanya sekeras tadi?" Kiran langsung membuka pintu ruang meeting tanpa mendengar jawaban dari Amir. Amir menatap kepergian Kiran dengan pertanyaan yang memenuhi kepala. Mencoba menetralkan suasana dengan melanjutkan pembahasan sebelumnya. Suasana ruangan tersebut kembali tegang. Si bos bersikukuh untuk melanjutkan peraturan baru yang sudah dia utarakan sebelumnya. Walau banyak yang keberatan, nyatanya hal tersebut tidak membuat Amir menguba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   7. Benci (5)

    Happy Reading*****"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri. "Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran."Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan."Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi."Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu."Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum."Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   13. Merasa aneh

    Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25

Bab terbaru

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   43. Adegan Romantis Berujung Tangis

    Happy Reading*****Rasanya, Amir ingin tertawa keras saat itu juga melihat wajah aneh gadisnya. Foto yang dikirimkan Ridho ke ponselnya tadi, dijadikan senjata bagi Amir. Modus banget memang lelaki itu. Demi ingin disuapi Kiran saja sampai memakai ancaman padahal dia hampir marah ketika rekan kerjanya tadi mengambil foto tanpa ijin. Namun, sekarang hasil jepretan itu malah dijadikan alasan untuk mendapatkan keinginannya. "Memang punya?" tanya Kiran setelah beberapa menit terdiam. Antara takut dan tidak percaya dia butuh kepastian kebenaran ucapan Amir. Namun, rasa takut Kiran jauh lebih besar. Pasti malu sekali jika omongan lelaki itu direalisasikan. Bagaimana mungkin Amir bisa memiliki fotonya yang ketakutan dan langsung memeluk erat. Jari Amir mulai berhenti mengetik, meraih ponsel yang diletakkan di sebelah keyboard. Beberapa detik kemudian, dia menunjukkan foto pada Kiran. "Lihat baik-baik siapa cewek di foto itu." Amir menunggu sebentar, melihat reaksi si gadis selanjutnya.

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   42. Desir Tak Biasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian panggilan 'sayang' dari Amir, gosip santer tentang kedekatan Kiran kian berdengung. Degup jantung si gadis pun bertalu ketika sang atasan sering memberikan perhatian lebih dari sekedar karyawan biasa. Alarm tubuhnya untuk berhati-hati dan tidak menanggapi semua perlakuan tak biasanya dari Amir, seolah tak berfungsi kini. Hatinya bahagia dengan sikap sang atasan, tetapi perilakunya terkadang bereaksi lain. Marah pada diri sendiri sering kali menerpa Kiran. Dia benci pada reaksi hatinya ketika bertemu dengan Amir. Seperti saat ini, entah mengapa si gadis kecewa ketika berpapasan dengan si bos saat akan keluar makan siang, Amir tak menyapa seperti biasa. Lelaki itu melewati Kiran begitu saja.Lelaki itu bahkan tidak meliriknya sama sekali, sibuk dengan ponsel hingga siluetnya tak terlihat oleh Kiran."Tuh, kan. Cowok itu di mana-mana sama. Perasaannya gampang banget berubah. Dia pasti lagi nelpon cewek lain tadi, merayunya. Dih, apaan. Udah punya istr

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   41. Point' Plus

    Happy Reading*****Kiran terpaksa menoleh ke arah si bos. "Benar. Mana mungkin saya membohongi atasan. Pokoknya, Bapak tenang saja. Kami ikhlas lembur tanpa bayaran demi menyelesikan pekerjaan," ucapnya tegas."Oke," sahut Amir penuh semangat. Kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" Si gadis memberanikan diri menoleh sekali lagi. "Kalau niat bantu. Sebaiknya bantuin mereka aja angkat kain dan masukin ke gudang." Sengaja memang, Kiran melakukannya, ingin melihat kesungguhan ucapan sang atasan. "Oke. Sesuai permintaan," ucap Amir. Dia melepas arloji dan menggulung kurta yang dikenakan sampai siku. Mengeluarkan ponsel serta dompet dari saku dan memberikan pada Kiran. "Sebagai calon istri yang baik, kamu harus menjaga semua barang-barang ini. Aku bantu mereka dulu," ucap Amir tak lupa dengan kerlingan mata.Sedang ingin menggoda Kiran, baru beberapa langkah, Amir berbalik dan memanggil nama sang gadis. Mengecup tangannya sendiri dan meniupkan pada sang gadis. Kiran membuang muka, bib

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   40. Goda Menggoda

    Happy Reading***** Semua kebutuhan u tuk orderan sudah berada di mobil. Amir dan Kiran siap meninggalkan kantor pusat. "Pak, saya duluan, ya," ucap sopir angkut kantor cabang. "Eh, Pak, tunggu," panggil Kiran, "saya ikut mobil Bapak saja."Bukannya menjawab, si sopir memelihara ke arah Amir. Mengerti tatapan si bos, sopir itupun berkata, "Nggak bisa, Mbak. Masak iya, Mbak Kiran duduk dempetan sama saya dan cowok lainnya."Menghela napas, Kiran pun mengurungkan niatnya. Kembali berbalik dan berjalan ke arah mobil Amir tanpa kata.Si bos tersenyum ruang. Mengacungkan jempol pada si sopir.Sesampainya di kantor jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Satu jam lagi waktunya seluruh karyawan pulang ke rumah masing-masing. Kiran meminta tim produksi mempercepat kerjanya agar barang yang dibawa bisa masuk ke gudang sebelum jam pulang. Dia mengingat perkataan Amir tempo hari yang melarang karyawan lembur jika tidak ada pemberitahuan resmi dari si bos. "Fit, usahakan semua barang masuk s

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   39. Gara-gara Cicak

    Happy Reading*****"Keberatanmu Bapak tolak," sahut Wijananto. "Bapak tahu, kamu bukanlah tipe karyawan yang mencampuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Kali ini pun, Bapak percaya kamu bisa mengesampingkan hal-hal pribadi itu."Kiran terdiam, tentu dia tidak akan menyanggah lagi. Kalau masalah ini diteruskan, bukan tidak mungkin Wijananto akan mengatakan masalah pribadinya dengan Amir di ruang meeting."Bagaimana, Ran. Apa kamu masih keberatan dengan keputusan Bapak tadi?"Menimbang banyak hal dan mendengar alasan Wijananto membuat Kiran mengangguk. Selesai dengan rapat mereka, Naumira mendekati sang gadis. Meminta gendong, bocah ini selalu mematuhi apa yang orang dewasa katakan. Ketika tadi Wijananto berkata untuk diam dan tidak rewel selama rapat berlangsung, dia lakukan semua. Kini, setelah rapat selesai barulah bocah itu merengek manja."Rara sama Kakek, ya. Mami Kiran lagi kerja sama Papi." Lelaki itu mengambil Naumira dari tangan Kiran dan menggendongnya dengan cepat.

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   38. Usaha Wijananto

    Happy Reading*****Amir mempercepat langkah supaya bisa menyejajarkan diri dengan Kiran. "Ran, tunggu, dong," pinta Amir. Walau langkahnya cukup lebar, tetapi belum bisa mengejar Kiran. Perempuan itu malah terkesan melarikan diri."Apa, sih, Pak. Kita sudah telat. Pak Wijananto pasti sudah memulai rapatnya. Jangan menjatuhkan reputasi saya, dong," protes Kiran.Walau Kiran terlihat kesal dan marah, tetapi Amir merasakan kebahagian tersendiri. Sesampainya di ruang meeting, banyak pasang mata yang menatap pada kedua orang yang baru saja datang. Bisik-bisik pun terjadi, jelas hal yang dilakukan pimpinan mereka di luar kebiasaan. Tidak pernah Amir telat saat rapat. Namun, sekarang lelaki itu terlambat sekali apalagi datang barengan dengan Kiran."Papa ngadain meeting mendadak banget," bisik Amir. Lelaki itu sudah duduk di samping Wijananto, sedangkan putrinya duduk agak jauh dari mereka. Naumira sengaja duduk terpisah dari para peserta rapat. "Papa baru inget kalau orderan di pusat ng

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   37. Candaan Menggemaskan

    Happy Reading*****Amir dan Kiran saling menatap, seperti di film-film yang menikmati kedalaman hati masing-masing. Terkejut sekaligus malu jika adegan mereka tadi terlihat Fitri dan Wijananto. "Maaf, aku nggak tahu kalau ada Pak Amir di dalam," kata Fitri penuh penyesalan. "Nggak papa, Fit. Ruangan ini kan milik kalian berdua," sahut Amir. Mukanya merah karena malu. Kiran sendiri masih tetap diam. Tidak berani menatap dia orang yang baru masuk ruangannya."Kakek ...." Naumira memanggil lelaki sepuh itu dan berlari ke pelukannya. "Kalian sedang makan siang?" tanya Wijananto, menatap Amir dan Kiran bergantian. "Selesaikan dulu makan siang kalian. Setelah itu temui Papa di ruang meeting. Rara ikut sama Kakek, ya. Nanti, tak beliin pizza yang lebih banyak."Fitri dan Wijananto keluar lagi meninggalkan keduanya dengan tersenyum. Kini, tinggallah mereka berdua di ruangan itu. Sekali lagi, Amir menyodorkan potongan pizza pada Kiran. Si gadis melotot malas. "Anggap ini permintaan maafku

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   36. Si Kecil yang Cerdik

    Happy Reading*****Kiran tak berani berkata apa pun walau dadanya kian sesak, lebih banyak bermain bersama dengan Rara daripada pusing dengan pertanyaan dalam hati. Namun, sikap sok akrab Amir dengan lelaki sepuh yang tak lain adalah Agus, membuat sang gadis sedikit terganggu. Si atasan duduk di sebelahnya setelah berbincang sebentar dengan tamu. Lalu, Amir berkata cukup lirih di telinga Kiran. "Aku yakin kamu kenal siapa beliau. Apa kamu nggak ingin menyapanya?"Sang gadis diam saja, lirikan tajam dan penuh benci kembali diberikan pada Amir. Perasaan di hatinya kian menyesakkan. Apa yang ada di pikirannya tadi benar. Amir yang mengundang lelaki paruh baya tersebut. Tak mau membuat kegaduhan di ruangan Amir karena ada si kecil, Kiran masih tetap bungkam hingga suara si bos kembali terdengar. "Cobalah berdamai dengan masa lalu, Ran. Semua pasti ada hikmah," kata Amir.Mata sang gadis menatap nyalang pada si bos. Kiran tidak lagi bisa menyembunyikan kemarahannya. "Oh, jadi karena su

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   35. Pertemuan yang Tak diharapkan

    Happy Reading****Tak mungkin lagi, hari ini Kiran absen ke kantor. Sudah tiga hari, dia libur dan hanya berdiam di rumah. Mau tak mau dia harus masuk dan bertemu dengan Amir sekalipun hatinya tak menginginkan. Kalau bukan karena Naumira yang menelepon tadi pagi dan mengatakan rindu, mungkin dia masih absen kerja. Puluhan chat yang dikirimkan Amir semakin menambah beban Kiran. Oleh karenanya, gadis itu tidak mau membalas satu pun. Namun, ketika si kecil menelepon, merengek untuk bisa bertemu, hatinya pun luluh."Ran, kamu kenapa, sih? Tiga hari ini nggak masuk, ditelpon nadanya lemes banget. Kalau kamu nggak ngantor, si manajer semprul itu gangguin aku terus," adu Fitri. Pasalnya selama sahabatnya itu absen kerja, Syaif gencar mencari info tentang Kiran. Fitri sedikit cemburu sebenarnya, tetapi dia tetap menceritakan semua tentang Kiran. Dari mulai makanan, minuman, warna, film dan semua yang menjadi favorit sahabatnya itu, diceritakan. "Aku enggak enak badan, Fit." Kiran pun berp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status