Pikiran Awan langsung terikat dengan sosok harimau besar yang dilihatnya ketika datang ke kampung ini pertama kali. Lalu, mereka bertemu kembali saat Awan sedang berada di rumah Aldo. 'Ternyata itu nyata, bukan ilusi!'"Tapi, bagaimana bisa? Kamu, terlihat sama sepertiku?" Ujar Awan sulit mempercayainya.Andini hanya tertawa tipis, "Kamu juga bisa melakukannya."Andini tidak perlu menjelaskannya dengan kata-kata, ia melompat ke udara dan selanjutnya yang dilihat Awan adalah empat kaki besar dan berbulu menapak di atas tanah. Itu sangat cepat dan yang berdiri di hadapan Awan saat ini adalah sosok harimau besar yang pernah ia lihat sebelumnya.Awan terkejut dan mundur beberapa langkah, mengira jika harimau tersebut akan membahayakan dirinya.Namun, satu yang tidak disangka oleh Awan adalah harimau tersebut bisa berbicara seperti manusia."Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu." Itu adalah suara Andini?'Jadi, ini benaran Andini?' Tanya Awan dalam hati."Tentu saja, ini aku! Memang
Samba dikalahkan, dia bersama seluruh pendukungnya di usir dari alam bangsa harimau.Tapi, Samba masih menyimpan dendam dan ambisi untuk menguasai bangsa harimau.Setelah mengetahui bahwa raja Gumara menitis pada seorang manusia, yaitu Awan. Samba memanfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan ketenangan bangsa harimau. Ia percaya, kekuatan Gumara saat itu pasti masih lemah dan mudah untuk ditundukkannya.Hanya saja, waktu itu masih ada kakek Awan yang melindungi kampung dan gerbang masuk alam bangsa harimau.Meski sudah menitis duluan pada wadah manusianya dibanding Gumara, tapi kekuatannya masih belum mencapai puncaknya. Dia belum bisa menandingi kekuatan kakek Awan dan dipaksa pulang dengan tangan hampa.Sekarang, kekuatan Samba sudah hampir mendekati puncaknya dan ia juga memiliki pengikut yang banyak. Mereka sekali lagi, coba untuk memasuki paksa kampung Awan.Tanpa adanya penjaga gerbang setangguh kakek Awan dulu, mustahil bagi penjaga kampung sekarang bisa bertahan lama menaha
Saat Awan terbangun, ia melihat jam dalam ponselnya masih menunjukkan pukul 3 dini hari hari. Hari masih gelap, Awan berpikir masih ada waktu baginya untuk menemukan gerbang untuk masuk ke dalam alam bangsa harimau.Percakapan singkat antara dirinya dengan Andini, seolah menjadi peringatan baginya. Peringatan itu membawa firasat buruk, jika musibah akan segera datang menghampiri kampung ini. Awan tidak bisa menunda lebih lama. Tidak! Saat semua orang yang ia kenal dan sayangi terancam keselamatannya.Tanpa menunda, Awan bersiap dan mengenakan pakaian terbaiknya.Dengan taring emas ditangannya, Awan segera memeriksa seluruh isi rumah. Malam ini, hanya dirinya yang tinggal sendiri di sana. Itu atas permintaannya sendiri, karena angku Rahmad mengatakan hanya dia yang kemungkinan besar dapat membuka gerbang tersebut. Mengingat dia pernah mewarisi kekuatan Gumara, raja bangsa harimau.Pernyataan angku Rahmad, dikuatkan oleh Andini yang datang dalam mimpinya. Karena itu, Awan bertekad unt
Awan tanpa sadar berjalan ke arah kolam dan kakinya mulai menapaki dasar kolam, hingga tubuhnya secara perlahan tenggelam sepenuhnya.Gluk, gluk.Awan terkesiap begitu sadar dirinya sudah tenggelam ke dalam kolam. Ia coba menggapai keluar dan mengayunkan kakinya lebih cepat. Begitu tangannya berhasil menggapai pinggiran kolam, Awan segera mendorong tubuhnya untuk naik.Awan batuk beberapa kali dan berusaha mengeluarkan air yang sempat masuk ke dalam mulutnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, dia hampir saja mati tenggelam di dasar kolam."Sial! Kenapa aku seperti terhipnotis tadi?" Pikir Awan heran.Awan syok! Namun, saat ia sadar dan memperhatikan area sekitarnya, Awan lebih terkejut lagi. Karena ia berada di tempat yang sangat asing dan rumahnya sudah tidak ada di sana."Di-di mana ini?" Ucap Awan tergagap.Ia tenggelam ke dalam kolam belakang rumahnya. Namun, ketika ia berhasil keluar, ternyata ia sudah berada di tempat lain.Awan kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi, otakny
Meski suasana redup seperti dini hari, namun berkat adanya cahaya ini, membuatnya terkesan seperti berada di siang hari. Semuanya terlihat nyata dan bersinar dengan indah.Di sini juga ada bulan, hanya saja bentuk dan terangnya terlihat seperti bulan purnama.'Apa bulan di sini selalu bersinar seperti ini setiap malamnya?'Selain itu, setiap orang yang mereka temui mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Seperti yang dikenakan oleh Andini di alam mimpi Awan. Jika wanitanya mengenak dua potong kain, untuk menutup bagian atas dan bagian bawah tubuhnya. Maka prianya, hanya mengenakan potongan kain yang menutup bagian pinggang hingga lutut.Sehingga, ketika mereka melihat Awan yang berpakaian lengkap, tampak keheranan dan rasa penuh tanya dalam tatapan mata mereka. Tapi, karena Awan berjalan bersama Andini, tidak ada yang berani bertanya pada Awan dan hanya menunduk saat keduanya lewat melintasi mereka.Semua penduduk yang mereka lewati, tidak ada yang mengenakan perhiasan seperti halny
Juna berpura-pura cemas dengan peringatan Andini, lalu sesaat kemudian ia tertawa keras dengan diikuti oleh dua orang di belakangnya. "Andini, siapa yang coba kamu takuti? Hah! Peringatanmu sudah basi. Ini bahkan sudah ke seratus kalinya kamu mengancamku dengan kalimat yang sama. Tapi, mana buktinya? Raja yang kamu banggakan itu tidak pernah datang." Cibir Juna. Melihat Juna dan pengawalnya mengejek dirinya, Andini ternyata tidak terpengaruh. Jika kejadian ini terjadi sebelumnya, Andini mungkin akan meledak dengan kemarahannya. Tapi, sekarang ia terlihat sangat tenang dan menganggap cibiran Juna hanya angin lalu. Andini tertawa tipis, ekspresinya acuh tak acuh, "Ku harap kamu bisa mempertahankan kalimat itu nantinya." Tentu saja, gantian Juna yang terheran-heran. Ia melihat Andini sekarang begitu percaya diri dengan ucapannya. Ia bahkan tidak mengamuk, seperti karakter Andini yang selama ini dikenalnya. 'Dari mana keyakinan Andini berasal?' Juna, tidak ingin termakan dengan sika
Saat Andini membawa Awan, mereka memasuki sebuah aula besar dengan meja berbentuk setengah lingkaran terdapat di tengahnya. Di mana dibalik meja yang berbentuk setengah lingkaran tersebut, telah duduk sembilan orang tetua bangsa harimau.Rata-rata mereka memiliki penampilan orang tua dengan uban putih yang sudah memenuhi kepalanya. Penampilan mereka, bukan seperti tetua yang sering dijumpai dalam cerita novel silat ataupun film-film kekaisaran. Tetua ini memiliki penampilan yang sangat keras dengan rambut panjang dan jambang yang hampir memenuhi seluruh wajah mereka.Kesan yang dirasakan saat berjumpa dengan mereka adalah intimidasi total. Awan bahkan merasakan kakinya goyah saat melangkah ke tengah aula. Jika bukan karena Andini yang terus mengapit lengannya, bisa saja saat ini ia akan lumpuh di tempat.Bahkan tanpa menatap mata orang-orang ini saja, ia sudah merasakan tekanan yang sangat kuat mempengaruhi mentalnya.Kekuatan seperti apa yang mereka miliki? Awan tidak ingin membaya
"A-apa yang terjadi?"Beberapa tetua coba melihat jiwa sejati Awan. Meski tidak memiliki mata sekuat Datuk Taring Putih, tapi mereka tetap melakukannya karena terdorong oleh rasa penasaran ketika mendengar penjelasan Datuk Taring Putih.Seperti yang sudah diduga, delapan tetua ini tersentak mundur dengan cara yang lebih parah. Ada yang sampai mengeluarkan darah dari telinga mereka, ada juga yang sampai batuk darah."Apa yang terjadi?" Bisik Awan pada Andini.Ia tidak mengerti kenapa para tetua di depannya itu menjadi gelisah dan bahkan tanpa sebab yang jelas, mereka berdarah.Saat itu, Andini hanya bisa menggelengkan kepala. Ia juga tidak mengerti, tapi menurut pemahamannya, tetua sampai mengalami kondisi seperti sekarang, karena sedang mencoba melihat inti jiwa Awan.Andini tentu tahu dengan kemampuan hebat para tetua ini. Mereka memiliki mata istimewa dan bisa mempelajari sampai hati terdalam seseorang, hanya dengan menatapnya saja. Mata itu disebut dengan istilah 'mata dewa'Hanya
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,