...Saat Jabrik dan pasukannya sedang bergerak ke kampung tuo, Awan justru harus berjibaku dengan Juna.Juna sempat melihat ketika Andini sedang mentransfer jurus andalannya pada Awan. Sekilas lihat, keduanya terlihat seperti orang sedang berpelukan dan itu membuat Juna dibakar api cemburu.Sehingga, ketika Datuk Taring Putih menyatakan pertarungan antara mereka sudah dimulai. Juna langsung menyerang Awan tanpa menahan dirinya sama sekali.Melihat itu, para penonton langsung bersorak senang."Sepertinya tuanku Juna sedang bersemangat.""Kasihan manusia itu, dia pasti sedang sial hari ini karena harus menghadapi tuanku Juna yang sedang serius.""Aku khawatir, jika dia akan berakhir dengan kondisi yang sangat menggenaskan hari ini."Andini di sisi lain, mengkhawatirkan kondisi Awan. Ia duduk dengan gelisah.Bagaimana pun, ia telah menaruh harapan yang sangat besar pada Awan. Karena itu, ia berani mentransfer kemampuan andalannya pada Awan.Masalahnya, apa Awan bisa menguasai jurus terse
Awalnya, Juna merasa cukup dengan menggunakan sepuluh persen kekuatannya untuk menghadapi Awan yang dianggapnya lemah itu. Tapi, begitu melihat senyum percaya diri Awan, membuat kebencian dalam diri Juna meningkat tajam. Segera, ia menaikkan kekuatannya mencapai lima puluh persen."Sekarang, cobalah bertahan dari serangan ini, bocah!"Wosh.Senyum di wajah Awan segera menghilang. Ia tidak menduga jika musuh akan begitu cepat serius dalam melawannya.Glek!"Bagaimana caraku menghadapinya?"Sekarang ia kebingungan menghadang serangan pamungkas Juna."Jangan panik! Gunakan level empat jurus harimau liar, induk harimau keluar mengincar mangsa."Andini mengirim pesan suara dengan menggunakan telepati. Dengan Awan berhasil menggunakan jurus yang sebelumnya di transfer oleh Andini, membuat Andini lebih mudah berkomunikasi dengan menggunakan suara bathin.Benar saja, saat serangan Juna datang menghampirinya, tubuh Awan segera dipenuhi oleh cahaya biru terang. Segera setelah itu, gerakan Awan
"Saat itu, dalam mimpi Awan, seluruh penduduk kampung tewas karena dibunuh. Itu membangkitkan emosi terdalam Awan. Saat itulah, aku melihat mata raja bangkit. Aku sempat sulit bergerak dan merasa ketakutan. Sampai ketika sorot mata keemasan itu meredup, aku baru bisa melepaskan diri dan berhasil ke luar dari alam mimpinya."Andini lalu tersenyum senang. Ketika mengatakan ini, ia seperti mendapatkan ide bagaimana cara membuat Awan bisa membangkitkan kekuatan sejatinya, meski ingatannya belum berhasil dipulihkan."Guru, bagaimana jika saya mengirimkan kilasan mimpi itu ke dalam ingatan Awan saat ini?"Puty Ambun Malam dengan cepat menggeleng dan langsung menolak ide Andini, "Tidak! Itu sangat berbahaya. Awan saat ini sedang bertarung, jika kamu mengirimkan ingatan tentang mimpi itu sekarang, itu akan dapat membuat Awan teralihkan. Akan sangat berbahaya kalau Juna memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerangnya. Bisa dipastikan, Awan akan hancur saat itu juga!"Andini tercengang."Lalu, a
"Apa yang terjadi?"Itulah yang menjadi pertanyaan semua orang saat ini.Apalagi ketika ledakan tadi, seluruh stadion terasa berguncang cukup hebat, lalu kabut menutupi pemandangan semua orang.Wosh!Para tetua menggunakan kekuatannya, dengan satu kibasan tangan, kabut yang menutupi seluruh stadion berhasil di sapu bersih.Saat ini, di tengah stadion ada dua tubuh yang sama-sama terbaring dengan jarak yang cukup berjauhan. "Oh, tidak!" Seru Andini terkejut. Ia melihat Awan terbaring dengan kondisi begitu menggenaskan, dua puluh meter dari posisi batu kalam berada."Apa pusaka raja menolaknya?" Jantung Andini seakan berhenti berdetak karena saking terkejutnya.Awan sudah cukup cerdik dengan mengecoh Juna untuk mendapatkan pusaka raja. Siapa sangka, jika pada detik terakhir, usaha tersebut ternyata gagal total.Awan mengalami cidera yang sangat parah. Sulit untuk menebak, apa ia masih hidup atau sudah mati dengan cidera separah itu. Karena, hampir semua pembuluh darahnya pecah dan seku
Datuk Taring Putih mengusap jengot putihnya pelan. Sekarang, ia tidak memiliki pilihan lebih baik selain apa yang dikemukakan oleh Datuk Paneh Jobang."Baiklah! Juna, segera ambil pusaka raja harimau dan klaim kekuatannya. Kamu akan berdiri di baris terdepan, menghadapi Samba dan kroni-kroninya. Selain itu, sampai raja Gumara terlahir kembali, Juna akan menjadi pemimpin bangsa harimau."Pernyataan Datuk Taring Putih disambut senang oleh sebagian besar penduduk bangsa harimau. Kecuali, Puty Ambun Malam, Datuk Belang Perak, Datuk Cakar Putih dan tentu saja Andini, mereka tampat berada dalam dilema yang cukup berat berat.Namun, pilihan apa yang mereka miliki saat ini? Tidak ada, karena Awan yang mereka harapkan untuk dapat mengklaim pusaka raja, pada kenyataannya telah tumbang. Pusaka raja harimau menolaknya dan bahkan menghancurkan seluruh inti kekuatannya. Para tetua dengan mata dewa mereka, bahkan tidak bisa memastikan bagaimana kondisi Awan saat ini, apa ia masih hidup atau sudah ma
Tanpa mereka ketahui, saat Awan terluka parah sebelumnya dan emosinya bangkit, itu memicu beberapa kekuatan yang terpendam di dalam tubuhnya. Kemampuan pemulihan Huo dengan cepat meregenerasi sel-sel yang yang telah rusak di dalam tubuh Awan."Tidak ada yang boleh menyakiti keluargaku.""Siapapun yang menyakiti orang-orang yang ku sayangi, harus mati."Awan bersuara dan mengucapkan kalimat yang sama sebanyak dua kali. Saat selanjutnya, ia mengangkat wajahnya dan matanya terbuka sepenuhnya, tampak pupil matanya telah berubah warna menjadi kuning keemasan."Itu, mata raja!" Seru khalayak terpana.Para tetua, juga tidak kalah tercengang, mereka sangat kenal dengan pemilik mata tersebut.Bukankah spirit Gumara sudah lenyap dari dalam tubuh Awan? Lalu, bagaimana bisa mata itu bangkit kembali? Seluruh tubuh Datuk Taring Putih bergetar hebat karena saking senangnya. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia turun dari kursi kebesarannya dan berpindah tempat ke dekat Awan.Melihat dari dekat mata ema
Kejadian yang terpampang di depannya saat ini adalah Aldo dan Fadhil yang sedang berjuang menghadapi dua orang berbadan besar. Kekuatan mereka begitu mengerikan dan dua teman Awan tampak sudah terluka. Fadhil bahkan lebih parah, ia hanya bisa bertarung dengan satu tangannya saat ini. Awan bisa melihat, jika lengan kiri Fadhil patah dan tidak bisa digunakan. Sementara itu, dua sosok yang sudah dikenal Awan, sudah terbaring di atas tanah dengan seluruh tubuh penuh luka. Mereka adalah Angku Rahmad dan Angku Jaludin. Meski status mereka sebagai guru Aldo dan Fadhil, namun secara kemampuan, dua sahabatnya itu sudah melampaui kemampuan dua mantan Seventh Devil ini. Itu karena Aldo dan Fadhil telah mendapat bimbingan dari dewa perang sekte Flamis. Melihat dari dua lawan Aldo dan Fadhil saat ini, sepertinya mereka memiliki kemampuan sedikit di atas mereka. Selain itu, para jawara Kampung Tuo juga terlihat sedang berjuang mati-matian menghadapi para penyerang yang jumlahnya dua kali lipat
"Hahaha, aku suka dengan keberanianmu, cantik!""Baiklah, karena kamu tidak mau ikut denganku dengan cara baik-baik, maka aku tidak memiliki pilihan lain selain memaksamu. Aku akan menjadikanmu koleksi keduaku.""Kenapa kedua, tuanku? Bukannya anda belum punya koleksi satupun sebelum ini?" Tanya Dubalang yang berdiri di belakang Samba, bertanya dengan bingung.Samba langsung melirik Dubalangnya itu dengan ekspresi kesal, 'Sempat-sempatnya dia menanyakan hal itu sekarang.'"Bodoh! Koleksi pertama, tentu saja wanita berkerudung putih yang ada di dalam sana."Dubalang langsung garuk-garuk kepala dan menyadari kebodohannya, "Hehehe, maaf bos!"Chiya terkejut ketika mendengar orang di depannya itu ternyata menargetkan Annisa. Chiya berkata dengan marah, "Singkirkan pikiran kotormu itu, bajingan! Selama aku berada di sini, jangan pernah berharap bisa menyentuh Annisa-san!""Hehehe, kalau begitu cobalah bertahan dari seranganku dan kita akan membicarakan hal ini lagi setelahnya, apa aku bisa
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,