Cakrawala mengetuk pintu rumah Fatma setelah bawahannya memastikan jika wanita itu tinggal seorang diri. Maka, Fatma membelalak kala melihat tamunya kini. “Mas Cakra!”“Fatma, apa kabar. Sudah lama kita tidak bertemu.” Senyuman teduh Cakrawala saat wanita itu masih tidak memercayai penglihatannya. Namun, alih-alih sambutan hangat, justru Fatma mencoba menutup pintu rapat-rapat hanya saja Cakrawala berhasil menahannya. “Saya butuh bicara sebentar.”“Tidak ada yang perlu kita bicarakan!” tolak tegas Fatma bersama wajah ketus saat dirinya masih mencoba mendorong pintu hingga hanya menyisakan celah kecil saja.“Hanya sebantar, saya mohon. Saya mencari-cari kamu semenjak kamu pergi, saya barusaja menemukan kamu. Saya mohon, sebentar saja.” Cakrawala tidak akan menyerah untuk kembali melihat serta berbicara dengan wanita simpanannya di masa muda. Kalimatnya lembut dan mengalun sama seperti dirinya di masa lalu saat merasakan cinta menggebu pada Fatma walaupun cintanya terlarang karena saat
Keesokan paginya, Fatma mengunjungi Tasya di gedung. “Mulai sekarang tinggal di rumah. Jangan pernah menginap lagi di sini!” ajakan paksanya.“Kenapa Ma? Kan lebih mudah di sini, lagian Tasya ada urusan.” Urusannya dengan Erlangga belum selesai, Tasya harus segera mengunjungi pria itu untuk kembali melanjutkan hubungan mereka.“Rumah kita dengan gedung ini tidak jauh, malahan sangat dekat. Sekarang kemasi barang-barang kamu. Biar Mama bantu!” Fatma menerobos ke dalam kamar Tasya, segera membuka lemari pakaian putrinya bahkan dirinya sudah menyiapkan tas ransel serta koper.“Ma ... kenapa mendadak seperti ini. Apa Mama kesal sama agensi karena tidak meloloskan Tasya? Tasya tidak lolos karena kesalahan Tasya sendiri kok, katanya kemampuan Tasya belum cukup.” Bibirnya mengerucut karena keyakinannya masih mengatakan jika itu hanya kepalsuan, semua sudah dimanipulasi oleh Erlangga, tetapi kalimat itu tetap dikatakan pada Fatma supaya ibunya tidak kesulitan mencerna dan supaya citra agensi
Fatma yang dimaksud bawahan Cakrawala sudah diketahui Erzhan hingga pria ini memicingkan tatapannya mencoba mencari tahu sekalian menerka-nerka. Namun, dari kejauhan terlihat jelas jika Fatma mengusir bawahan ayahnya dengan cara frontal. Wanita itu menunjuk sekaligus berteriak cukup lantang pada si pria hingga pria itu berpamitan sangat santun seiring kembali membawa uangnya.Rasa penasaran Erzhan belum selesai, tanpa sungkan dirinya menunjukan diri di hadapan bawahan ayahnya. “Kenapa wanita itu menolak uangnya, apa yang kau katakan padanya?” Nada suara serta sikapnya penuh dengan wibawa.Pria ini menganggukan wajahnya sesaat sebagai rasa hormat. “Mohon izin menjawab, Tuan. Nyonya Fatma tidak pernah menginginkan uang dari tuan Cakrawala. Itu yang dikatakannya setelah saya mengatakan jika uang ini sengaja dikirimkan tuan Cakrawala untuk membiayai hidup nyonya Fatma serta putrinya.”‘Apa, membiayai hidup Fatma dan putrinya. Kenapa papa harus sangat peduli!’ Dahinya berkerut heran. “Ya s
Hari berganti, Erzhan menemui keluarga Amira untuk bersilaturhami sebelum pertemuan terjadi. “Saya sudah mengatakan rencana pertemuan keluarga pada papa dan mama, orangtua saya akan berkunjung besok,” santunnya.“Kami menunggu kedatangan keluarga tuan Erzhan,” sahut santun Zulaiha. Panggilan ‘Tuan’ masih dipakai karena Erzhan berasal dari kalangan elit, sangat berkebalikan dengan kehidupan keluarganya.Erzhan tersenyum kecil. “Panggil saya Erzhan saja. Kalau dipanggil tuan rasanya tidak pantas karena sebentar lagi saya akan menjadi keponakan Tante.” Tanpa ragu panggilan ‘Tante’ dipakai Erzhan untuk memanggil Zulaiha karena pria ini sudah merasa dekat dengan wanita tersebut.Saat ini Zulaiha terkekeh bahagia sekaligus malu. “Baiklah ...,” jawaban singkatnya, tetapi bermakna luas serta terkesan spesial. Setelah pembicaran penting ini, Zulaiha membiarkan Amira dan Erzhan duduk berdua di teras rumah, sedangkan dirinya berbelanja sayuran sebagai aliby untuk memberikan waktu pada kedua insa
Maria bergegas menemui kawan lamanya. Mereka masih berkomunikasi, hanya tidak selalu bertemu, dalam satu tahun keduanya hanya menghabiskan beberapa kali pertemuan saja. Setelah obrolan hangat, Maria mulai masuk ke dalam maksud kedatangannya. “Jeng, apa Jeng ingat obrolan kita saat Erzhan masih bayi?”Segera, wanita ini tertawa terbahak mendengar kalimat lucu Maria. “Obrolan yang mana? Kenapa membahas obrolan kita saat Erzhan masih bayi, padahal bahkan hari ini Erzhan sudah siap membuat bayi.”“Tentang Fatma.” Maria tidak menutupi nama itu bahkan disebutkan sangat gamblang.Segera, wanita ini mengeryitkan dahinya. “Ya, saya ingat yang itu. Tapi memangnya kenapa, apa wanita itu kembali menjadi duri dalam rumah tangga kalian?” penasarannya sangat tinggi.“Saya tidak tahu. Lagupila saat itu saya tidak menemukan bukti perselingkuhan mas Cakrawala.”“Jeng terlambat. Wanita bernama Fatma sudah pergi sebelum Jeng bertindak, pantas saja tidak menemukan bukti apapun.”“Apa Jeng mengenal Fatma?
Pertemuan ini dilanjutkan setelah Fatma berlalu, suasana hangat sangat terasa setelah wanita itu tidak menjadi bagian dari pertemuan ini bahkan aura yang dikeluarkan Cakrawala sangat berbeda antara ada Fatma dan tidak ada.Di sisi lain, Fatma segera menuju arah jalan pulang, tempat putrinya berada. “Nak, jangan kemana-mana, tetaplah di dalam gedung, sebentar lagi Mama akan menyusul.” Sambungan udara dihubungkan.“Mama tidak kesini juga tidak apa,” tolak lembut Tasya supaya tidak merepotkan ibunya karena keberadaannya di sini hanya untuk berlatih sekilas demi acara malam ini.“Mama akan kesana, Mama ingin memastikan kamu baik-baik saja di sana,” kekeh hangat Fatma saat niatnya lebih dari sekedar hal ini. Isi kepalanya tetap berpikiran negatif pada Cakrawala yang bisa mengambil Tasya kapan saja, secara baik-baik maupun secara paksa. Wanita ini sudah berpikir jauh, dia menanamkan pemikiran bahwa saat ini antek-antek Cakrawala sudah siap di halaman gedung untuk menculik putrinya.“Tasya b
Tanpa Cakrawala sadari jika dirinya telah mengucapkan kalimat sensitif karena Erzhan dan Maria segera menangkap kejanggalan. Wanita ini menyahut kalimat suaminya, tetapi hanya di dalam hati. ‘Apa dia anakmu, Mas? Anak dari perselingkuhanmu dengan Fatma!’ Hati Maria tertusuk ribuan jarum hanya saja tidak sesakit di saat usia muda, saat rumor perselingkuhan Cakrawala tertangkap oleh ruang dengarnya. Kali ini Maria lebih mementingkan masa depan Erzhan dibandingkan perasaannya sendiri. Intinya Erzhan tetap harus menjadi pewaris tunggal AB Gruf.Beberapa hari berlalu, keputusan sudah dibuat Erzhan ini adalah hari di mana keluarganya meminangkan Amira untuknya. Saat ini wajah si pria berseri walaupun Amira hanya menunjukan pipi merona malu. “Tidak lama lagi, hanya menunggu empat hari dari hari ini acara resepsi akan diadakan di gedung sekaligus di sini jika om dan tante memberi izin,” ucap lugas Erzhan menatap Bayu dan Zulaiha.Segera, Bayu memberikan jawaban, “Kami tidak akan keberatan, ju
Tasya ingin berburuk sangka pada ibunya sendiri, tetapi dirinya mencoba berpikir positif karena menjelang pernikahan Amira dan Erzhan maka isi kepalanya diarahkan pada persiapan acara.Namun, sangat di luar dugaan Tasya karena Fatma yang selalu bersikap dingin dan ketus pada Cakrawala akhirnya luluh juga karena cintanya di masa lalu. Keduanya saling mencintai hingga Fatma bersedia dinikahi diam-diam lalu mengandung. Pun, hari ini cinta keduanya kembali disalurkan lewat hubungan ranjang terlarang. Keduanya sangat menikmati momen yang sudah berlalu kurang lebih dua puluh tahun lamanya.Di sisi lain, Maria masih menunggu kembalinya sang suami. “Papa ada pekerjaan apa di perusahaan?” pertanyaan diluncurkan pada Erzhan yang masih menyetir setelah memesan gedung pernikahan dan banyak lagi.“Mungkin pekerjaan seperti biasanya, Ma. Erzhan sudah menduga papa tidak akan bisa berlama-lama membiarkan perusahaan terbengkalai, apalagi Erzhan juga tidak di sana,” kekeh kecilnya. Saat ini tidak ada p