Mark membawa Maria keatas tempat tidur tanpa melepas bibirnya. Kemudian pria tersebut membaringkan istrinya itu, lalu menindihnya perlahan."Aakk..." erang Maria ketika Mark mulai menekannya."Ada apa, Sayang? Apa kau kesakitan?" tanya Mark mulai panik. Takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap calon bayi mereka. Ia pun melepas bibir Maria."Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa tidak nyaman dengan posisi seperti ini," jawab wanita itu."Baiklah, kalau begitu kita tidak perlu melakukannya... Kau istirahatlah, em?" Mark hendak menarik diri dari atas tubuh Maria."Tapi aku menginginkannya." Akan tetapi, wanita berparas cantik itu menahannya. Tak ayal Mark pun merasa terkesiap.Wajah Maria terlihat sedikit memerah ketika ia mengungkap isi kepalanya kepada Mark.Tak dapat dipungkiri, sebagai wanita. Ketika mengajak suami bercinta, tentu saja ada rasa malu sekaligus segan di dalam hati. Namun, hasrat itu tak dapat dikendalikan. Ia datang secara alami, tanpa harus dipaksa.Semenjak hidup ber
Di gedung tua itu, Maria mengalami penyiksaan dengan mata tertutup. Wajahnya memar, sudut bibir terluka, pun hidung mancungnya.Rambut wanita itu berantakan efek dari jambakan tangan. Ia pun mulai melemah tak berdaya. Sementara ada bayi dalam kandungannya yang baru seumur jagung.Bug... Plak... Kedubrak... Gubrak!Maria kembali mengalami penyiksaan. Fisiknya terlihat rapuh tak berdaya. Sedangkan nafasnya terengah-engah. Seolah ruh itu hendak keluar dari dalam tubuhnya."Rasakan ini! Kau memang pantas mendapatkannya. Inilah akibat dari merebut suami orang. Dasar wanita jalang!" sarkas Casandra tak tahu diri, seolah dia adalah korban. Padahal justru sebagai pelaku kejahatan.Ya, orang yang telah menculik Maria adalah Casandra. Wanita licik itu tidak terima, karena Mark dan Maria akhirnya kembali bersama.Pun Mely yang telah terbuka mata hati serta pikirannya terhadap Maria. Semenjak Mark mencercanya hari itu, Mely seolah mendapat ilham dari Sang maha kuasa. Bahwasanya ia harus segera be
Di rumah sakit tempat Leo menjalani pengobatan. Entah siapa yang memberitahu lelaki itu mengenai penculikan Maria. Sehingga membuatnya panik, hingga berencana ingin membuka seluruh selang yang melekat padanya."Apa yang kau lakukan, Leo? Mengapa kau membuka selang infus ini?" Beruntungnya Clara segera datang dan menghentikan aksi pria tersebut."Lepaskan aku! Aku mau menemui Maria. Casandra pasti menyakitinya," ucap Leo sembari memaksakan diri."Apa kau sudah gila?!" seru Clara emosional. Akan tetapi, Leo tidak mengindahkan. Dia terus berusaha untuk melepas seluruh peralatan yang melekat pada tubuhnya itu."Baiklah, silahkan pergi. Aku tidak akan mencegahmu lagi. Tapi sebelum itu kau harus camkan kata-kataku ini... Aku ingin mengakhiri hubungan kita!" ucap Clara tanpa ragu, hingga sukses mengalihkan perhatian Leo."Apa?" Mata pria itu membeliak tak percaya. Siapa sangka, bila wanita yang dicintainya, hari ini berencana mengakhiri hubungan mereka."Ya, aku ingin mengakhiri hubungan yan
Mark akhirnya sukses menyelamatkan Maria dari cengkraman Casandra setelah berhasil melumpuhkan wanita licik tersebut."Sayang, bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Aku tidak akan membiarkan dirimu kenapa-napa. Kau harus tetap kuat," lirih Mark sembari menggendong tubuh Maria serta memasukkannya ke dalam mobil.Sementara itu, di gedung tua tempat Casandra berada. Perempuan berkulit putih bersih itu masih sibuk mengurus matanya yang terkena lemparan batu beberapa saat lalu.Lantas kemudian ia pun terkejut setelah tidak melihat lagi Maria dan Mark di tempat itu."Sial!" umpatnya emosional.Lalu ia pun bergegas keluar, hendak mengejar sepasang suami istri tersebut untuk menuntaskan hasrat dendamnya.Tampaknya Casandra masih terobsesi dengan kematian Maria sehingga membuatnya merasa puas. Dengan begitu tak akan ada lagi penghalang antara dirinya dan Mark. Meski ia tahu betul, bahwa pria tersebut tidak bersedia menerimanya kembali."Angkat tangan!" Casandra masih berada di ambang
Pasca mengetahui kondisi Maria, Clara pun kembali ke ruang perawatan tempat Leo berada. Di sana ia berpikir keras. Antara memberi tahu kekasihnya itu ihwal kondisi Maria, atau justru menutup rapat-rapat sampai akhirnya nasib sendiri yang memberitahu pria tersebut.Bukan karena cemburu, tetapi bila Leo sampai tahu Maria terluka. Maka lelaki tampan itu pasti akan segera menemuinya tanpa berpikir panjang. Sementara dia juga masih dalam proses pemulihan.Itulah yang membuat Clara enggan untuk memberi tahu lelaki tersebut. Namun di sisi lain, bila ia tidak menjelaskan kabar Maria saat ini. Maka Clara akan menjadi manusia yang egois sekaligus tak berperimakanusiaan.Alhasil wanita itu pun jadi dilema. Antara mengutamakan moral atau ego."Ada apa? Mengapa kau terlihat gelisah? Apakah terjadi sesuatu sebelum kau kemari? Atau terjadi komplikasi pada hasil pemeriksaanku?" tanya Leo begitu melihat raut cemas dari garis wajah kekasihnya itu."Leo, sebenarnya aku..." Meski demikian, Clara masih ta
Sementara itu, di balik jeruji besi. Tampak beberapa orang pria tengah menggoda Casandra. Mereka berencana untuk melecehkan wanita tersebut."Jangan macam-macam! Apa kalian tidak tahu siapa aku, hah?!" seru Casandra dengan sombongnya. Seakan dialah pemilik dari lembaga tersebut.Para pria itu tidak peduli. Mereka terus menatap rakus terhadap Casandra. Seolah hendak menyetubuhinya sekarang juga."Hahaha... Hei, Nona! Kami tidak perlu tahu siapa kau. Yang kami butuhkan hanyalah tubuhmu, bukan identitasmu," sahut salah satu pria berkepala plontos.Lelaki dengan kumis tebal itu menatap penuh damba terhadap Casandra. Terlebih matanya yang sungguh tergiur akan keseksian wanita itu."Jangan mendekat! Atau aku akan memecahkan kepalamu!" hardik Casandra, masih dengan angkuhnya."Hahaha." Akan tetapi, lagi-lagi orang-orang itu tidak perduli. Mereka terus menertawakan keberanian Casandra yang terkesan omong kosong.Para pria itu tidak tahan lagi untuk segera menikmati tubuh molek Casandra yang b
Hidup itu tidak seindah berada dalam negeri dongeng, yang ketika sedang mendambakan sesuatu. Maka tinggal minta kepada Ibu peri.Hidup itu tidak sesimple pemikiran membalikkan telapak tangan. Hidup itu tidak semudah memetik bunga di taman.Melainkan hidup itu butuh perjuangan yang besar. Jika ingin hasil maksimal, maka lakukan yang terbaik dalam hidup ini.Tuhan telah memberi berkah-Nya kepada setiap manusia. Akan tetapi, bila seluruh pintu syukur ditutup, maka dunia dan seisinya tak akan membuat kita kenyang.Jangan pernah memandang kenikmatan orang lain hanya untuk membandingkan dengan diri sendiri, agar hati tetap damai dan tak ada kesukaran.Rejeki tidak selalu tentang materi. Melainkan persahabatan, keluarga, serta pendidikan adalah nikmat tiada tara.Akan tetapi, tidak segelintir orang yang berpikir sebaliknya. Masih banyak penghuni bumi ini yang tak pandai bersukur dan lebih memilih mengejar ambisi. Padahal yang diberi sudah lebih dari cukup.Seperti yang telah dialami oleh Cas
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga bulan berganti bulan. Akhirnya Mely memberanikan diri untuk menemui Maria di rumah sakit. Walau wanita itu masih setia dengan koma panjangnya.Selama ini Mely hanya bisa menatap dari kejauhan tiga orang kesayangannya itu sembari mengenakan kacamata hitam agar tidak dikenali orang-orang.Melalui tembok kokoh, Mely berdiri rapuh menatap jauh cucu tercinta sembari merasa iba. Tak ada yang bisa dilakukan oleh wanita tua itu. Sebab, Mark tidak mengizinkan dirinya untuk mendekati Joe, pun Maria.Mely yang sangat hafal betul karakter Putranya itu, hanya bisa pasrah menerima kenyataan, bahwa ia telah terbuang dari anggota keluarga Mark.Sejujurnya Mark tidak sepenuhnya membenci Maly. Hanya saja Mark ingin melihat ketulusan yang luas dari hati wanita yang telah melahirkannya itu."Maria, hari ini dengan segenap rasa hormat dan penyesalan yang mendalam. Saya meminta maaf padamu, Nak. Karena aku lah kau berakhir seperti ini. Aku terlalu mencinta