“Kamu masih memiliki banyak kekurangan dalam bernyayi. Jadi kami sarankan tetaplah giat berlatih agar statusmu sebagai trainee tidak semakin diperpanjang,” penjelasan datar dari salah seorang wanita yang berada di dalam studio. Pun, wajah semua orang di sana tampak datar.“Kekurangan? Saya menjadi trainee sudah cukup lama, bahkan teman satu angkatan Tasya sudah lolos!” heran dan kebingungan gadis ini masih berlanjut.Salah seorang wanita memberikan jawaban cukup frontal, “Kamu masih bruntung karena masih bisa menjadi trainee. Jika di agensi lain mungkin kamu sudah dianggap gagal dan dipulangkan!”Saat ini udara seakan terhenti hingga Tasya kesulitan bernapas saat mendengar kalimat itu. Ingin sekali asal ceplos dengan mengatakan lebih baik berpindah agensi, tetapi isi kepalanya mengatakan jika dirinya tidak boleh gegabah dalam berbicara, apalagi kecurigaannya mengarah kuat pada Erlangga. “Saya akan kembali mencoba. Permisi.” Santun Tasya dengan hati geram saat mengakhiri percakapan kem
Di dalam kediamannya yang jauh lebih nyaman jika dibandingkan dengan rumah peninggalan Bagas, Fatma berseru, “Ada apa ini. Kenapa Tasya tidak lolos!” Kedua matanya membelalak tidak dapat memercayai acara besar ini karena putrinya tidak di sana, pun namanya tidak pernah disebutkan. Handphone segera diraih, panggilan mengudara pada Tasya.Saat ini Tasya hanya memandangi layar handphonenya yang berdering maka orang-orang di sekitarnya menoleh pada sumber suara. Zulaiha bertanya halus, “Siapa yang menelepon, kenapa tidak diangkat?”Tasya segera mengalihkan tatapan bingung ke arah Zulaiha. “Mama yang menelepon, pasti mama sedang menonton acara ini dan ingin menanyakan alasan Tasya tidak lulus.”Zulaiha memberikan asupan semangat dengan sangat tulus dan lembut. “Angkat saja, bicarakan hal ini dengan kalimat baik, jelaskan dengan perlahan. Pasti mamanya Tasya akan mengerti.”Sikap lembut Zulaiha memang sudah tidak asing bagi Tasya, tetapi sikap ini membuatnya tidak ingin kembali pada Fatma y
Erlangga memang berhasil menghindari Erzhan, tetapi itu tidak bertahan lama karena saat hari berganti justru Erzhan mengunjunginya di dalam gedung entaimen. “Aku dengar seharusnya Amira lulus kemarin.” Santainya dengan tatapan tenang, tetapi sangat beku.Erlangga menyunggingkan setengah bibirnya tipis dan singkat. “Ya.” Sebelah alisnya terangkat tenang.“Kenapa kau memecatnya?” Sikap yang sama masih ditunjukan Erzhan.“Karena Amira tersandung kasus yang dapat merusak nama agensi,” lugas Erlangga dengan tenang karena dirinya meniru sikap Erzhan walaupun inginnya memasang sikap angkuh, tetepi mungkin sikapnya itu akan menimbulkan masalah. Kali ini dirinya memilih sangat berhati-hati pada Erzhan.“Kasus yang tersebar sama sekali tidak benar. Hanya saja saat ini aku belum bisa membersihkan nama Amira.” Tatapan Erzhan tidak pernah lari dari Erlangga.“Kalau begitu bersihkan saja,” singkat Erlangga yang lagi-lagi mengangkat satu alisnya.“Jika aku sudah membersihkan namanya apa kau akan men
Alisha diantar Erzhan hingga masuk ke dalam kendaraan yang dibawa si wanita. Saat ini Alisha kembali bersikap manja. “Jangan lupa kabari aku, ya.” Senyuman ikut dipasang.“Ya.” Datar Erzhan, bahkan tidak ada senyuman sama sekali. Pun, lambain tangannya hanya sebuah pormalitas. Pria ini membuang udara ckup cepat saat Alisha berlalu. “Dia merepotkan dan tidak tahu situasi. Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya, padahal sudah jelas perjodohannya dibatalkan tapi dia masih menempel padaku!” secuil kekesalannya diungkapkan pada angin. Saat ini Erzhan mulai masuk ke dalam mobilnya, mencari restoran terdekat untuk mengisi perutnya.Namun, saat ini Alisha menyeringai puas ketika melihat hasil jepretan yang sangat baik ini. Segera, sebuah postingan meluncur. ‘Karena Amira menjadi wanita malam, akhirnya Erzhan seorang pewaris AB Gruf kembali menjalin kasih bersama kekasih lamanya Alisha yang sempat menyerang Amira ketika gadis itu masih menjadi trainee di sebuah agensi.’ Keterangan rasis segera
Cakrawala mengetuk pintu rumah Fatma setelah bawahannya memastikan jika wanita itu tinggal seorang diri. Maka, Fatma membelalak kala melihat tamunya kini. “Mas Cakra!”“Fatma, apa kabar. Sudah lama kita tidak bertemu.” Senyuman teduh Cakrawala saat wanita itu masih tidak memercayai penglihatannya. Namun, alih-alih sambutan hangat, justru Fatma mencoba menutup pintu rapat-rapat hanya saja Cakrawala berhasil menahannya. “Saya butuh bicara sebentar.”“Tidak ada yang perlu kita bicarakan!” tolak tegas Fatma bersama wajah ketus saat dirinya masih mencoba mendorong pintu hingga hanya menyisakan celah kecil saja.“Hanya sebantar, saya mohon. Saya mencari-cari kamu semenjak kamu pergi, saya barusaja menemukan kamu. Saya mohon, sebentar saja.” Cakrawala tidak akan menyerah untuk kembali melihat serta berbicara dengan wanita simpanannya di masa muda. Kalimatnya lembut dan mengalun sama seperti dirinya di masa lalu saat merasakan cinta menggebu pada Fatma walaupun cintanya terlarang karena saat
Keesokan paginya, Fatma mengunjungi Tasya di gedung. “Mulai sekarang tinggal di rumah. Jangan pernah menginap lagi di sini!” ajakan paksanya.“Kenapa Ma? Kan lebih mudah di sini, lagian Tasya ada urusan.” Urusannya dengan Erlangga belum selesai, Tasya harus segera mengunjungi pria itu untuk kembali melanjutkan hubungan mereka.“Rumah kita dengan gedung ini tidak jauh, malahan sangat dekat. Sekarang kemasi barang-barang kamu. Biar Mama bantu!” Fatma menerobos ke dalam kamar Tasya, segera membuka lemari pakaian putrinya bahkan dirinya sudah menyiapkan tas ransel serta koper.“Ma ... kenapa mendadak seperti ini. Apa Mama kesal sama agensi karena tidak meloloskan Tasya? Tasya tidak lolos karena kesalahan Tasya sendiri kok, katanya kemampuan Tasya belum cukup.” Bibirnya mengerucut karena keyakinannya masih mengatakan jika itu hanya kepalsuan, semua sudah dimanipulasi oleh Erlangga, tetapi kalimat itu tetap dikatakan pada Fatma supaya ibunya tidak kesulitan mencerna dan supaya citra agensi
Fatma yang dimaksud bawahan Cakrawala sudah diketahui Erzhan hingga pria ini memicingkan tatapannya mencoba mencari tahu sekalian menerka-nerka. Namun, dari kejauhan terlihat jelas jika Fatma mengusir bawahan ayahnya dengan cara frontal. Wanita itu menunjuk sekaligus berteriak cukup lantang pada si pria hingga pria itu berpamitan sangat santun seiring kembali membawa uangnya.Rasa penasaran Erzhan belum selesai, tanpa sungkan dirinya menunjukan diri di hadapan bawahan ayahnya. “Kenapa wanita itu menolak uangnya, apa yang kau katakan padanya?” Nada suara serta sikapnya penuh dengan wibawa.Pria ini menganggukan wajahnya sesaat sebagai rasa hormat. “Mohon izin menjawab, Tuan. Nyonya Fatma tidak pernah menginginkan uang dari tuan Cakrawala. Itu yang dikatakannya setelah saya mengatakan jika uang ini sengaja dikirimkan tuan Cakrawala untuk membiayai hidup nyonya Fatma serta putrinya.”‘Apa, membiayai hidup Fatma dan putrinya. Kenapa papa harus sangat peduli!’ Dahinya berkerut heran. “Ya s
Hari berganti, Erzhan menemui keluarga Amira untuk bersilaturhami sebelum pertemuan terjadi. “Saya sudah mengatakan rencana pertemuan keluarga pada papa dan mama, orangtua saya akan berkunjung besok,” santunnya.“Kami menunggu kedatangan keluarga tuan Erzhan,” sahut santun Zulaiha. Panggilan ‘Tuan’ masih dipakai karena Erzhan berasal dari kalangan elit, sangat berkebalikan dengan kehidupan keluarganya.Erzhan tersenyum kecil. “Panggil saya Erzhan saja. Kalau dipanggil tuan rasanya tidak pantas karena sebentar lagi saya akan menjadi keponakan Tante.” Tanpa ragu panggilan ‘Tante’ dipakai Erzhan untuk memanggil Zulaiha karena pria ini sudah merasa dekat dengan wanita tersebut.Saat ini Zulaiha terkekeh bahagia sekaligus malu. “Baiklah ...,” jawaban singkatnya, tetapi bermakna luas serta terkesan spesial. Setelah pembicaran penting ini, Zulaiha membiarkan Amira dan Erzhan duduk berdua di teras rumah, sedangkan dirinya berbelanja sayuran sebagai aliby untuk memberikan waktu pada kedua insa