Share

2. Menghindar

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-12-19 06:51:58

Happy Reading

*****

Keluar dari ruangan si Bos, sekujur tubuh Kiran dibanjiri keringat. Jilbab yang dikenakannya saja terlihat basah di bagian kepala padahal dia menggunakan dalaman jilbab. Si gadis berjalan gontai menuju ruang produksi yang disiapkan untuknya,  diantar Syaif.

Satu senyuman diberikan oleh sang manajer HRD pada seorang perempuan yang mejanya bersebelahan dengan meja Kiran. Gadis itu melirik dan saat itulah wajahnya berubah. Dua perempuan itu saling melempar senyum.

"Apa kalian saling mengenal?" tanya Syaif.

"Dia sahabat saya, Pak," jawab gadis di hadapan si manajer yang bernama Fitriya.

"Oo, begitu. Tolong bantu dia, Fit. Jelaskan apa-apa yang harus dikerjakan di sini. Walau di pusat dia sudah ahlinya, tapi keadaan di cabang berbeda."

"Siap, Pak." Fitri antusias menyambut sahabatnya.

"Saya tinggal dulu. Selamat bekerja, semoga kamu betah berada di cabang ini," kata Syaif sambil mengulurkan tangan pada Kiran. Namun, ditolak secara halus oleh gadis dengan menangkupkan kedua tangannya di depan. Setengah malu, sang manajer HRD langsung meninggalkan keduanya.

"Ke mana aja, sih, Ran? Aku udah nunggu dari tadi, lho," tanya Fitri saat Syaif sudah pergi.

"Ban motorku bocor. Untung aja ada bengkel buka," jelas Kiran. Dia menaruh tas di atas meja dan mulai menyalakan komputer. Sebelum pindah, Wijananto sudah memberinya tugas merancang pengeluaran produksi untuk diajukan pada bagian keuangan.

"Terus, tadi kenapa lari?"

"Ish, kamu Fit. Dah kayak para petinggi perusahaan aja nanyanya."

"Kamu yang aneh," kata Fitri disertai lirikan, "Sudah sampai kantor malah lari kayak ngelihat hantu."

"Udah... udah. Ngobrolnya lanjut nanti, aku mau ngerjain tugas dari big father."

Fitri melongo. "Big Father siapa, Ran?"

"Siapa lagi kalau bukan Pak Wijananto. Emang kamu enggak tahu sebutan itu?"

"Nggak."

Lama, mereka berbincang-bincang hingga suara telepon di meja Fitri terdengar. Gadis dengan rambut diikat ke belakang semua, hanya menyisakan poni belah kanan itu mengangkat. Keningnya berkerut sesekali mengucapkan kata iya dan maaf.

"Siapa, sih?" tanya Kiran.

"Putra mahkota. Heran, deh. Kenapa juga dia matai-matai aku. Baru sekali ini, aku ditelpon cuma ngasih peringatan." Fitri ngedumel sendiri, sementara Kiran lebih fokus lagi pada layar komputer. "Ran, kamu denger aku ngomong, 'kan?"

"Denger," sahut Kiran, tetapi tetap fokus pada layar komputer. Tak mau lagi dia mendengar kata keras si bos.

"Terus kenapa diem aja nggak nanggepi?"

Kiran meletakkan jari telunjuk ke bibir sambil mendesis. "Fokus kerja! Jangan sampai si bos nelpon lagi."

Bekerja di perusahaan Wijananto selama lebih tiga tahun tentu membuat Kiran tahu siapa putra mahkota yang dimaksud sahabatnya. Putra tunggal sang pengusaha yang tadi pagi bersuara keras. Lebih dari itu, si gadis tak mengetahui apa pun.

Waktu terus berputar hingga jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Fitri bangkit dan mengajak sahabatnya makan siang. Mereka berdua pergi ke kafe yang letaknya di sebelah kanan kantor.

"Kamu pesen apa, Ran?" tanya Fitri.

"Apa menu andalan di sini? Aku sebenarnya masih kenyang."

"Duh, jaga bodi banget. Dari dulu kayak nggak sahabatan sama nasi dan lain-lainnya."

Kiran memainkan mata lucu, gelak tawa mereka menggema. Dari arah pintu masuk, dua orang petinggi perusahan berjalan mendekati keduanya. Pada jam-jam istirahat seperti ini, pengunjung kafe selalu banyak. Fitri menyenggol lengan sahabatnya dan berbisik akan memesan makanan.

Syaif yang melihat Fitri berdiri segera mendekat, sementara Amir masih mengedarkan pandangan mencari tempat duduk.

"Di meja anak baru aja, Mir," kata Syaif, "mereka cuma berdua. Rasanya nggak masalah kalau kita semeja dengannya. Meja lain udah penuh semua."

Amir menoleh dan mengangguk, kakinya melangkah mendekati meja Kiran dan hal itu sukses membuat si gadis gemetaran tak karuan. Begitu santai si bos duduk di sebelahnya, tanpa ucapan permisi atau yang lain. Alih-alih menyapa, si bos malah mengeluarkan ponsel dari saku celana. Jemarinya mulai sibuk mengetikkan sesuatu, mata sedikit melebar dengan muka mulai memerah.

Tak sabar, pria itu mendekatkan ponselnya ke telinga kiri. Bersamaan Fitri datang membawa semangkok soto yang kuahnya terlihat mengepul.

"Bapak itu gimana!" bentak Amir, "sering kali dibilang jangan teledor kalau kerja. Budek apa bodoh?"

Tangan Kiran gemetaran mendengar perkataan keras Amir. Gadis itu sudah akan meraih mangkok soto yang diberikan sahabatnya. Namun naas, suara menggelegar si bos membuatnya menjatuhkan mangkok karena terkejut. Sialnya, kuah panas itu mengenai paha lelaki yang tengah emosi.

"Bodoh!" ucap Amir sambil matanya melotot ke arah Kiran. "Bisa lebih hati-hati!"

Kiran berlari meninggalkan kafe tanpa meminta maaf atau membersihkan sisa kuah yang tertinggal pada celana si bos. Fitri yang melihat semua itu, hanya bisa melongo. Belum pernah dia mendapati sahabatnya ketakutan seperti tadi.

"Nasehati temanmu untuk lebih sopan pada atasan." Amir meninggalkan kafe tersebut setelah berkata.

Beberapa detik kemudian, Syaif datang. "Pak Amir kenapa, Fit?" tanyanya.

Jawaban Fitri membuat si manajer HRD makin penasaran. Pria itu duduk dan menatap bawahannya. "Ceritakan ada apa sama Pak Amir dan sahabatmu tadi," pintanya.

Fitri duduk dan mengaduk jus jeruk yang dipesan. Menarik ujung pipet dan mengarahkan ke mulut. Sebentar saja, minuman itu sudah masuk ke tenggorakan. Selesai meneguk minumannya, dia mulai berkata, "Saya nggak tahu ada apa, Pak. Pas saya datang, Pak Amir sedang menelepon dan berkata keras pada seseorang. Entah mengapa Kiran seperti ketakutan dan akhirnya menjatuhkan mangkok soto itu."

Si staf produksi melirik mangkok makanan di lantai yang kini sedang dibersihkan oleh pelayan kafe. Syaif memberi selembar uang kertas berwarna biru pada karyawan dan mengatakan sesuatu. Setelah itu, si karyawan tersenyum dan meninggalkan keduanya.

"Apa Kiran punya hubungan sama Pak Amir sebelumnya?" tanya Syaif serius.

Gadis itu menggelengkan kepala, beberapa saat kemudian menggerakkan kedua bahunya ke atas. "Saya nggak tahu, Pak. Selama saya mengenal Kiran belum pernah dia berhubungan sama cowok."

"Yakin, Fit?" selidik Syaif yang diangguki oleh si gadis. "Masalahnya, tadi pagi, Kiran juga lari ketakutan setelah melihat Pak Amir."

Mata Fitri menyipit, "Maksud Bapak mereka punya hubungan spesial gitu? Nggak mungkin, Pak. Kiran itu cewek anti pacaran," jelasnya.

"Terus, kenapa dia selalu lari pas ada Pak Amir?"

"Au ah, Pak. Perut saya udah bunyi, laper. Ngobrol terus nggak bakal bikin kenyang."

Meninggalkan sahabatnya di kafe kini perempuan itu sampai di pos satpam kantornya. Kiran terengah-engah. Dia mencoba duduk untuk menetralkan ketakutan serta napasnya. Namun, baru saja jantungnya kembali normal suara lelaki tadi terdengar kembali.

"Hei, kamu!" kata si bos.

Gadis itu melirik sekeliling, sepi. Selain mereka berdua, tak ada orang lain di sana. Sebelum duduk tadi, satpam terlihat berjalan masuk ke kantor. Jantung Kiran berpacu dengan cepat.

Jangan lagi, Ya Allah. Tolong jauhkan lelaki itu dari hamba. Doa Kiran dalam hati.

*****

Related chapters

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   3. Benci (1)

    Happy Reading*****"Saya, Pak," ucap Kiran gemetaran disertai jari telunjuk yang mengarah ke wajah. Amir menutup teleponnya dan menatap gadis itu lekat. "Iya kamu. Siapa lagi yang ada di sini selain dirimu, dasar cewek aneh.""Ada apa, Pak?" Kiran masih gemetaran, tangannya meremas ujung blazer. "Taruh kunci ini di meja ruanganku," kata Amir yang langsung berbalik arah menuju parkiran. Namun, beberapa langkah kemudian, dia berbalik menoleh pada Kiran. "Terima kasih." Setelahnya dia pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari si gadis."Untung dia enggak marah karena kejadian tadi," kata Kiran. Gadis itu bernapas lega karena si bos tidak mengungkit kejadian di kafe tadi.Sepeningal si bos, Kiran tak langsung memenuhi permintaan tersebut. Gadis itu memilih berdiam di pos satpam beberapa menit, berusaha menetralkan ketakutannya. Beberapa saat setelahnya, barulah masuk dan menuju ruangan si bos. Takut-takut perempuan berjilbab itu membuka pintu berwarna biru wardah yang bertuliskan

    Last Updated : 2024-12-21
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   4. Benci (2)

    Happy Reading*****Kiran memukul lengan sahabatnya pelan. Gemas sekali karena Fitri terus mengolok-oloknya memiliki hubungan spesial dengan si bos. Mereka berdua terus bersenda gurau hingga Kiran mendapat chat dari Wijananto."Kerja, yuk. Big Father udah ngasih warning," ucap Kiran."Sayang banget kayaknya beliau sama kamu. Jangan-jangan, kamu benar-benar punya hubungan spesial sama sang putra mahkota." Fitri mencolek dagu sahabatnya, menggoda Kiran."Berhenti, enggak!" Tangan Kiran siap memukul Fitri, sengaja menakuti gadis itu. Fitri menjulurkan lidah ketika pukulan sahabatnya bisa ditangkis. Dia lebih cepat menggerakkan kursi, pindah posisi."Kerja ... kerja biar nggak ditelpon si bos lagi. Ntar dikata kita bercanda terus," ucap Fitri setelah puas menggoda sahabatnya."Hmm, padahal dia sendiri yang ngajak guyon dari tadi," sahut Kiran. Walau mulutnya berkata demikian, tetapi tangannya sudah mulai menari dia tas keyboard komputer, menyelesaikan tugas dari sang atasan di pusat.Ke

    Last Updated : 2024-12-21
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   5. Benci (3)

    Happy Reading*****Pulang dengan rasa jengkel, Kiran melajukan motornya dengan cepat. "Kok, ada lelaki menyebalkan seperti itu?" gerutunya sepanjang perjalanan. Mungkin, jika bukan karena ingin dekat dengan Fitri, Kiran akan minta mutasi lagi ke pusat. Dia tidak mau bekerja dalam tekanan dan bertemu dengan Amir setiap hari.Mengucap salam ketika memasuki rumah, Kiran melihat wajah teduh perempuan yang telah melahirkannya. Segera memeluk perempuan paruh baya itu dengan segenap jiwa. "Eh, ini kenapa?""Bentar saja, Bu." Kiran mengeratkan pelukannya."Tumben, sih." Perempuan paruh baya dengan daster rumahan itu mengajak putrinya duduk di sofa ruang tengah sambil memeluk. "Lagi ada masalah di kantor, ya? Nggak biasanya kamu pulang kerja manja gini."Bukannya malu dikatakan manja, Kiran malah meletakkan kepalanya di pangkuan sang ibu. "Enggak ada masalah, Bu. Cuma agak capek saja. Maklum, pertama kerja di kantor baru, butuh banyak penyesuaian."Selalu, Kiran berusaha menutupi semua yan

    Last Updated : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   6. Benci (4)

    Happy Reading*****Semua mata kini tertuju pada si gadis berjilbab. Wajah Kiran memucat seperti kekurangan darah. Dia tidak bisa lagi mengelak. Melihat sang sahabat dengan keadaan menyedihkan seperti itu, Fitriya bangkit dari tempat duduk, mendekati sahabatnya. "Ran, kenapa kamu melakukan kesalahan ini?" bisik Fitriya ketika berhasil memeluk sang sahabat.Kiran berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh. Tatapannya kini mengarah pada si bos. Sekuat tenaga, Kiran bersikap kuat dan tidak takut."Saya cuma mau ke toilet. Apa pantas Bapak bertanya sekeras tadi?" Kiran langsung membuka pintu ruang meeting tanpa mendengar jawaban dari Amir. Amir menatap kepergian Kiran dengan pertanyaan yang memenuhi kepala. Mencoba menetralkan suasana dengan melanjutkan pembahasan sebelumnya. Suasana ruangan tersebut kembali tegang. Si bos bersikukuh untuk melanjutkan peraturan baru yang sudah dia utarakan sebelumnya. Walau banyak yang keberatan, nyatanya hal tersebut tidak membuat Amir menguba

    Last Updated : 2024-12-22
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   7. Benci (5)

    Happy Reading*****"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri. "Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran."Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan."Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi."Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu."Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum."Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kant

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

    Last Updated : 2024-12-24
  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   15. Sisi Baik

    Happy Reading*****Kiran tak berani berkata apa pun, lebih banyak bermain bersama dengan Rara daripada pusing dengan pertanyaan dalam hati. Namun, sikap sok akrab Amir dengan lelaki sepuh yang tak lain adalah Agus membuat sang gadis sedikit terganggu. Si atasan duduk di sebelahnya setelah berbincang sebentar dengan tamu."Aku yakin kamu kenal siapa beliau. Apa kamu nggak ingin menyapa?" bisik Amir.Sang gadis diam saja, lirikan tajam dan penuh benci kembali diberikan pada Amir. "Cobalah berdamai dengan masa lalu, Ran. Semua pasti ada hikmah."Mata sang gadis menatap nyalang. "Oh, jadi karena suruhan orang ini Anda memanggil saya? Rara cuma alasan saja. Iya?!" Kiran berteriak keras. Berdiri dan hendak meninggalkan mereka semua, tetapi tangan mungil Naumira menghentikan. "Tante mau ke mana? Rara masih ingin main," ucap bocah itu dengan mimik muka lugu khas anak-anak. "Kita main di luar kalau Rara mau."Tangan sang gadis yang tak tersentuh oleh Naumira di cekal Amir. "Ran, dengerin d

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   14. Rencana Piknik

    Happy Reading***Pekerjaan Kiran hari ini terbilang cukup padat. Sejak pagi, gadis itu terjun langsung menyortir orderan yang akan dikirim ke luar pulau. Hampir-hampir tak ada waktu duduk. Tak beda jauh dengannya, Fitri juga merasakan hal sama. Deadline pengiriman semakin dekat membuat para karyawan bagian produksi bekerja ekstra. Mereka tentunya tidak mau dipotong gaji ketika ada kesalahan pada hasil produksi. Oleh karenanya, semua bekerja dengan ketelitian dan keseriusan penuh.Sementara di tempat berbeda, Amir sedang dilema. Janji mengajak Naumira piknik ke salah satu taman yang terdapat beraneka ragam satwa terancam batal. Baru saja, resepsionis mengabarkan jika tamu dari luar kota yang akan mengajak kerja sama meminta bertemu pada jam makan siang di Resto Tepi Sawah. Sementara putrinya sedang dalam perjalan ke kantor untuk menjemputnya menuju taman satwa. Mondar-mandir lelaki itu mencoba mencari solusi permasalahannya saat ini. Mencoba menghubungi klien itu, tetapi tak berhas

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   13. Merasa aneh

    Happy Reading*****Kembali ke ruangan setelah melaksanakan salat Zuhur. Kiran membayangkan wajah Amir dengan segala perlakuan anehnya tadi. "Kenapa aku merasa dia sedikit berubah, ya? Apa dia sakit? Biasanya, Pak Amir akan langsung marah pas tahu ada yang salah. Jelas-jelas aku yang nabrak dia, kok, malah dia yang minta maaf duluan.""Hayo ngelamunin apa?" Fitri menyentuh pundak sahabatnya."Siapa yang melamun, sih. Aku lho mikir anggaran ini. Kira-kira disetujui enggak ya, sama pihak keuangan." Alasan yang cukup masuk akal karena Kiran saat ini sedang memegang proposal anggaran produksi baru. "Hmm, mikir kerjaan saja segitunya. Asal angkanya masuk akal dan sesuai kebutuhan produksi kita, mereka pasti menyetujui. Emang, ya, kamu ini." Fitri memilih kembali ke meja kerjanya. Mengembuskan napas dalam-dalam, Kiran menutup proposal di depannya. Memilih keluar, daripada dia terus memikirkan tentang keanehan si bos. Lebih, baik dia mencari kesibukan dengan mengecek pekerjaan karyawan

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   12. Semburat Rasa

    Happy Reading*****Sejak kejadian hari itu, diam-diam Amir sering mengamati perilaku Kiran. Tiap hari, selalu ada waktu untuk mengintai si gadis dari layar CCTV. Seperti kali ini, sang putra mahkota menatap layar serius mengawasi gerak-gerik Kiran. Suara ketukan beberapa kali dari luar sama sekali tak direspon. Amir menikmati senyum sang gadis yang tengah bersenda gurau dengan Fitriya. Terkadang, senyum itu menular padanya walau tidak tahu persis apa yang membuatnya tersenyum. Di balik pintu ruangan Amir, Syaif berdiri. Menunggu sang empunya mempersilakan masuk. Tak ingin lagi kejadian beberapa waktu lalu terulang. Namun, beberapa menit menunggu, membuatnya jenuh dan kesal juga. Pelan-pelan memutar knop pintu ke bawah, memajukan kepala sedikit untuk mengetahui aktifitas sang pemilik ruangan. "Astagfirullah. Dari tadi aku ngetuk pintu nggak denger, ternyata lagi ngelamun," ucap Syaif mengagetkan si empunya ruangan. Tangan Amir reflek memencet tombol off pada remot. Takut jika sa

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   11. Berhasil

    Happy Reading*****Naumira menarik pergelangan tangan Kiran, mendongakkan kepala dan berkata, "Apa benar begitu, Tante?"Penuh pengharapan supaya gadis di depannya mendukungnya, Amir mengedipkan mata beberapa kali. Kiran melihat kode yang diberikan si bos. "Iya, benar. Rara enggak perlu khawatir. Kalau memang enggak menang, bisa berusaha lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Bukankah keberhasilan itu berawal dari kegagalan. Jadi, enggak perlu patah semangat, ya." Kiran bahkan memberanikan diri mengelus puncak kepala si kecil penuh kasih sayang. "Kapan sih Papi pernah bohong sama Rara? Apa yang Rara minta, Papi pasti turuti."Naumira berbalik arah mendekati sang papi, menjulurkan kedua tangannya. Mengerti jika gadis kecilnya minta gendong, Amir pun menangkap sosok mungil tersebut dengan cepat. Mencium kembali seluruh wajahnya."Nggak usah sedih lagi, ya, Sayang. Di hati Papi, Rara tetap pemenangnya," ucap Amir."Papi emang terbaik." Naumira mengalungkan kedua tangannya pada leh

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   10. Mulai Respek

    Happy Reading*****Kiran segera menuju ruangannya untuk menenangkan hati padahal dia belum tahu apa yang harus dilakukan setelah mendapat perintah Amir."Kamu kenapa kayak orang habis dikejar hantu gitu, Ran?" tanya Fitri yang melihat sahabatnya minum dengan tergesa-gesa."Enggak ada apa-apa. Aku cuma kehausan saja.""Apa kata Pak Amir?" Fitri mulai menunjukkan keingintahuannya yang besar."Dia minta bantuanku.""Bantuan apa?" Belum sempat Kiran menjawab pertanyaan sahabatnya, suara telepon di meja produksi terdengar. Fitri terpaksa mengangkatnya lebih dulu."Halo, ada yang bisa dibantu?""Fit, tolong kasihkan ke Kiran," ucap suara di seberan sana yang tak lain adalah Amir. Rupanya, lelaki itu sudah hafal dengan suara Firti.Tak perlu banyak pertanyaan lagi, Fitri langsung memberikan gagang telepon pada Kiran. "Siapa?" tanya Kiran berbisik."Pak Amir."Gemetar, Kiran mengambil gagang telepon dari tangan sahabatnya. "Iya, Pak. Ada apa?""Bersiaplah. Sopir sudah menunggumu untuk meng

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   9. Permintaan

    Happy Reading*****"Sorry, Mir. Aku nggak tahu kalau kalian lagi bahas masalah serius," ucap Syaif, "aku kembali lagi nanti." Si manajer HRD segera keluar dari ruangan sahabatnya walau banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepala."Aneh, sejak kapan Amir begitu marah saat aku nggak mengetuk pintu pas masuk ruangannya," gerutu Syaif. Tatapan Amir kini kembali fokus pada gadis di hadapannya. "Duduk! Saya belum selesai denganmu."Kiran terpaksa kembali ke tempatnya semula. Meremas jemarinya di bawah meja sambil merutuki sikap kasar sang atasan. "Saya nggak tahu mesti mulai dari mana. Sebenarnya, banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ajukan tentang sikapmu pada saya, tapi karena ada hal yang jauh lebih penting, saya akan mengabaikan hal tersebut." Amir menghela napas. Lalu, beberapa detik kemudian setelah menatap lawan bicaranya yangg tidak bereaksi apa pun, dia melanjutkan kalimantnya. "Saya butuh bantuanmu saat ini."Tanpa Amir duga, Kiran mendongakkan kepala. Netra mereka semp

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   8. Butuh Bantuan

    Happy Reading*****Amir memencet hidung si kecil, gemas. "Seneng banget godain Papi, ya," ucapnya.Si kecil menutup muka dengan kedua tangannya supaya sang papi tidak bertindak berlebihan. Sudah menjadi kebiasaan si bos pada putrinya jika gemas akan melakukan hal-hal berlebihan, misalnya saja menciumi seluruh wajah si kecil. "Pi, Tante tadi cantik juga, kok," cicit si kecil di balik kedua tangannya yang menutupi wajah."Kok, gitu?" tanya Amir merasa aneh dengan perkataan putrinya."Kalian ngapain sih di sini?" kata seseorang perempuan paruh baya yang sudah berdiri di belakang mereka."Eh, mama sudah selesai belanjanya?" tanya Amir setelah melihat kehadiran perempuan yang telah melahirkannya itu."Sudah. Dari tadi, Mama nyariin kalian berdua. Ngapain coba sembunyi di sini?" Perempuan paruh baya itu menatap curia pada putranya. Tidak biasanya, Amir meninggalkannya untuk berbelanja sendirian. Biasanya si bos akan menjadi bodyguard pribadi perempuan paruh baya tersebut."Papi lagi ngint

  • Gadis Lugu Penakluk Bos Galak   7. Benci (5)

    Happy Reading*****"Auw," ucap Kiran. Memegang lututnya yang terasa begitu nyeri. "Hati-hati, Mbak," ucap salah satu karyawan bagian pengemasan yang berada tak jauh dari Kiran."Iya, Bu. Terima kasih sudah membantu." Kiran langsung berjalan cepat menjauh Amir padahal jelas-jelas kakinya terseok-seok saat berjalan."Sepertinya, dia ketakutan ketika bertemu Pak Amir. Siapa dia?" tanya tamu yang dibawa Amir tadi."Dia salah satu karyawan saya yang mengepalai bagian produksi," terang si bos. Berusaha menjawab pertanyaan tamunya senormal munkin karena dia sendiri tidak tahu sebab pastinya mengapa Kiran selalu bertinkah aneh saat bertemu."Oh. Harusnya, dia nggak perlu lari seperti tadi. Jika dia menyapa Anda dan berkolaborasi untuk menjelaskan semua detail produksi yang dilakukan di perusahaan ini, tentunya akan semakin bagus. Saya pasti lebih puas mendengar penjelasan dari kalian berdua." Lelaki berkemeja navy itu tersenyum."Dia masih baru di sini, Pak. Walau sudah lama bekerja di kant

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status