แชร์

5. Benci (3)

ผู้เขียน: pramudining
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-12-22 17:20:38

Happy Reading

*****

Pulang dengan rasa jengkel, Kiran melajukan motornya dengan cepat. "Kok, ada lelaki menyebalkan seperti itu?" gerutunya sepanjang perjalanan.

Mungkin, jika bukan karena ingin dekat dengan Fitri, Kiran akan minta mutasi lagi ke pusat. Dia tidak mau bekerja dalam tekanan dan bertemu dengan Amir setiap hari.

Mengucap salam ketika memasuki rumah, Kiran melihat wajah teduh perempuan yang telah melahirkannya. Segera memeluk perempuan paruh baya itu dengan segenap jiwa.

"Eh, ini kenapa?"

"Bentar saja, Bu." Kiran mengeratkan pelukannya.

"Tumben, sih." Perempuan paruh baya dengan daster rumahan itu mengajak putrinya duduk di sofa ruang tengah sambil memeluk.

"Lagi ada masalah di kantor, ya? Nggak biasanya kamu pulang kerja manja gini."

Bukannya malu dikatakan manja, Kiran malah meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. "Enggak ada masalah, Bu. Cuma agak capek saja. Maklum, pertama kerja di kantor baru, butuh banyak penyesuaian."

Selalu, Kiran berusaha menutupi semua yang menjadi kegalauan hati di hadapan perempuan yang telah melahirkannya. Prinsip hidupnya, biarlah derita dia tanggung sendiri tanpa harus membebani sng ibu.

"Oalah, gitu." Perempuan paruh baya itu mengusap lembut puncak kepala sang putri. Sesekali menyelipkan kata-kata nasihat serta petuah.

Kiran hampir memejamkan mata jika ibunya tidak mengguncang pelan lengannya.

"Mandi sana. Nggak baik anak perawan mandi malam-malam," suruh sang ibu. Sedikit mendorong tubuh Kiran untuk duduk.

"Bu," protes di gadis.

"Nggak, kamu harus segera mandi. Azan Isya sudah berkumandang."

"Hmm. Iya ... iya. Aku mandi sekarang."

Hari yang melelahkan dilalui Kiran dengan berat. Pagi ini, dia tidak ingin mengulang kejadian kemarin. Bertemu dengan bos galak yang bersuara keras.

Selalu merapalkan bacaan basmalah setiap berjalan di area kantor, Kiran berharap tidak akan bertemu dengan bos dan suara kerasnya. Namun, apa yang dia harapkan tidak terwujud.

Lelaki berkemeja hitam slimfit dengan si manajer HRD berpapasan di depan ruang meeting. Kiran berusaha menjauh, tetapi Fitri mencekal pergelangan tangannya dengan cepat.

"Mau ke mana?" bisik Fitri. Di tangan kirinya sudah ada map berwarna merah. "Kamu nggak tahu ada pengumuman kalau Pak Amir nyuruh semua karyawan meeting."

"Enggak, tuh. Memang di mana pengumumannya?" Kening Kiran berkerut dalam. Dia baru saja sampai di kantor. Tidak tahu menahu adanya pengumuman yang meminta semua karyawan meeting di ruangan tersebut.

Fitri menepuk keningnya sendiri. "Apa kamu belum masuk grup chat kantor? Pagi tadi, sekitar jam enam, Pak Amir ngasih tahu semua karyawan di grup itu."

Kiran menggelengkan kepala sebagai jawabannya.

"Ih, gimana sih Pak Syaif itu. Biar aku chat beliau supaya memasukkanmu di grup chat." Fitriya menggerakkan jemarinya dengan cepat di layar ponsel. Walau Syaif jelas-jelas berada tak jauh darinya, tetapi gadis itu tetap mengirimkan pesan.

"Sudahlah, Fit. Mungkin beliau lupa," ucap Kiran sambil mengamati Amir dan Syaif.

"Biarin, kalau nggak dikasih tahu. Kamu akan ketinggalan informasi dan pengumuman di grup, seperti sekarang."

Beberapa orang mulai memasuki ruangan tersebut membuat Fitri mau tak mau memelankan suara sambil menyeret sahabatnya masuk juga.

"Fit, jangan gini, dong. Enggak enak sama yang lain," bisik Kiran.

"Ngapain nggak enak? Kita di sini sama-sama kerja, nyari uang untuk makan."

"Ya, tapi enggak perlu sampai nyeret-nyeret gini kayak anak kecil aja," protes gadis berjilbab tersebut.

"Bodo amat, Ran. Aku harus duduk yang sekiranya dekat dengan Pak Amir." Gadis itu mulai sibuk mencari kursi yang paling dekat dengan si bos dan manajer HRD padahal Kiran malah berpikir sebaliknya.

"Ngapain sih dekat-dekat sama bos galak kayak dia. Aku nggak mau, ih." Kiran berusaha menepis tangan sahabatnya yang mencekal pergelangannya. Lalu, sedikit menjauh dari sahabatnya itu.

"Ran, Pak Amir itu nggak suka karyawan yang mengantuk dan nggak fokus saat meeting. Nah, kalau aku memilih duduk terlalu jauh dari beliau, maka dipastikan aku akan sering menguap. Kalau duduknya dekat, suara Pak Amir nggak akan pernah membuatku ngantuk," jelas Fitriya membuat Kiran melengos dan menjauhinya. "Ran, mau ke mana?"

"Duduk saja di sana, aku di sini saja," kata Kiran setelah menemukan kursi yang berada di ujung paling jauh dari tempat duduk si bos.

Fitriya ingin memprotes pilihan sahabatnya, tetapi suara Syaif terdengar. Lelaki itu membuka meeting mereka, mewakili si bos. Beberapa kalimat terlontar dari sang menajer HRD, dirasa cukup dia menyerahkan pembasahan selanjutnya pada sang atasan. Sampai saat ini, Kiran masih terlihat normal dan berusaha memperhatikan apa yang disampaikan oleh Syaif dan Amir.

Namun, ketika Amir mulai menyingung tentang komplain dari salah satu customer mereka, suara lelaki itu mulai mengeras. Kiran meremas-remas tangannya. Keringat mulai bercucuran walau pendingin ruangan sudah dinyalakan.

"Bekerja dengan serius! Customer kita satu itu adalah yang paling besar memberikan kontribusi pendapatan di perusahaan kita. Saya nggak mau hal serupa terulan yang menyebabkan kerugian. Jadi, untuk order selanjutnya, saya akan mengenakan pemotongan gaji jika masih ada komplain yang sama," kata Amir keras. Wajahnya terlihat menakutkan. Datar, nyaris tanpa belas kasihan sama sekali walau ada salah seorang yang mengajukan keberatannya.

"Kalau nggak mau dipotong gaji, kerja yang bener," bentak Amir membuat nyali Kiran makin ciut.

Perempuan berjilbab itu, terpaksa berdiri hendak meninggalkan ruang meeting. Dia sengaja melakukannya secara diam-diam di saat Amir berdebat dengan karyawan yang mengajukan keberatan. Namun sayang, apa yang Kiran harapkan lagi-lagi tidak sesuai dengan keinginan.

"Mau ke mana kamu?" teriak si bos, tepat di saat Kiran memutar kenop pintu.

Kiran berjingkat, menoleh ke belakang. Lalu, menunduk dalam ketika melihat bola mata Amir terbuka sempurna.

"Kebiasaan pergi nggak jelas. Apa kamu nggak menghargai aku sebagai atasan?" kata Amir dengan suara menggelegar.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
pramudining
pokoknya ikuti terus kisahnya, Kak. terima kasih ...️...️
goodnovel comment avatar
Ade Murti
seru jadi penasaran ada apa antara kiran dan amir
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   6. Benci (4)

    Happy Reading*****Semua mata kini tertuju pada si gadis berjilbab. Wajah Kiran memucat seperti kekurangan darah. Dia tidak bisa lagi mengelak. Melihat sang sahabat dengan keadaan menyedihkan seperti itu, Fitriya bangkit dari tempat duduk, mendekati sahabatnya. "Ran, kenapa kamu melakukan kesalahan ini?" bisik Fitriya ketika berhasil memeluk sang sahabat.Kiran berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tatapannya kini mengarah pada si bos. Sekuat tenaga, Kiran bersikap kuat dan tidak takut."Saya cuma mau ke toilet. Apa pantas Bapak bertanya sekeras tadi?" Kiran langsung membuka pintu ruang meeting tanpa mendengar jawaban dari Amir. Amir menatap kepergian Kiran dengan pertanyaan yang memenuhi kepala. Mencoba menetralkan suasana dengan melanjutkan pembahasan sebelumnya. Suasana ruangan tersebut kembali tegang. Si bos bersikukuh untuk melanjutkan peraturan baru yang sudah dia utarakan sebelumnya. Walau banyak yang keberatan, nyatanya hal tersebut tidak membuat Amir menguba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   7. Benci (5)

    Happy Reading*****"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri. "Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran."Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan."Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi."Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu."Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum."Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kant

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   13. Merasa aneh

    Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-12-25

บทล่าสุด

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   126. Pernikahan Kilat (2)

    Happy Reading*****Sebelum prosesi akad dilanjutkan, beberapa orang masuk dengan didampingi karyawan yang dipekerjakan oleh keluarga Rini. Ternyata sang pemilik rumah sengaja mengundang beberapa tetangga untuk menyaksikan prosesi pernikahan putri semata wayang mereka yang terbilang sederhana.Rini duduk di sofa terpisah dari Agung. Para wanita juga melakukan hal sama,mereka berkumpul di ruang tengah sambil menunggu Agung mengucapkan akad. "Baiklah karena semua ornag sudah hadir, kita bisa lanjut lagi prosesinya," kata sang penghulu yang mendapat angukan serta ucapan setuju dari semua orang.Agung benar-benar tidak menyangka jika pernikahannya akan berlangsung mendadak seperti pernikahan Kiran dan Amir. Dia sedih sekaligus bahagia. Sedih karena tidak bisa memberikan pernikahan yang berkesan dan bahagia karena statusnya sebentar lagi akan berubah menjadi suami.Setelah mengucap basmalah, papanya Rini mulai mengucap akad dipandu oleh sang penghulu yang duduk tepat di sampingnya. Tak bu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   125. Pernikahan Kilat

    Happy Reading*****Agung mulai resah, pasalnya tidak pernah menyangka kalau akan ditodong dengan pertanyaan seperti tadi. Selain itu, dirinya juga tidak memiliki persiapan apa pun juga untuk menikah. Melihat ke arah ibunya, Nur cuma menjawab dengan senyuman. Mungkin sama seperti dirinya, perempuan paruh baya itu juga syok mendengar permintaan papanya Rini. Agung pun beralih menatap Kiran dan Amir, mereka berdua langsung menganggukkan kepala tanda setuju. Demikian juga dengan Farel, si bungsu juga mengangguk sebagai tanda persetujuan dengan rencana papanya Rini."Jadi, gimana Mas Agung?" tanya sang kepala keluarga, memastikan bahwa putri dimiliki oleh orang yang tepat ketika dia meninggalkan negaranya."Ehmm," gumam Agung sambil menggaruk kepala yang tak gatal."Gini aja, Gung. Kalau kamu ragu dengan mahar yang diberikan pada dokter Rini, kamu bisa memberikan cincin berlian yang tadi dibawa sebagai maharnya," saran Wijananto seolah mengerti keresahan hati sulung keluarga Kiran.Senyu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   124. Rencana Tak Terduga

    Happy Reading*****Ketika sampai di rumahnya, Nur tidak diperkenankan sama sekali ikut berbelanja oleh-oleh yang akan dibawa ke rumah Rini. Sebagai gantinya, pihak keluarganya meminta bantuan Laila. "Kenapa, sih, Ibu nggak boleh ikut? Ibu, kan juga pengen memilih barang-barang yang akan diberikan pada calon istrimu, Mas," protes Nur pada putra sulungnya."Ibu di rumah saja, kan, belum benar-benar sehat. Nanti, kalau Ibu ikut nyari oleh-oleh terus kecapean dan sakit lagi. Mas, juga akan kena marah sama calon menantu Ibu. Kiran sama Farel pasti ikut memarahi, Mas," jelas Agung."Hmm, padahal calon menantu Ibu sendiri yang ngomong kalau kondisi Ibu sudah sangat sehat," protes Nur, masih kekeh supaya diperkenankan ikut berbelanja. "Kalau Ibu ikut kami berbelanja sekarang, nanti malam nggak bisa ikut ke rumahnya Dokter Rini, ya," sahut Kiran yang sudah berdiri di belakang saudara sulungnya. "Ibu sama Farel aja. Adik, nggak ikut, kok. Mbak Kiran juga nggak ikut," tambah si bungsu. "Kam

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   123. Rencana Lamaran

    Happy Reading*****Semua orang menjadi tegang setelah mendengar suara lelaki paruh baya yang diketahui adalah papanya Rini. Kiran bahkan sampai memeluk suaminya erat saking takutnya mendengar perkataan tadi. Trauma yang dimilikinya belum sepenuhnya sembuh, Kiran terkadang masih sedikit bergetar ketika mendengar suara keras yang dikeluarkan seseorang. "Mas, kenapa papanya dokter Rini, kok, marah," kata Kiran di pelukan sang suami. "Mas, juga nggak tahu kenapa, Sayang. Sstt. Jangan takut, ya.Pasti ada kesalahpahaman, kita lihat saja," bisik Amir sambil mengelus puncak kepala sang istri penuh kasih sayang.Sementara itu, Agung menatap Satya penuh permohonan supaya ponsel yang dipegang beralih ke tangannya. Rini sendiri juga kaget melihat dan mendengar reaksi sang papa yang terkesan marah padahal semalam lelaki berkumis itu begitu bahagia mendengar semua ceritanya tentang Agung.Satya menjulurkan ponselnya pada saudara tertua Kiran. Ketika Agung bisa bertatap muka secara langsung denga

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   122. Calon Menantu

    Happy Reading*****Satya melepaskan tangannya dari leher si dokter tampan. Senyumnya makin lebar ketika mendengar penuturan Agung. Dia semakin yakin jika lelaki di sebelahnya itu adalah orang yang tepat untuk mendampingi adiknya. Memberikan isyarat mata untuk segera pergi, Agung mengikuti langkah calon kakak iparnya. Di persimpangan lorong rumah sakit, mereka berpisah setelah Satya memberikan kontaknya."Aku tunggu kedatanganmu di rumah Papa," ucap si dokter sebelum benar-benar meninggalkan Agung."Insya Allah, besok sore aku akan berkunjung. Sampaikan salamku pada kedua orang tua dokter Rini," sahut Agung.Kembali ke ruang UGD untuk mengecek keadaan ibunya, Agung tak menemukan satu pun anggota keluarganya. "Eh, ke mana mereka semua?" gumam Agung. Mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi salah satu anggota keluarganya, Agung memutuskan menelepon Farel."Ya, Mas," kata Farel di seberang sana."Dik, kalian ada di mana? Kenapa Mas nggak melihat Ibu dan lainnya.""Ibu sudah dipindahkan

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   121. Memantapkan Hati

    Happy Reading*****Kali ini, reaksi berbeda ditunjukkan oleh Rini. Perempuan itu terlihat seperti takut dan tidak nyaman mendengar sapaan seorang dokter lelaki berperawakan tinggi serta berkacamata."Masih berani gangguin adikku?" kata Satya dengan raut muka marah dan menyeramkan."Siapa juga yang gangguin adikmu. Aku cuma menyapa saja. Apa nggak boleh?" Bukannya takut, lelaki yang berprofesi sama seperti Rini dan Satya itu malah memasang senyuman."Nggak boleh. Ingat, ya, aku bisa saja melaporkan lagi perbuatanmu yang dulu itu," sahut Rini sambil menggeser posisi berdirinya agak ke belakang sehingga tubuh saudara sepersusuannya menjadi tameng penghalang dari lelaki yang baru saja menyapanya.Sementara itu, Agung masih diam terpaku di tempatnya berdiri sambil menatap dan mendengarkan apa yang diobrokan oleh ketiga dokter di depannya. Dia juga mulai menyimpulkan sendiri bahwa dokter yang baru saja menyapa Rini tersebut pasti memiliki suatu hubungan di masa lalau dengan gadis yang ingi

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   120. Lelaki di Sekitar Dokter Rini

    Happy Reading*****Agung dengan cepat menjulurkan tangannya. "Kenalkan, nama saya Agung. Saya adalah lelaki yang sedang mencoba mendekati Dokter Rini dan berniat menjadikan beliau istri," ucapnya penuh percaya diri.Perempuan berpakaian serba putih itu membulatkan mata ketika mendengar pengakuan Agung. Heran juga kenapa lelaki yang baru dikenalnya itu bisa begitu percaya diri mengatakan hal demikian. "Saya, Satya," ucap lelaki yang berpakaian sama seperti Rini. Setelah memperkenalkan diri dan menjabat tangan Agung. Lelaki pemilik nama Satya itu menoleh pada Rini. "Selamat, ya, Dek. Akhirnya ada lelaki yang berani dengan tegas mengatakan sedang ingin mendekatimu.""Ih, Mas Satya apaan, sih." Rini terlihat makin manja dengan melingkarkan kedua tangannya pada pergelangan Satya.Tangan Agung terkepal. Walau perempuan di depannya belum resmi mengakatan menerima ajakannya menikah, tetapi tal seharusnya dia bertindak kelewat mesra di depan Agung seperti sekarang. Lelaki mana yang tidak ak

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   119. Kecemburuan Agung

    Happy Reading*****Sang dokter menarik garis bibirnya setinggi mungkin, pipinya mulai terasa panas. Mungkin saat ini sudah kemerahan akibat perkataan Agung dan pertanyaan Kiran tadi."Dok, apa benar yang dikatakan putra saya?" tegas Nur. Kebahagiaan itu tidak bisa membohongi, raut wajahnya bersinar walau keadaan tubuh sedang tidak baik-baik saja.Sang dokter yang beberapa saat lalu sempat berbincang tentang masalah pribadi dengan Agung, mulai bingung harus menjawab apa. Pasalnya, dia belum mengatakan apa pun keputusannya dan si lelaki juga tidak pernah mengatakan bahwa dia akan melamarnya. Jadi, mana mungkin dokter bernama Rini itu akan mengiyakan perkataan Nur.Melihat kebingungan Rini, Kiran nyeletuk, "Mas saya asal bicara kayaknya. Maaf, ya, Dok.""Ish, Mas," kesal Laila pada putra sulungnya. "Kenapa mesti berbohong, sih?""Mas, nggak bohong, Bu. Cuma, mungkin dokter Rini malu kalau ditodong pertanyaan secara langsung seperti tadi," sahut Agung, "iya, kan, Dok?""Mas, bukan begitu

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   118. Calon Menantu

    Happy Reading*****Kiran menatap benci pada perempuan yang telah berteriak tadi. Amir langsung menghampiri sang istri dan merangkulnya. Lelaki itu tidak ingin Kiran meluapkan semua emosinya."Sayang, sabar," bisik Amir.Kiran menipis rangkulan sang suami. Lalu, menatap sang lelaki dengan kesal. "Mas, aku cuma membela keluargaku. Jangan sampai ada orang sepertinya yang mengatakan seenaknya saja. Apa salahnya Farel sampai dia berkata sekasar tadi?""Oh, rupanya kamu yang sudah menghasut sepupuku ini untuk memenjarakan mamaku?" tanya si perempuan sinis pada Kiran."Tutup mulutmu, Rin!" bentak Farel. Emosinya mulai naik akibat perkataan si perempuan yang sejak tadi berkata dengan keras.Agung menepuk bahu si bungsu. "Sabar, Dik. Ingat, ini rumah sakit," bisiknya. Lalu, lelaki yang seumuran Amir itu menatap perempuan berambut kecokelatan dengan tajam. "Siapa kamu sebenarnya? Jangan asal menuduh orang. Kamu bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik. Kiran nggak pernah menghasut siapa pun

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status