Annisa segera meraih tubuhnya dan menempatkan tubuh Chiya ke dalam pangkuannya. Baju kurung Annisa yang berwarna putih, kini penuh di banjiri oleh warna merah, darahnya Chiya."Annisa-san, ma-maaf a,aku tidak melindungimu." Ucap Chiya dengan napas tersengal. Ia tidak berdaya menghadapi Samba, karena itu Chiya merasakan perasaan sangat bersalah saat ini. Ia sangat malu dan menganggap dirinya telah gagal melindungi Annisa.Annisa yang panik langsung terisak, ia tidak tega melihat kondisi Chiya, sementara Chiya justru malah memikirkan keselamatan dirinya."Chiya, tolong jangan bicara seperti itu! Kamu sudah melakukan apa yang kamu bisa." Ujar Annisa sedih. "Hahaha, sekarang saatnya bermain denganmu cantik!" Dari depan rumah terdengar tawa keras Samba yang sedang menatap punggung Annisa. Samba melangkah masuk ke dalam rumah dari bagian celah dinding yang hancur, matanya tidak bisa menyembunyikan hasratnya terhadap Annisa.Wanita di depannya itu begitu cantik dengan baju kurung putihnya.
Ketika Awan membuka matanya, ia mendapati dirinya sedang berada di tengah lapangan stadion yang berbentuk colosseum. Sekelilingnya terdapat banyak pasang mata yang sedang menatapnya dalam hening dan penasaran. Awan dengan cepat menganalisis keadaan yang sedang terjadi, selama ia berada dalam alam jiwanya. Awan dengan segera menyadari situasi yang sedang terjadi begitu melihat ke dalam ingatannya. Ditambah dengan Gundala yang saat ini menjadi asisten ghoibnya. Awan melihat, jika tangannya saat ini sedang memegang sebuah pisau belati kecil dengan gagang berwarna keemasan dan dua belas permata berwarna cerah menghiasi gagangnya. Lalu, ada sebuah permata yang berbentuk seperti mata berwarna kuning keemasan terletak ditengah gagang. Terbukanya mata sejata pusaka tersebut, menandakan kekuatannya sudah terbangun. "Gundala, apa ini wujudmu?" Tanya Awan penasaran begitu melihat pusaka tersebut. "Benar, tuanku. Mulai saat ini, aku akan menjadi senjatamu." Setelah mengucapkan kalimat ters
Jakun Samba turun naik, begitu matanya melihat pemandangan mulus yang terbentang di depannya. Samba sudah tidak sabar untuk segera memetik dara yang masih sangat murni seperti Annisa. Hanya dengan melihat bagian bahunya yang terbuka saja, sudah membuat Samba hampir hilang kendali. Apalagi jika ia bisa melihat seluruh tubuh polos Annisa secara utuh.Annisa dalam ketidakberdayaannya, hanya bisa menatap Samba dengan tatapan penuh kebencian. Andai tatapannya bisa membunuh, bisa dipastikan Samba sudah mati berulang kali seketika itu juga. Namun, apa daya! Annisa hanyalah seorang gadis lemah, di bawah tekanan tubuh Samba yang besar, Annisa hanya bisa pasrah menunggu nasib malangnya.Napas Samba sudah memburu dan tidak sabar untuk segera menikmati trofinya. Tangannya segera mengulur ke bawah dan hendak meraih tepian dalaman Annisa. Dengan sekali tarik, maka penutup tubuh bagian atas Annisa akan segera terbuka dan memperlihatkan keindahan yang ada dibaliknya.Samba sudah tidak sabar!Namun, b
Saat Awan mengaktifkan indera ke enamnya, mata bathinnya dapat menembus seluruh isi kampung dan menemukan betapa banyaknya rakyat tidak bersalah yang telah menjadi korban kekejaman Samba dan pengikutnya.Hal itu membangkitkan amarah Awan, sehingga mata emasnya kembali bangkit. Mata itu tidak hanya mewakili keagungan tapi juga kemurkaan seorang raja.Delapan orang petarut elit Samba yang semula berniat menyerang Awan, bergidik ngeri dan keraguan menghinggapi diri mereka."Tu-tuanku, dia memiliki mata raja!" Ucap salah seorang petarung elit Samba, ragu. Mereka juga bagian dari bangsa harimau, ada aturan kuno yang mengikat mereka. Di mana mereka tidak bisa begitu saja menyerang penguasa ataupun keturunan mereka yang memiliki tanda penguasa di tubuhnya.Adapun Samba yang melihat mata emas Awan, kini tampak serius. Tentu saja ia sangat tahu apa arti di balik mata emas tersebut, karena itu adalah mata yang selalu diingatnya. Bahkan hingga ia berhasil bangkit kembali ke dunia ini.Pengalama
Samba bagaimanapun merasakan sedikit rasa gentar dalam dirinya. Ia tidak menyangka pemuda di depannya itu, dapat menggunakan kekuatan milik kakaknya dengan begitu sempurna. Pancaran auranya bahkan tidak kalah kuat dengan milik kakaknya di masa lalu.Tapi, Samba bukannya tanpa persiapan. Ia masih percaya diri, karena yang dihadapinya adalah manusia, bukan kakaknya seutuhnya.Meski Awan telah mewarisi kekuatan Gumara, lalu kenapa? Dia masih tetap manusia biasa. Sebagai manusia, mereka memiliki keterbatasan.Sementara Samba berasal dari keturunan bangsa harimau dan memiliki anugerah yang melimpah, karena dalam dirinya mengalir darah raja penguasa bangsa harimau. Bagaimana hal itu bisa dibandingkan dengan manusia biasa seperti Awan?Adanya dua pancaran aura yang kuat dari dua orang ini, menimbulkan getaran kuat pada tanah tempat mereka berpijak. Konon katanya, jika dua petarung dengan level kekuatan yang hampir mencapai level dewa, akan menyebabkan bencana bumi dan juga kematian sepanjan
Gundala adalah spirit perang, sehigga ia memiliki kemampuan bertahan yang lebih lemah dibandingkan menyerangnya. Jika para penyerang ini berniat untuk menambah intensitas serangannya, maka ia khawatir tidak bisa lagi untuk menahannya.Bagaimanapun, delapan orang yang sedang berusaha menyerangnya saat ini adalah para petarung elit dan pengawal khusus Samba. Kemampuan mereka hampir sama tingginya dengan para tetua bangsa harimau. Level kekuatan mereka sudah mencapai level grandmaster, tidak mustahil bagi mereka bisa menembus pertahanan Gundala saat ini."Hehehe sepertinya cara itu berhasil. Kalau kita serang bersama-sama, mungkin kita akan dapat menghancurkan perisai pertahannya. Bersiaplah! Kali ini, kita serang bersamaan!"Gundala tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Dia menjadi dilema, antara menyerang atau bertahan.Ia bisa saja menyerang mereka dan paling tidak itu dapat melukai sebagian dari mereka. Tapi resikonya, dua orang wanita yang ditugaskan oleh tuannya untuk menjaga mereka
Beralih ke tempat Awan yang sedang bertarung dengan Samba.Keduanya tidak lagi berada di depan halaman rumah Awan dan sekarang sedang bertarung serius di puncak bukit larangan.Sebelumnya Awan sengaja mengiring Samba ke puncak bukit larangan, untuk mengindari korban yang tidak diinginkan, mengingat daya hancur dari pertukaran serangan mereka yang luar biasa.Sepanjang hutan yang mereka lewati, banyak pohon besar yang telah menjadi korban karena jejak pertarungan mereka.Baik Awan, maupun Samba sudah berubah menjadi sosok harimau besar dengan belang hitam dan warna bulu keemasan. Satu yang menandakan bahwa mereka berbeda dari harimau pada umumnya adalah ukuran tubuh mereka yang berukuran dua kali lebih besar dari ukuran batas fisik harimau normal. Selain itu, sinar mata mereka juga berwarna terang keemasan dan memiliki aura mengintimidasi yang sangat kuat.Jangankan manusia, harimau biasa saja ketika melihat mata mereka, bisa mati berdiri seketika itu juga.Keduanya bergerak sangat pel
"Saatnya pertarungan yang sebenarnya." Ucap Awan datar.Mendengar itu, Samba hampir muntah darah dibuatnya. Bagaimana tidak? Ia sudah bertarung habis-habisan dan mengeluarkan semua kartu andalan yang dimilikinya, namun kata-kata Awan barusan menyiratkan kalau ia masih belum mengeluarkan semua kemampuannya.Apa ia menganggap kalau pertarungan mereka sebelumnya cuma sebagai pemanasan?Samba hampir tersedak ketika memikirkannya.Namun, ketika Samba melihat banyak luka yang terdapat di tubuh Awan, ia menduga jika ucapan Awan barusan hanyalah gertakan sambal semata, untuk mengacaukan kepercayaan dirinya yang nyata-nyata telah unggul.Oleh karena itu, Samba tertawa sinis, "Dengan luka sebanyak itu, kamu ternyata masih bisa membual, bocah! Hari ini, aku akan membuatmu menyadari seberapa besar perbedaan antara kita yang sebenarnya. Selamanya, bangsa manusia tidak akan pernah mengungguli bangsa kami, camkan itu!"Awan tahu jika Samba akan berkomentar seperti itu. Karena itu, ia sengaja unjuk k