"A-apa yang terjadi?"Beberapa tetua coba melihat jiwa sejati Awan. Meski tidak memiliki mata sekuat Datuk Taring Putih, tapi mereka tetap melakukannya karena terdorong oleh rasa penasaran ketika mendengar penjelasan Datuk Taring Putih.Seperti yang sudah diduga, delapan tetua ini tersentak mundur dengan cara yang lebih parah. Ada yang sampai mengeluarkan darah dari telinga mereka, ada juga yang sampai batuk darah."Apa yang terjadi?" Bisik Awan pada Andini.Ia tidak mengerti kenapa para tetua di depannya itu menjadi gelisah dan bahkan tanpa sebab yang jelas, mereka berdarah.Saat itu, Andini hanya bisa menggelengkan kepala. Ia juga tidak mengerti, tapi menurut pemahamannya, tetua sampai mengalami kondisi seperti sekarang, karena sedang mencoba melihat inti jiwa Awan.Andini tentu tahu dengan kemampuan hebat para tetua ini. Mereka memiliki mata istimewa dan bisa mempelajari sampai hati terdalam seseorang, hanya dengan menatapnya saja. Mata itu disebut dengan istilah 'mata dewa'Hanya
Sekarang, semua orang menunggu pendapat Datuk Taring Putih. Datuk Taring Putih telah mendengar semua yang ingin dibicarakan oleh para tetua. Tentu saja, ia sudah menimbang segala untung ruginya bagi bangsa harimau."Benar apa yang dikatakan oleh Datuk Sirah. Kita tidak bisa menunggu seratus tahun ke depan, karena pangeran Samba sudah sangat dekat. Kita dan semua penduduk bangsa harimau, hanya akan mengalami penderitaan jika pangeran Samba berhasil masuk dan mengklaim senjata raja untuk dirinya sendiri. Saat itu, tidak akan ada satupun dari kita yang dapat keluar tanpa cidera sama sekali."Semua orang terdiam dan sudah bisa menebak, kemana arah pembicaraan dan keputusan Datuk Taring Putih. Karena itu, tidak ada lagi di antara para tetua yang berani bicara saat ini."Baiklah! Segera umumkan dan beritahu semua orang untuk berkumpul di lapangan istana raja. Hari ini, kita akan menyerahkan semuanya pada takdir! Jika pemuda ini ditakdirkan untuk mengklaim pusaka tertinggi bangsa kita, maka
Juna memiliki sebuah ide dalam benaknya dan itu membuat seringai licik mengembang di sudut bibirnya. Segera, ia berbisik pada salah seorang pengawalnya. Lalu, tidak lama setelah itu, pengawalnya segera pergi menuju tempat Datuk Belang Abu duduk.Saat semua orang sibuk dengan berbagai asumsi liar, Datuk Taring Putih tiba-tiba berdiri dari bangkunya, "Semuanya, hari ini aku akan mengumumkan sebuah berita penting!"Semua orang yang tadi berkasak-kasuk, langsung diam dan menyimak isi berita yang akan di sampaikan oleh Datuk Taring Putih.Selama raja tidak ada, Datuk Taring Putih adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengendalikan bangsa harimau. Titahnya bisa dianggap sama dengan titah raja."Kalian semua sudah tahu, bahwa raja kita telah menitis pada seorang anak manusia dan bersiap untuk kebangkitan sejatinya. Hari ini, manusia itu telah datang dan bersiap mengklaim pusaka raja harimau." Ujar Datuk Taring Putih dengan suara lantang.Para penduduk tampak terkejut, mereka sudah lama m
Tidak hanya semua orang yang di stadion tercengang, Datuk Taring Putih bahkan juga mengerutkan keningnya ketika mendengar Datuk Belang Abu menyela pembicaraannya. Semua tetua tentunya sudah paham apa yang harusnya mereka lakukan setelah rapat tertutup di aula suci sebelumnya. Melihat Datuk Belang Abu menyelanya saat ini, Datuk Taring Putih menatapnya dengan dingin."Datuk Belang Abu, apa yang sebenarnya hendak kamu katakan?" Tanya Datuk Taring Putih datar.Jantung Datuk Belang Abu berdebar kencang ketika mendapat tatapan dingin dari tetua paling senior bangsa harimau tersebut. Namun, demi tujuannya, ia harus menebalkan mukanya saat ini."Maaf kelancangan saya, kakanda Datuk Taring Putih. Namun, saya bicara seperti ini murni demi kebaikan bangsa harimau.""Seperti yang kita tahu, pemuda ini memang titisan raja kita. Tapi, spirit raja sudah tidak ada di dalam dirinya. Meski masih tersisa warisan raja di dalam dirinya, namun itu bukan berarti ia pantas mengklaim warisan raja.""Semua ya
Datuk Belang Perak mencibir, "Jangan bilang kalau kamu akan mencalonkan dirimu untuk bersaing mendapatkan pusaka raja?"Datuk Belang Abu tertawa acuh tak acuh, "Aku? Tentu saja, tidak! Kita adalah tetua dan telah bersumpah setia pada raja. Mana berani aku bermimpi untuk mendapatkan pusaka raja. Tapi, tentu saja yang bisa mengikuti sayembara ini adalah mereka yang pernah berhubungan dengan raja. Tidak peduli, apa itu ia mewarisi kekuatan raja atau pernah menjadi murid raja."Senyum Datuk Belang Abu menyimpan maksud tersembunyi. Namun, Datuk Taring Putih yang sudah tahu maksudnya tidak bisa berbuat banyak. Apalagi saat ini, sebagian besar bangsa harimau mendukung saran Datuk Belang Abu."Di antara kita semua, hanya ada tiga orang yang menjadi murid raja Gumara. Dua di antaranya adalah tetua. Jadi, mereka tidak bisa mengikuti sayembara ini." "Apa itu artinya, kamu menyodorkan nama cucumu, Juna untuk mengikuti sayembara ini dan melawan pewaris langsung raja Gumara?" Tanya Datuk Taring Pu
Datuk Taring Putih hanya bisa menghela napas dalam. Meski ia setuju dengan pendapat Andini, tapi ia tidak mungkin menentang suara mayoritas rakyat saat ini."Keputusan sudah dibuat. Dia mampu atau tidaknya, maka itu akan menjadi takdirnya dan juga takdir bangsa harimau."Lalu, Datuk Taring Putih menambahkan, "Terakhir, keputusan akhirnya tetap ada pada pusaka itu sendiri. Pusaka Raja Harimau bukanlah pusaka yang bisa di klaim oleh sembarang orang. Siapapun yang menang, maka dia harus di akui oleh pusaka terlebih dahulu. Jika ternyata pusaka raja harimau menolaknya, maka pihak yang kalah bisa tetap maju untuk mengklaim pusaka raja."Ya, itu adalah pilihan yang paling bijak yang bisa diambil oleh Datuk Taring Putih.Meski sedikit tidak senang dengan kalimat Datuk Taring Putih, namun sedetik kemudian, senyum Datuk Belang Abu segera mengembang. Itu karena ia yakin dengan peluang cucunya untuk mendapatkan pusaka raja tersebut nantinya. Paling tidak, cucunya itu dapat menghancurkan Awan ter
Ketika semuanya sudah selesai, tubuh Awan dibanjiri oleh keringat."Apa kamu dapat melihat semuanya?" Tanya Andini begitu ia membuka matanya dan melepaskan tautan kening mereka."A-apa itu?" Tanya Awan tidak mengerti.Tubuhnya masih menyesuaikan diri dengan kejutan dalam kepalanya barusan."Aku tahu, mungkin ini tidak akan terlalu banyak membantu. Itu adalah jurus andalan milik keluargaku. Karena kamu akan menghadapi Juna, mungkin itu akan dapat membantu. Tapi, kamu harus hati-hati!""Juna itu sangat licik! Jangan terlalu memaksakan diri melawannya.""Selain itu, usahakan jangan menghadapinya secara langsung. Serangannya bersifat eksplosif, itu adalah jurus penghancur milik raja. Jadi, yang harus kamu lakukan ketika berhadapan dengan Juna adalah menghindar dan sesekali mencuri serangan darinya, paham?"Andini memberikan tips untuk menghadapi Juna. Ia tidak rela kalau Juna memanfaatkan momen ini untuk menghabisi Awan nantinya.Awan mencerna setiap kata dan saran Andini semaksimal mungk
Sementara itu, di salah satu perkampungan yang terletak lima puluh kilometer dari kampungya Awan, tampak sisa-sisa rumah penduduk yang masih mengepulkan asap. Bau asap sudah tidak menentu, karena di antara bau puing yang terbakar, juga tercium aroma daging gosong dan darah.Tidak salah, karena di sekitar tempat ini telah dipenuhi oleh banyak mayat manusia. Darah yang keluar dari tubuh mereka, bahkan sudah mengering dan berubah menjadi cairan hitam.Kabut hitam dan awan pekat mengelilingi seluruh langit.Di antara bekas puing dan tumpukan mayat tersebut, berdiri seorang pria bertelanjang dada, berusia empat puluhan. Matanya terlihat tajam dan terkesan bengis, ia bahkan tidak terpengaruh dengan keadaan mengerikan di sekitarnya.Justru dengan semua pemandangan mengerikan itu, bibirnya menyunggingkan sebuah senyum kepuasan. Dari sudut matanya yang tajam, bahkan menyiratkan kalau dirinya masih menginginkan korban lebih banyak dari ini. Semua penduduk di kampung ini, telah dihabisi olehny