Fatma membelai Tasya penuh kasih sayang, wanita ini merasa bersalah pada putrinya. “Mama minta maaf karena sempat mengunci kamu di dalam kamar. Sebenarnya hati Mama hancur saat melakukannya, tapi cara apalagi yang harus Mama lakukan saat anak Mama sendiri membela oranglain dan dalam waktu bersamaan memojokan Mama ....” Sendunya diperlihatkan. Itu adalah raut wajah yang amat dalam, rasa sakit seorang ibu akibat anaknya.Saat ini Tasya merasa berdosa karena telah berbuat hal yang berhasil menyakiti ibunya, tetapi di sisi lain akal sehatnya mengatakan jika tindakannya harus dilakukan saat ibunya mengambil jalan yang salah.Fatma kembali berkata saat belaian lembutnya tidak dilepaskan. “Nak, jalani hidup kamu dengan bersungguh-sungguh. Jangan memikirkan apapun selain diri kamu sendiri. Ingat, ada Mama yang akan menjadi orang paling bahagia saat melihat kamu sukses. Dan hanya Mama yang akan mendukung dengan sepenuh hati jalan menuju kesuksesan kamu.”Semua kalimat Fatma memang benar adanya
Erzhan kembali ke kediamannya dalam waktu cukup singkat karena kecepatan kendaraannya di atas standar dirinya. Cakrawala menghubungi dengan makian, jadi mana bisa pria ini bersantai. “Pa, Erzhan di sini.” Suaranya cukup terengah saat menghadap sang ayah yang sedang membaca korannya.Kini, tatapan Cakrawala bergeser pada Erzhan, menutup korannya perlahan. Hanya saja cara bicaranya jauh berbeda. “Dari mana saja kamu, heum? Apa kamu menemui gadis jalang itu!” hardiknya hingga Erzhan segera menundukan wajahnya.“Erzhan punya alasan menemui Amira.” Suaranya yang dikeluarkannya cukup pelan.Brak!Cakrawala menggeberak meja menggunakan satu tangganya, tetapi berhasil membuat kedua bahu Maria melonjak. “Jangan mempermalukan orangtua. Apa kamu tidak puas hanya dengan membawa gadis jalang itu ke hadapan orangtuanya Alisha!”Erzhan masih menundukan wajahnya seiring membuang udara cukup panjang. Saat ini suasana hening, hanya terdengar dengusan kasar Cakrwala. Bahkan kali ini Maria tidak membela
Pertemuan telah usai, Cakrawala mengundang Erzhan ke ruangannya untuk memberikan selamat secara khusus, tetapi selain itu pria ini juga kembali memberikan peringatan tentang hubungan Erzhan dan Amira. “Ini adalah waktu terakhir kamu untuk membuang Amira. Jadi, apa kamu sudah mengenyahkannya dari hidup kamu, heum?”Erzhan membuang udara cukup panjang. “Pa, Mama bilang hari ini akan mengunjungi Ami.”“Apa?” Cakrawala terkesiap mendengarnya, “untuk apa, hm. Buang-buang waktu saja!” Pria ini sudah menduganya jika kebencian Maria pada Amira tidak akan bertahan lama.“Mama ingin membuktikan sendiri bagaimana Amira. Jadi, jika Papa bersedia mari dengarkan pendapat mama tentang Amira setelah mama bertemu dengan keluarga Amira.”“Ck!” Cakrawala berdecak, tetapi dirinya bergeming tidak membantah usulan Erzhan. Lagipula tidak mungkin penilaian istrinya salah, apalagi setelah Maria menemui Amira secara langsung. “Erzhan minta maaf, tapi Erzhan harap Papa bersedia mendengarkan mama. Erzhan juga i
Tasya menegur kecil Erlangga, “Aku sedang menelepon dengan kak Ami. Seharusnya jangan panggil sayang. Bagaimana kalau kak Ami mendengar dan mengenali suara kamu!”“Sayang ....” Erlangga segera membelai sebelah pipi Tasya. Jangan marah ..., aku hanya menyapa. Lagipula tidak mungkin Amira mengenali suaraku.” Sikap serta suaranya sangat lembut selaras dengan belaiannya.Tasya menyingkirkan tangan Erlangga secara perlahan. “Bukankah aku sudah bilang, kita tidak perlu memiliki hubungan untuk sementara. Aku mau sendiri!”“Kamu bilang mau sendiri dan berniat menjauhiku. Tapi nyatanya kamu juga yang mendatangiku kan, Sayang.” Kini Erlangga membelai dagu Tasya.“Aku mendatangimu karena ingin meminta kemurahan hatimu pada kak Ami. Kenapa sih, harus memecat kakak!” kesal Tasya ditunjukan, kedua alisnya menukik.“Pelaturan adalah pelaturan, tidak ada hubungannya dengan hubungan pribadi.” Dingin Erlangga.“Ck!”Erlangga memandangi wajah kesal Tasya, dia tahu sedikitnya kekasih gelapnya menanamkan
Riska bertanggungjawab penuh pada Amira saat dirinya berniat mengantarkan si gadis dengan selamat hingga ke kediaman Zulaiha. Kedatangannya disambut hangat oleh tuan dan nyonya rumah, keduanya banyak-banyak berterimakasih atas kebaikan Riska. Pun, di waktu senggangnya wanita ini memilih menerima ajakan makan malam Zulaiha. Maka, pertama kalinya Riska begitu dekat dengan keluarga Amira.Di waktu bersamaan, Erzhan sedang berkumpul dengan orangtuanya. Saat ini Maria menceritakan kehidupan Amira di hadapan Cakrawala dan Erzhan walaupun putranya sudah lebih tahu. “Intinya, Amira berasal dari keluarga baik-baik. Amira juga memiliki garis keturunan yang baik walaupun mereka orang biasa saja bukan dari kalangan elit. Tapi tatakrama serta pergaulan Amira sangat baik,” tambahnya. Dengan sangat detail Maria menceritakan tentang si gadis bersama harapan Cakrawala tidak memersulit hubungan putra mereka dengan Amira.Saat ini Erzhan menarik senyuman puas karena Maria sudah melihat dengan mata kepal
Erzhan segera menyampaikan keinginan Cakrawala menemui keluarga Amira pada si gadis, maka hal itu membuat Amira tidak percaya sama sekali. “Kamu sedang menghiburku?” Datarnya.“Tidak, aku serius mengatakannya.” Senyuman teduh ditambahkan Erzhan saat melakukan video call bersama Amira.“Oh.” Lagi, reaksi datar Amira.Erzhan memerhatikan raut wajah si gadis. “Kenapa seperti itu, hm ... harusnya kamu senang Sayang karena ada harapan baik untuk hubungan kita,” kekehnya.Saat Erzhan mengungkit sebuah hubungan, barulah Amira menunjukan sedikit senyumannya karena bagaimanapun dirinya harus siap menikah dengan Erzhan-malaikat dunia yang selalu menolongnya. “Iya ....”Kini, netra Erzhan terasa dimanjakan setelah melihat senyuman Amira walaupun terkesan pelit. “Sayang, tetaplah tinggal bersama om dan tante kamu, jangan tinggal sendirian, setidaknya hingga berita miring tentang kamu hilang dari media sosial.”Untuk pembahasan Erzhan yang ini kembali membuat berwajah datar, tetapi sejurus kemudia
“Kamu masih memiliki banyak kekurangan dalam bernyayi. Jadi kami sarankan tetaplah giat berlatih agar statusmu sebagai trainee tidak semakin diperpanjang,” penjelasan datar dari salah seorang wanita yang berada di dalam studio. Pun, wajah semua orang di sana tampak datar.“Kekurangan? Saya menjadi trainee sudah cukup lama, bahkan teman satu angkatan Tasya sudah lolos!” heran dan kebingungan gadis ini masih berlanjut.Salah seorang wanita memberikan jawaban cukup frontal, “Kamu masih bruntung karena masih bisa menjadi trainee. Jika di agensi lain mungkin kamu sudah dianggap gagal dan dipulangkan!”Saat ini udara seakan terhenti hingga Tasya kesulitan bernapas saat mendengar kalimat itu. Ingin sekali asal ceplos dengan mengatakan lebih baik berpindah agensi, tetapi isi kepalanya mengatakan jika dirinya tidak boleh gegabah dalam berbicara, apalagi kecurigaannya mengarah kuat pada Erlangga. “Saya akan kembali mencoba. Permisi.” Santun Tasya dengan hati geram saat mengakhiri percakapan kem
Di dalam kediamannya yang jauh lebih nyaman jika dibandingkan dengan rumah peninggalan Bagas, Fatma berseru, “Ada apa ini. Kenapa Tasya tidak lolos!” Kedua matanya membelalak tidak dapat memercayai acara besar ini karena putrinya tidak di sana, pun namanya tidak pernah disebutkan. Handphone segera diraih, panggilan mengudara pada Tasya.Saat ini Tasya hanya memandangi layar handphonenya yang berdering maka orang-orang di sekitarnya menoleh pada sumber suara. Zulaiha bertanya halus, “Siapa yang menelepon, kenapa tidak diangkat?”Tasya segera mengalihkan tatapan bingung ke arah Zulaiha. “Mama yang menelepon, pasti mama sedang menonton acara ini dan ingin menanyakan alasan Tasya tidak lulus.”Zulaiha memberikan asupan semangat dengan sangat tulus dan lembut. “Angkat saja, bicarakan hal ini dengan kalimat baik, jelaskan dengan perlahan. Pasti mamanya Tasya akan mengerti.”Sikap lembut Zulaiha memang sudah tidak asing bagi Tasya, tetapi sikap ini membuatnya tidak ingin kembali pada Fatma y